Keuntungan & Tantangan Marketplace Untuk UMKM Indonesia

SoftwareSeni
SoftwareSeni
Published in
11 min readAug 20, 2021
Keuntungan & Tantangan Marketplace Untuk UMKM Indonesia

Pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kini semakin melirik marketplace sebagai tempat berdagang. Berbagai situs marketplace Indonesia kini tidak hanya dilirik pedagang besar, tetapi juga pemilik UMKM di berbagai wilayah. Kebutuhan akan daya beli konsumen dalam negeri yang semakin besar mendorong pemilik UMKM mencari alternatif tempat berdagang selain lewat media sosial dan toko tradisional.

situs marketplace Indonesia

Website development masa kini telah menciptakan tren marketplace yang menawarkan berbagai keunggulan, tetapi ada berbagai tantangan yang harus dihadapi pemilik UMKM untuk meraih keuntungan serta banyak pelanggan setia. Panduan ini menjelaskan tentang peluang dan tantangan penggunaan marketplace oleh pemilik UMKM di Indonesia yang bisa Anda jadikan pertimbangan.

Beda E-Commerce dan Marketplace

Anda mungkin sering mendengar istilah e-commerce dan marketplace disebut berbarengan, kemungkinan karena keduanya menawarkan alternatif digital bagi pedagang kecil untuk berjualan secara daring. Akan tetapi, keduanya ternyata sangat berbeda karena memiliki karakteristik khusus.

Berikut beberapa perbedaan antara e-commerce dan marketplace ditinjau dari berbagai aspek.

1. Definisi

E-commerce dan marketplace sebenarnya sudah memiliki definisi berbeda.

E-commerce pada dasarnya merupakan versi daring dari toko tradisional milik penjual individual. Situs ini memiliki desain spesifik dan hanya digunakan oleh satu penjual.

Marketplace, sebaiknya, adalah situs direktori di mana satu situs berisi bermacam-macam penjual. Pengunjung mendapat banyak pilihan produk dan merek.

2. Harga

E-commerce mungkin menawarkan beberapa jenis barang, namun karena pemiliknya hanya satu, pembeli hanya mendapat pilihan harga terbatas. Biasanya penentuan harga di sini berdasarkan tren pasar.

Marketplace menawarkan barang dari beragam penjual sehingga besar kemungkinan pembeli bisa mendapat harga lebih murah. Penentuan harga tergantung dari kebijakan masing-masing penjual.

3. Stok

Pemilik e-commerce mengelola barang dagangan sendiri. Konsekuensinya, mereka harus memiliki gudang sendiri untuk menyimpan stok barang. Jika pemilik toko kehabisan suatu produk, pembeli tidak mendapat pilihan lebih banyak.

Marketplace tidak memiliki gudang sendiri karena situs tersebut memiliki banyak penjual. Setiap penjual bertanggung jawab terhadap stok mereka sendiri. Jika pembeli kehabisan produk di satu tempat, mereka bisa mencari penjual lain.

4. Sumber Keuntungan

Pemilik e-commerce mendapat keuntungan dari hasil penjualan, sama seperti pemilik toko umumnya. Sebaliknya, pengelola marketplace mendapat keuntungan dari premium listing, biaya administrasi, potongan transaksi, dan sebagainya. Hal ini karena masing-masing penjual di dalamnya mengelola keuntungan mereka sendiri.

5. Jenis Transaksi

E-commerce cenderung melayani transaksi bertipe B2B dan B2C; yang pertama melayani pemilik bisnis lainnya (misalnya toko material) dan yang kedua langsung melayani pembeli individual.

Marketplace biasanya didominasi transaksi B2C karena pemilik bisnis mikro juga bisa berjualan di sana. Akan tetapi, beberapa toko yang sudah punya nama mungkin juga melayani transaksi B2B di marketplace.

6. Syarat dan Ketentuan

Marketplace memiliki syarat dan ketentuan umum yang harus dipatuhi semua penjual. Sebaliknya, penjual yang memiliki situs e-commerce sendiri bisa menentukan syarat dan ketentuan sepuasnya selama tetap etis.

7. Fleksibilitas Kustomisasi

Kustomisasi toko daring cenderung lebih mudah bagi pemilik e-commerce. Penjual bisa memilih desain yang paling cocok untuk merek atau produk mereka. Sebaliknya, marketplace tidak menawarkan fleksibilitas serupa karena desainnya cenderung standar.

Setiap aspek perbedaan ini bisa dipandang sebagai keuntungan atau kerugian. Tetapi, marketplace menawarkan keuntungan tersendiri, terutama bagi pelaku usaha kecil atau baru yang bermodal terbatas.

Keuntungan Berjualan di Marketplace

Keuntungan Berjualan di Marketplace

Marketplace Indonesia saat ini sudah muncul dalam beberapa pilihan sehingga penjual mendapat banyak alternatif. Walau marketplace sepintas tidak menawarkan “kebebasan” seperti e-commerce, ternyata ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh penjual. Berikut beberapa di antaranya.

1. Memulai Bisnis dengan Lebih Mudah

Mendirikan toko sendiri bisa cukup sulit bagi pebisnis kecil, termasuk toko online pribadi. Modal yang dibutuhkan bukan hanya server, desain, dan biaya pemeliharaan situs, tetapi juga waktu dan tenaga untuk mengelolanya, misalnya lewat jasa IT consultant. Marketplace menawarkan solusi mudah berjualan karena sudah memiliki templat sendiri.

Cukup dengan mendaftar, penjual bisa memiliki kios dan menjual barang. Tidak perlu khawatir soal desain etalase, peringkat toko, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan fitur-fitur marketplace, pengusaha mikro bisa memulai bisnis secara daring dengan mudah.

2. Bisa Menjangkau Lebih Banyak Pembeli

Marketplace adalah satu tempat besar yang didatangi beragam calon pembeli. Mereka terdiri dari berbagai rentang usia, latar belakang, tingkat pendidikan, pekerjaan, selera, dan sebagainya. Berdagang di sini memberi kesempatan bagi penjual UMKM untuk menjangkau lebih banyak calon pembeli.

Situs toko individual biasanya cenderung menarik pengunjung (dan calon pembeli) bertipe serupa karena rujukan sistem mesin pencari. Sebaliknya, orang cenderung lebih banyak menjelajah saat mengunjungi marketplace karena pilihan barangnya lebih banyak. Mobile app development juga telah menghasilkan aplikasi marketplace yang memudahkan kegiatan memilih barang.

3. Bisa untuk Menguji Potensi Produk

Bagaimana jika pemilik UMKM berniat memiliki toko sendiri dan tidak percaya diri terhadap penerimaan konsumen? Jadikan marketplace sebagai semacam “tempat uji coba”. Penjual bisa langsung membuat akun dan menjual barang dalam jumlah tertentu sebagai percobaan untuk melihat respons masyarakat. Penjual kemudian bisa mengecek barang jenis apa yang cenderung menerima perhatian atau dipesan paling banyak.

Marketplace merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penjualan percobaan. Prosedurnya yang mudah membuatnya cocok sebagai arena untuk melihat potensi produk dan mendapat respons. Hal ini berguna bagi pemilik UMKM yang ingin meluncurkan produk baru atau unik yang masih jarang ada. Pilihan tersebut lebih menguntungkan daripada langsung mempromosikannya lewat toko pribadi.

4. Bisa Menjadi Saluran Pemasukan Tambahan

Pemilik UMKM yang sudah memiliki toko bisa menjadikan marketplace sebagai saluran pemasukan tambahan. Sifatnya yang relatif mudah dikelola tidak akan memakan terlalu banyak waktu dibandingkan mengelola toko individual.

5. Lebih Mudah Membaca Kompetisi

Ingin melihat bagaimana kompetitor bekerja? Marketplace menunjukkan banyak penjual di satu tempat dan memudahkan analisis kompetisi. Pemilik UMKM bisa melihat kisaran harga, trik dan bahasa promosi yang digunakan, serta penawaran khusus yang dijadikan aspek promosi unik oleh penjual tertentu.

Marketplace memiliki beragam fungsi pencarian dan katalog barang, misalnya berdasarkan jenis, ukuran, merek, kisaran harga, dan sebagainya. Penjual bisa menggunakan fitur tersebut untuk mengecek produk-produk yang mirip dengan dagangan mereka dan membandingkannya.

6. Ada Jaminan Keamanan untuk Transaksi

Marketplace bereputasi baik biasanya sudah menerapkan sistem keamanan transaksi dalam software development. Para penjual dan pembeli harus mendaftarkan akun serta rekening bank demi transaksi jujur. Pembeli juga bisa memesan lewat jalur transaksi khusus yang tersedia. Hal ini membantu menjaga keamanan selama transaksi dan mencegah “transaksi di bawah tangan” sehingga tidak merugikan.

e-commerce pribadi bisa juga memiliki rekening bersama untuk kebutuhan transaksi, namun hal ini menuntut pengelolaan pribadi dari si pemilik toko. Jika belum bisa menggaji karyawan, mengurus rekening pribadi bisa menjadi hal yang cukup merepotkan terutama bagi pebisnis kecil baru.

7. Bisa Mengakses Layanan Teknis

Marketplace memiliki layanan dukungan teknis (customer service support) mereka sendiri. Layanan ini membantu bagi penjual yang belum punya modal untuk menyewa jasa serupa ketika menghadapi masalah teknis. Pusat layanan marketplace ini juga bisa memberi informasi berguna yang bisa diterapkan penjual jika membutuhkan.

8. Tidak Perlu Negosiasi Tarif Ekspedisi

Negosiasi dan membandingkan tarif jasa ekspedisi bisa membuat stres. Jika menggunakan marketplace, penjual bisa tenang melayani pelanggan yang berlokasi di mana saja. Hal ini karena marketplace sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan ekspedisi dan menetapkan tarif tetap untuk setiap perhitungan jarak pengiriman.

9. Barang Menjadi Populer lewat Rekomendasi

Beragam situs marketplace populer menawarkan sistem rekomendasi, di mana barang tertentu ditampilkan bersama rekomendasi produk serupa atau yang sering dibeli berbarengan. Hal ini meningkatkan kemungkinan terlihatnya produk oleh calon pembeli baru.

Misalnya, ketika seseorang mengklik halaman produk ponsel, produk rekomendasi serupa dari toko lain akan muncul. Biasanya ada juga rekomendasi produk yang dibeli bersamaan, misalnya earphone, speaker, dan tempat penyimpanan data eksternal. Rekomendasi ini bisa jadi berasal dari toko yang sama atau berbeda.

Marketplace berkualitas biasanya juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan jasa ekspedisi sekaligus. Penjual punya kebebasan untuk menentukan jasa mana yang akan mereka gunakan untuk melayani pelanggan.

Peran Marketplace dalam Pandemi

Masih terkait keunggulan marketplace, situasi khusus seperti pandemi memberi keuntungan pada penjual yang berdagang lewat situs ini. Pembatasan kegiatan sosial dan protokol kesehatan menjadikan marketplace alternatif jualan populer. Calon pembeli bisa menemukan berbagai produk, mulai dari barang kebutuhan sehari-hari hingga perlengkapan kerja dan makanan.

Marketplace juga bisa menjadi ajang bisnis bagi mereka yang kondisi finansialnya terpengaruh pandemi. Cara pendaftaran yang mudah dan tidak memakan banyak biaya memberi kemudahan bagi calon pebisnis. Anggotanya juga bisa menjual benda-benda seperti barang bekas untuk mencukupi kebutuhan tanpa keharusan membuat situs sendiri seperti e-commerce.

Ada beberapa tren yang bisa dibaca dari marketplace selama pandemi, contohnya adalah:

1. Jenis Produk yang Paling Laku

Selama pandemi, produk-produk esensial seperti bahan makanan, obat rumahan, hingga produk kesehatan menunjukkan kenaikan pesat dalam ranah penjualan. Akan tetapi, hal ini juga meningkatkan aspek persaingan di kalangan pedagang.

2. Meningkatnya Penjualan Produk Hiburan

Pembatasan sosial membuat banyak orang berburu produk-produk untuk menghibur diri. Buku, produk games, permainan, hingga peralatan seni dan kerajinan menunjukkan kenaikan cukup signifikan dalam hal pencarian serta penjualan.

3. Adanya Tren Pembatasan Produk

Barang jualan tertentu seperti produk kesehatan dan kebersihan banyak dicari selama pandemi. Marketplace biasanya menerapkan metode badging, yaitu pembatasan jumlah pembelian agar tidak ada penimbunan. Penjual juga bisa berinisiatif melakukan pembatasan untuk produk tertentu.

4. Meningkatnya Tuntutan Logistik dan Pemenuhan Stok

Pemilik UMKM yang menjual produk-produk laris selama pandemi harus bersiap dengan metode logistik serta pemenuhan stok yang lebih efisien. Hal ini karena permintaan pembelian yang cenderung meningkat sehingga menuntut penjual untuk bereaksi lebih cepat terhadap permintaan transaksi.

Akhirnya, marketplace menyediakan alternatif bagi mereka yang ingin berjualan produk penting di tengah pandemi. Masker kain, sabun cuci tangan, hand sanitizer, suplemen, hingga makanan dan minuman bergizi menjadi produk andalan yang banyak diburu. Marketplace memberi tempat bagi banyak penjual untuk menawarkan produk-produk ini sehingga penyebarannya merata dan tidak terjadi penimbunan.

Tantangan dalam Integrasi UMKM ke Marketplace

Melihat keuntungan menggunakan marketplace, apakah itu berarti pemilik UMKM akan berbondong-bondong menggunakannya?

Ternyata tidak. Menurut laporan bulan Maret 2020 dari Kementerian Koperasi dan UKM, baru delapan juta atau sekitar 13 persen UMKM Indonesia yang memanfaatkan marketplace untuk berjualan, padahal jumlah UMKM terdaftar ada sekitar 60 jutaan. Banyak pelaku usaha ini masih bergantung pada metode konvensional atau minimal memanfaatkan akun media sosial pribadi, terutama pedagang mikro dan kecil.

Meningkatnya tren belanja daring di kalangan konsumen masa kini bisa menghambat kesuksesan UMKM yang masih bertahan dengan cara konvensional. Akan tetapi, banyak pemilik usaha mikro dan kecil yang tidak menggunakan marketplace karena kurang memahami caranya. Ada juga kasus di mana mereka kurang memiliki akses teknologi berkualitas, misalnya jaringan internet yang lambat.

Selain hambatan umum di atas, ada juga beberapa tantangan spesifik bagi penjual yang memilih berdagang lewat marketplace, misalnya:

1. Penundaan Pembayaran

Tidak seperti e-commerce, pedagang yang berjualan lewat marketplace tidak langsung menerima uang mereka setelah transaksi masuk. Marketplace biasanya memberi waktu bagi pembeli untuk membatalkan setelah memasukkan pesanan. Akibatnya, penjual bukan hanya lebih lambat menerima uangnya, tetapi juga menghadapi risiko pembatalan pembelian karena segalanya menjadi lebih mudah bagi pihak pembeli.

2. Loyalitas Konsumen Cenderung Kurang

Loyalitas Konsumen Cenderung Kurang

Loyalitas konsumen atau pelanggan merupakan salah satu hal penting dalam bisnis. Pemilik UMKM bisa meraih kesuksesan jika produk mereka berhasil memikat pelanggan setia yang akan memberi pemasukan tetap. Penjual juga cenderung lebih mudah menggaet pelanggan loyal jika mereka berhasil menciptakan kedekatan antara merek dengan minat belanja.

Hal di atas cenderung mudah dilakukan di situs toko pribadi, tetapi relatif sulit di marketplace. Penjual harus berbagi tempat dengan pesaing lain sehingga persaingan relatif tinggi. Penjual juga tidak bisa melakukan kustomisasi kios sehingga wujud tokonya cenderung mudah dilupakan.

3. Kurangnya Kebebasan dalam Mengatur Desain Toko

Toko online buatan sendiri biasanya lebih mudah dijadikan bahan promosi tidak langsung lewat desainnya. Anda bisa menggunakan jasa desainer situs atau keahlian sendiri jika memang memiliki latar belakangnya. Akan tetapi, marketplace tidak menawarkan semua itu karena kios-kiosnya relatif sama bagi setiap penjual.

4. Sulitnya Melakukan Komunikasi Langsung yang Berarti

Komunikasi langsung dengan pembeli bisa menjadi salah satu “senjata” promosi merek bagi penjual. Akan tetapi, komunikasi lewat sistem pesan marketplace cenderung kurang personal. Penjual juga harus fokus pada banyak pembeli sekaligus sehingga setiap dialog biasanya cenderung “kering” dan tidak begitu berkesan.

5. Visibilitas Merek Lebih Rendah

Pemilik UMKM yang ingin mereknya lebih banyak dikenal cenderung lebih mudah berpromosi jika lewat toko individual. Penjual bisa menciptakan visibilitas merek menggunakan situs e-commerce yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik mata. Berbagai fitur toko juga bisa disesuaikan sehingga sesuai dengan jenis produk.

Hal ini tidak berlaku untuk marketplace karena sifatnya berfokus pada penjualan produk, bukan promosi spesifik. Setiap kios memiliki wujud standar karena hanya berfungsi sebagai etalase produk dan harga. Hal ini cenderung menyulitkan jika pelaku usaha menyasar peningkatan reputasi merek, kecuali jika sudah berhasil meningkatkan popularitas merek sebelumnya.

Semua tantangan ini membuat berbagai pelaku usaha cenderung berpikir ulang sebelum menjadi bagian dari marketplace. Hal ini seharusnya mendorong upaya dan solusi untuk membuat pengalaman berdagang di sini menjadi lebih mudah.

Ide dan Solusi untuk Kesuksesan UMKM lewat Marketplace

Ide dan Solusi untuk Kesuksesan UMKM lewat Marketplace

Kementerian Koperasi dan UMKM telah memiliki beberapa program untuk mendukung integrasi pemilik bisnis ke marketplace Indonesia. Program ini juga didukung oleh berbagai lapisan masyarakat serta marketplace besar. Ide serta solusi yang bisa diterapkan untuk mempercepat integrasi ini antara lain:

1. Menyediakan Program dan Materi Pelatihan

Kementerian Koperasi dan UMKM sebenarnya telah memiliki inisiatif untuk menyediakan bahan pelatihan di situs resminya. Selain artikel, ada juga halaman khusus e-learning serta video yang memberi gambaran marketplace serta berbagai tips memanfaatkannya. Semua disampaikan dalam bahasa yang mudah dicerna sehingga siapa saja bisa belajar darinya.

Pemerintah bukan satu-satunya pihak yang bisa menyediakan materi pelatihan UMKM. Berbagai institusi nonprofit, universitas, hingga inisiatif masyarakat telah mengadakan pelatihan gratis atau murah agar pemilik UMKM bisa mengakses marketplace. Proyek ini bisa dilakukan dalam konteks lokal, regional, atau nasional, tergantung anggaran dan persiapan.

2. Memberi Prioritas bagi Pebisnis UMKM di Marketplace

Langkah ini telah dilakukan oleh kementerian lewat kerja sama dengan berbagai marketplace Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah meminta agar pihak marketplace memberi prioritas pada pedagang mikro, kecil, dan menengah yang berjualan produk tertentu. Hal ini agar pemilik UMKM mendapat lebih banyak perhatian sehingga termotivasi untuk menggunakan marketplace.

Saat ini, prioritas diletakkan beberapa kategori seperti makanan dan minuman, kerajinan tangan, mode lokal, produk kesehatan, karya kreatif, perikanan, pertanian, dan perkebunan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa jenis produk lain akan dijadikan prioritas.

3. Menyederhanakan Birokrasi Perizinan dan Usaha

Mendapatkan izin usaha biasanya merupakan salah satu proses yang “ditakuti” calon pebisnis. Hal ini karena adanya kekhawatiran akan birokrasi berbelit-belit. Pemerintah berusaha mengatasi hal ini dengan menciptakan proses perizinan yang lebih singkat, bisa dilakukan secara daring, dan tidak membebani calon pebisnis dengan hal-hal seperti penundaan hingga suap.

Birokrasi mudah ini contohnya pengurangan jenis dokumen pendukung yang dibutuhkan demi mengurus sesuatu secara formal, penyingkatan masa tunggu pengurusan dokumen, hingga prosedur yang bisa dilakukan secara daring. Software house sering bekerja sama dengan berbagai perusahaan dan institusi untuk menciptakan sistem pengurusan berkas penting.

4. Mengintegrasikan Penjualan Online dengan Offline

Beberapa marketplace Indonesia saat ini telah menciptakan integrasi antara proses transaksi daring dan luring. Hal ini mempermudah pelaku usaha yang kesulitan untuk selalu mengakses internet. Tokopedia, misalnya, menyediakan program kemitraan dengan berbagai warung kecil yang ada di Indonesia sehingga memberi kesempatan bagi mereka untuk menjangkau lebih banyak konsumen.

5. Mempromosikan Kegiatan Belanja lewat Marketplace

Jumlah pembelanja marketplace yang semakin banyak bisa menjadi motivasi untuk pemilik UMKM agar mau mendaftar. Hal ini bisa didukung dengan program sosialisasi baik untuk masyarakat umum maupun pemilik UMKM. Saluran promosinya bisa beragam, misalnya media sosial, situs berita, forum, hingga acara-acara seminar.

Pemilik UMKM bisa termotivasi untuk berjualan di marketplace jika mereka mengetahui caranya dan cukup percaya diri untuk beradaptasi. Peran berbagai pihak sangat penting untuk mendorong penjual menggunakan marketplace dalam menjual dagangannya.

Tingkatkan Bisnis Anda dengan E-Commerce

Menggunakan marketplace untuk menjual produk Anda merupakan hal yang perlu dilakukan, khususnya di tengah pandemi seperti sekarang ini. Namun, jika Anda ingin meningkatkan bisnis Anda, membangun sebuah website e-commerce milik Anda sendiri adalah jawabannya. Keuntungan memiliki website e-commerce adalah adanya kesempatan bagi Anda untuk mendapatkan konsumen baru karena meluasnya jangkauan bisnis Anda. Keuntungan lainnya adalah bisnis Anda akan menjadi lebih dekat dengan konsumen karena Anda dan konsumen akan dapat berinteraksi secara langsung. Hal tersebut juga akan menambah kredibilitas bisnis Anda dan juga loyalitas konsumen terhadap bisnis Anda.

--

--

SoftwareSeni
SoftwareSeni

A fresh approach to websites, apps and software development.