Pentingnya Pendidikan Entrepreneurship di Indonesia

SociopreneurID
SociopreneurID Publishing
4 min readOct 23, 2020

Oleh: Heru Wijayanto

Ilustrasi Proses Belajar Siswa | Foto: Dokumentasi Pribadi SociopreneurID

Ada sebuah fenomena menarik dari bisnis gerai kopi di Indonesia. Ketika Kopi Kenangan yang didirikan oleh Edward Tirtanata sukses di tahun 2017, seketika, brand gerai kopi lainnya juga mengikuti. Yang menarik adalah penamaan dari gerai kopi tersebut. Seluruh nama gerai kopi yang muncul setelah itu selalu berhubungan dengan “Cinta”, khususnya “Patah Hati,” seakan mengikuti nama dari gerai kopi Kenangan, sebagai pelopornya, yang identik dengan “Patah Hati.”

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada bisnis gerai kopi saja di Indonesia. Tapi juga terjadi pada bisnis lainnya. Misalnya saja bisnis minuman Boba, Thai Tea, beberapa tahun sebelumnya hal ini juga terjadi pada fenomena batu akik ataupun tanaman gelombang cinta. Ketika ada salah satu bisnis yang berkembang dan sukses di Indonesia, langsung diikuti dengan para “follower” lain dengan menggunakan ciri yang hampi sama dengan pendahulunya.

Sama seperti ketika kita diminta untuk membayangkan atau menggambarkan pemandangan, mayoritas yang ada di benak kita adalah membayangkan atau menggambarkan gambar dua gunung dengan jalan di tengah, kemudian sawah, matahari dan awan di atasnya. Hal ini sudah terjadi selama bertahun tahun, bahkan pemahaman ini sudah terjadi pada generasi-generasi sebelumnya. Padahal asosiasi dari kata pemandangan itu ada banyak sekali. Bisa saja pemandangan kota, pemandangan laut atau pemandangan sekitar rumah kita.

Inilah yang kemudian menjadi fenomena “keseragaman berpikir” (Uniformity in thinking) di Indonesia. Semua orang, tanpa membedakan usia, kelompok atau apapun memiliki pemikiran yang seragam atau sama terhadap sesuatu.

Lantas bagaimana keseragaman berpikir ini bisa muncul?

Jika dikaji dari sudut pandang pendidikan entrepreneurship, keseragaman berpikir bisa saja muncul karena kurangnya intervensi entrepeneurship dalam sistem pendidikan di Indonesia sehingga individu hanya mempelajari atau mengikuti sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang intervensi entrepreneurship dalam pendidikan, perlu untuk mengetahui terlebih dahulu makna dari kata entrepreneurship itu sendiri.

Di Indonesia, kata “Entrepreneurship” masih sering dikaitkan dengan “membangun usaha”, “berdagang”, “bisnis”, “berjualan” ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan “uang.” Memang tidak ada yang salah dengan pemahaman tersebut, namun pemahaman tersebut mengecilkan makna dan arti dari entrepreneurship itu sendiri.

Makna dari Entrepreneurship lebih luas dari itu, yaitu menciptakan nilai (value) serta mampu memecahkan masalah dengan inovatif dan kreatif. Seperti definisi yang disampaikan oleh Churchill pada tahun 1992, yang mengatakan Entrepreneurship adalah proses mengembangkan sebuah peluang untuk menciptakan nilai melalui inovasi baik berada di organisasi yang baru ataupun sudah ada.

Yang menarik adalah bagaimana proses atau mindset entrepreneuship itu bisa terjadi, baik ketika seseorang membangun sebuah organisasi baru ataupun ketika berada pada sebuah organisasi yang ada (Intrapreneur). Sehingga siapapun kita dan profesi apapun yang kita pilih, kita harus memiliki mindset seorang entrepreneur. Seperti yang dikatakan oleh Muhammad Yunus, seorang peraih nobel dari Bangladesh, yang mengatakan “All Human Beings are Entrerpreneurs”.

Dalam dunia pendidikan, ada dua sudut pandang Entrepreneurship yang dapat digunakan, yaitu sudut pandang wide dan narrow. Dalam sudut pandang wide, Entrepreneurship adalah mengenai pengembangan diri, kreativitas, kemandirian, inisiatif dan mengambil tindakan atau dapat dikatakan seseorang yang memiliki jiwa entrepreneurial. Sedangkan dalam sudut pandang narrow, Entrepreneurship adalah mengenai identifikasi peluang, pengembangan bisnis, wirausaha, penciptaan usaha dan pertumbuhan usaha.

Sudut pandang tersebut akan memengaruhi tujuan pendidikan, sasaran peserta didik, desain materi, metode pengajaran dan prosedur penilaian siswa, yang mengarah pada keragaman pendekatan pengajaran. Oleh karena itu, institusi pendidikan, dalam tingkatan apapun perlu menyatakan secara jelas definisi mana yang akan digunakan dalam merancang kurikulum entrepreneurship-nya.

Karakter, perilaku ataupun mindset seorang entrepreneur, tidak bisa diajarkan secara instan kepada siswa. Perlu pendekatan secara intensif secara terus menerus kepada siswa, sehingga mampu menciptakan individu yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner).

Kemudian dari sudut pandang secara wide, Entrepreneurship harus diajarkan sejak dini kepada siswa sehingga dapat memperluas perspektif siswa ketika bersekolah dan kedepannya dengan mendorong kepercayaan diri sambil membangun skill dan keterampilan yang relevan melalui kegiatan pribadi, perilaku, motivasi, sikap dan karir.

Kegunaan Pendidikan Entrepreneurship untuk Siswa

1. Menyiapkan Siswa untuk Masa Depan yang Tidak Pasti

Tantangan yang dihadapi akan semakin berat, terutama dengan hadirnya revolusi teknologi dan digital, perubahan peta kekuatan perekonomian dunia, serta berbagai dinamika geopolitik global. Teknologi dan inovasi telah tumbuh begitu pesat selama 10–20 tahun terakhir. Entrepreneurship fokus mengajarkan kepada siswa skill kehidupan yang akan membantunya menghadapi masa depan yang tidak pasti.

2. Pengembangan Kreativitas dan Kolaborasi

Pendidikan Entrepreneurship membangun diri siswa terutama jiwa kreativitas, inovasi dan juga kolabarasi. Kreativitas dan inovasi menjadi kunci dalam pendidikan Entrepreneurship.

3. Mengajarkan Mengidentifikasi Masalah

Mengajarkan siswa untuk mengidentifikasi masalah yang tidak pernah ditemui sebelumnya, sehingga kedepannya siswa akan mampu membuat solusi inovatif atas permasalahan yang ditemukannya.

4. Membangun Kegigihan / Daya Juang

Dalam membuat sebuah perencanaan, kita selalu mengharapkan semua perencanaan berjalan dengan baik. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan, segala sesuatu hal yang kita rencanakan, belum tentu berjalan dengan mulus. Pasti akan menemui kendala, tantangan dan masalah. Dengan membangun kegigihan atau daya juang, siswa akan dibekali untuk terus berani mencoba menghadapi setiap permasalahan yang ditemukan. Masalah bukan untuk dihindari, namun untuk dihadapi dan diselesaikan.

5. Membuat Dunia Menjadi Lebih Baik

Siswa tidak hanya disiapkan untuk menghadapi masa depan bagi diri mereka, namun juga disiapkan untuk bisa mengubah dunia, dengan solusi-solusinya atas permasalahan yang ditemukan. Sehingga mampu menciptakan dunia yang lebih baik.

Pendidikan Entrepreneurship fokus membangun real-world skill yang akan membantu siswa untuk menghadapi dunia global yang cepat berubah. Proses menjadi pembelajar sepanjang hayat dapat dimulai dari pendidikan sejak dini hingga perguruan tinggi, termasuk pendidikan formal, non-formal dan informal.

Tidak hanya itu, pendidikan Entrepreneurship menilik sudut pandang lain bahwa seseorang setiap orang dapat menjadi seorang entrepreneur tanpa harus memiliki sebuah perusahaan, sehingga, jika kita kembali pada persoalan keseragaman berpikir yang mana setiap orang membuka usaha dengan mengikuti tren yang ada, adanya intervensi pendidikan entrepreneurship diharapkan dapat menghadirkan individu-individu yang inovatif, kompeten, dan mampu menciptakan lini usaha lain yang memiliki dampak bagi sekitarnya, tidak hanya sekedar mengikuti tren yang ada saja.

--

--

SociopreneurID
SociopreneurID Publishing

Nurturing Social Entrepreneurship in Indonesia through developing Responsible Ecosystems by promoting Social Innovation & providing Entrepreneurship Education.