Semakin Berjaya, Begini Masa Depan Ecommerce Indonesia

SoftwareSeni
SoftwareSeni
Published in
13 min readAug 6, 2021
Nasib eCommerce di Indonesia

Pasar ecommerce Indonesia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan menurut data yang dilansir oleh situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, pertumbuhan ecommerce di Tanah Air menduduki peringkat pertama dunia. Sementara Meksiko berada di peringkat kedua dengan pertumbuhan mencapai 59 persen, Indonesia sukses meraih angka 78 persen.

Hasil tersebut tentunya dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Maka untuk lebih jelasnya, soal bagaimana masa depan ecommerce di Indonesia, mari simak ulasan berikut!

Definisi dan Sejarah Singkat

Electronic Commerce atau yang lebih sering disingkat Ecommerce dapat diartikan sebagai kegiatan membeli dan menjual produk atau jasa melalui internet. Adapun istilah populer lain untuk aktivitas ini adalah internet commerce atau electronic commerce. Pun, kegiatan seperti transaksi uang, dana, dan data di internet juga dapat dianggap sebagai ecommerce.

Pada awal kemunculannya, ecommerce sendiri diartikan sebagai proses transaksi komersial secara elektronik yang menggunakan bantuan teknologi terdepan kala itu, yakni Electronic Funds Transfer (EFT) dan Electronic Data Interchange (EDI). Kedua teknologi tersebut dapat membantu pengguna untuk saling bertukar informasi bisnis dan melakukan transaksi elektronik.

Pengaplikasian EFT dan EDI sendiri mulai digunakan pada akhir 1970-an, yang saat itu langsung dimanfaatkan banyak perusahaan dan organisasi bisnis terkemuka untuk saling mengirim hasil dokumentasi komersial mereka melalui sistem elektronik.

Kemudian, dengan adanya penggunaan internet yang semakin luas, penemuan World Wide Web pada 1991, dan pembukaan akses ke browser pertama pada 1993, sebagian besar aktivitas ecommerce akhirnya bermigrasi ke jaringan internet. Sayangnya, meski internet sudah cukup populer pada 1994, pengembangan protokol keamanan seperti HTTP dan DSL (Digital Subscriber Line) yang berfungsi untuk memastikan terjadinya akses yang cepat dan koneksi yang stabil ke internet, baru bisa dirampungkan pada 1998.

Karena itu, baru pada tahun 2000, sejumlah besar perusahaan bisnis di wilayah Eropa Barat dan Amerika Serikat mulai merilis layanan mereka di World Wide Web. Sejak itu, definisi dari istilah ecommerce pun berubah. Masyarakat mulai mendefinisikan istilah ecommerce sebagai proses pembelian barang dan jasa yang tersedia di internet dengan menggunakan koneksi dan layanan pembayaran elektronik yang aman.

Jenis-Jenis Ecommerce

Sebelum membahas lebih jauh tentang masa depan ecommerce Indonesia, mari kenali jenis-jenis perdagangan elektronik yang ada saat ini.

1. Business-to-Business (B2B)

Bisa dikatakan, ini merupakan salah satu jenis ecommerce yang paling populer. Definisi dari business-to-business adalah proses transaksi barang atau jasa antara dua vendor bisnis. Singkatnya, kegiatan transaksi ini hanya melibatkan produsen dan distributor, atau distributor dan retailer.

Jenis transaksi ini umumnya juga terjadi pada tahap penyuplaian pasokan, yakni ketika perusahaan membeli bahan mentah yang akan dipakai dalam proses manufaktur. Nah, produk dari hasil manufaktur tersebut itulah yang kemudian dijual ke konsumen. Pasar ecommerce untuk B2B juga dinilai sangat menjanjikan. Sebab berdasarkan data yang dirilis Forrester, pertumbuhan ecommerce jenis ini mencapai angka USD1.134 triliun.

2. Business-to-consumer (B2C)

Seperti namanya, istilah ini mengacu pada kegiatan jual-beli barang atau jasa yang dilakukan secara langsung dari perusahaan ke konsumen — yang menjadi pengguna akhir dari produk atau layanan tersebut. Karena itu, untuk perusahaan yang menjual produk atau layanannya secara langsung ke konsumen, mereka pun disebut sebagai perusahaan B2C.

Sistem ini menjadi sangat populer pada akhir 1990-an saat dot-com bubble terjadi, sebuah fenomena penggelembungan pasar saham yang dipicu oleh ekspektasi berlebihan tentang perusahaan berbasis internet. Model bisnis B2C sendiri pertama kali dicetuskan oleh Michael Aldrich pada 1979, yang kala itu memanfaatkan televisi sebagai media untuk menjangkau konsumen.

Sayangnya pada akhir 2001, sebagian besar saham dot-com bangkrut, yang disebabkan oleh minimnya pendanaan modal ventura dan penurunan minat investor pada sektor tersebut. Perusahaan B2C terbesar saat itu adalah Amazon dan Priceline. Beruntung keduanya berhasil melewati guncangan tersebut dan kini menjadi raksasa di sektor ecommerce B2C.

3. Mobile Commerce (M-Commerce)

Mobile commerce atau biasa disingkat m-commerce atau mcommerce, adalah pemanfaatan perangkat genggam nirkabel, seperti tablet atau ponsel pintar, dalam transaksi komersial berbasis daring. Aktivitas m-commerce termasuk penjualan dan pembelian produk, pembayaran tagihan, dan online banking.

Sektor ini, baik itu di pasar luar negeri maupun ecommerce Indonesia, menjadi jenis bisnis yang berkembang paling pesat di era digital. Pertumbuhan tersebut tentunya didorong oleh sejumlah faktor, terutama semakin canggihnya perangkat mobile, pengembangan aplikasi m-commerce, dan terpecahkannya isu-isu keamanan di jaringan internet.

4. Consumer-to-consumer (C2C)

Juga disebut marketplace, C2C commerce merujuk pada kegiatan menukar barang atau jasa antara konsumen ke konsumen. C2C juga tercipta karena perkembangan sektor ecommerce yang sangat pesat dan tumbuhnya kepercayaan konsumen terhadap bisnis online. Konsep ini juga telah diperkenalkan pada masa awal penggunaan internet, yang kala itu dipelopori oleh eBay dan Craigslist.

Sayangnya, mendirikan sebuah situs C2C butuh perencanaan yang sangat matang. Hal ini karena tantangan utama dari model bisnis ini adalah pengendalian kualitas dan pemeliharaan teknologi yang terbilang rumit.

5. Consumer-to-business (C2B)

Meski tidak sepopuler jenis ecommerce lainnya, C2B kini mulai banyak dilirik. Bisnis online ini mengacu pada aktivitas konsumen yang menjual barang atau jasa ke sebuah vendor bisnis. Dalam prosesnya, model bisnis ini bisa memberi konsumen keuntungan melalui sistem pembayaran langsung atau penawaran barang atau jasa dengan harga lebih murah daripada standar pasar.

Contoh aplikasi bisnis C2B adalah, perusahaan makanan meminta seorang food blogger untuk memasukkan produk baru mereka ke dalam resep dan kemudian mengulasnya untuk para pembaca blog. Konsep tersebut juga serupa dengan apa yang ditawarkan oleh sistem afiliasi Amazon, yang memungkinkan pemilik situs web memperoleh komisi dengan cara menautkannya ke produk yang dijual di Amazon.

6. Business-to-Government (B2G)

Segala kegiatan bisnis, baik itu penjualan ataupun pemasaran produk dan jasa, kepada lembaga pemerintah disebut business to government atau biasa disingkat B2G. Tantangan utama dari model bisnis ini adalah kesabaran dalam menghadapi proses birokrasi yang cukup berbelit. Tidak seperti ketika menangani perusahaan swasta, lembaga pemerintah cenderung membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyetujui pengerjaan suatu proyek. Perusahaan juga harus menghadapi aturan berlapis-lapis yang sering kali memengaruhi efisiensi dari proses kontrak.

Deretan Ecommerce Populer di Indonesia

Mengutip data dari situs meta-search, iPrice, berikut adalah lima platform perdagangan elektronik yang menguasai pasar ecommerce Indonesia saat ini.

1. Shopee

Marketplace Shopee

Shopee berada di peringkat teratas dalam daftar ecommerce populer di Tanah Air. Jumlah pengunjung web-nya setiap bulan mencapai lebih dari 96 juta dan memiliki pengikut Instagram sebanyak 5,9 juta lebih. Didirikan pada tahun 2009 silam, di bawah bendera SEA Group, Shopee berkantor pusat di Singapura.

Namun menariknya, meskipun Shopee sudah ada sejak 2009, peluncuran situs ecommerce ini baru dilakukan di Singapura pada tahun 2015. Segera setelah itu, platform belanja online ini langsung memperluas jangkauannya ke negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Di tahun yang sama, Shopee juga membuka bisnisnya di Taiwan.

Pada tahun 2019, perusahaan ecommerce ini kemudian melakukan ekspansi ke negara Brasil, yang menjadikannya sebagai negara pertama di luar kawasan Asia yang dimasuki oleh Shopee. Sejarah masuknya Shopee ke Indonesia sendiri terjadi tepatnya pada Desember 2015. Menawarkan model bisnis dalam bentuk aplikasi mobile commerce, perusahaan ini pun disebut sebagai platform mobile marketplace pertama yang menggunakan konsep customer-to-customer.

2. Tokopedia

Marketplace Tokopedia

Menyandang gelar unicorn, Tokopedia adalah e-commerce besutan anak negeri yang berhasil mengibarkan namanya di pasar perdagangan elektronik Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 2009 silam oleh Leontinus Alpha Edison dan William Tanuwijaya, perjalanan Tokopedia untuk meraih kesuksesan tentunya tidak mudah. Ide awal pembuatan platform ecommerce sebetulnya sudah ada sejak 2007, yang ketika itu dipicu oleh adanya keresahan William dan Leontinus saat mencari solusi untuk masalah perdagangan online di Indonesia.

Selama 2 tahun, sebelum akhirnya Tokopedia resmi diluncurkan pada hari kemerdekaan Indonesia — 17 Agustus 2009, proses pencarian investor terbilang sangat sulit karena minimnya bukti kesuksesan yang ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan berbasis internet di Indonesia.

Namun pada tahun-tahun berikutnya, platform belanja online ini sukses mendapatkan investasi dari berbagai perusahaan besar di dalam maupun luar negeri. Bahkan pada Agustus 2017, salah satu raksasa ecommerce dunia, Alibaba, setuju untuk menggelontorkan investasi hingga USD1,1 miliar untuk Tokopedia.

3. Bukalapak

Marketplace Bukalapak

Sama halnya dengan Tokopedia, Bukalapak juga merupakan salah satu platform ecommerce buatan anak Indonesia. Founder dari situs ecommerce ini adalah Muhamad Fajrin, Achmad Zaky, dan Nugroho Herucahyono. Memulainya dari sebuah rumah kos, Bukalapak pun sukses bertransformasi menjadi salah satu unicorn berpengaruh di Asia Tenggara.

Saat pertama kali diluncurkan pada 2010, Bukalapak berhasil menarik minat para pelaku UMKM untuk bergabung di platform mereka. Di awal 2010, tercatat ada sekitar 10.000 pelaku UMKM yang memutuskan bergabung dengan Bukalapak. Sejak itu, pamor Bukalapak terus meningkat dan membuat anggotanya tumbuh hingga 500.000 UMKM yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia.

Pun jika merujuk pada hasil riset iPrice, jumlah pengunjung web Bukalapak mencapai lebih dari 31 juta per bulan. Dibandingkan toko online lain di Indonesia, Bukalapak juga sukses menjadi yang teratas di platform media sosial Twitter, dengan jumlah pengikut lebih dari 600 ribu.

4. Lazada

Marketplace Lazada

Di peringkat keempat, ada Lazada yang memiliki sekitar 22 juta pengunjung web per bulan. Perusahaan ecommerce ini telah resmi diakuisisi oleh raksasa perdagangan elektronik China, Alibaba, pada 2016 silam. Rocket Internet sendiri sebetulnya berkantor pusat di Berlin, Jerman. Namun pada tahun 2011, mereka memutuskan untuk menyasar pasar Asia Tenggara dan akhirnya membuka kantor di Singapura.

Setahun berikutnya, pada Maret 2012, situs e-commerce Lazada pun dirilis. Di awal kemunculannya, model bisnis yang dianut perusahaan ini adalah barang disimpan terlebih dahulu di gudang, untuk nantinya dijual secara online. Akan tetapi, konsep itu kemudian diubah pada tahun berikutnya — 2013, yang memungkinkan pihak ketiga berjualan di toko online tersebut. Kini, wilayah operasi Lazada mencakup Vietnam, Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina.

5. Blibli

Marketplace Blibli

Sebagai salah satu ecommerce lokal yang berjaya di Indonesia, Blibli adalah salah satu produk digital dari Djarum Group. Didirikan pada tahun 2010 silam, bisnis mal online ini memiliki kantor pusat di Jakarta Barat. Jumlah pengunjung webnya setiap bulan mencapai 18 juta lebih dan memiliki pengikut Instagram di atas 1,3 juta.

Jika vendor toko online terkemuka seperti Tokopedia dan Bukalapak menerapkan model C2C, Blibli lebih condong ke penyatuan konsep B2C dan C2C. Dengan kata lain, selain memberi kesempatan pihak ketiga membuka lapak di situs e-commerce miliknya, Blibli juga menawarkan produk mereka sendiri. Bahkan tidak jarang, barang milik pelapak dikirim sendiri oleh Blibli.

Masa Depan Ecommerce Indonesia

Pasar ecommerce Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk hingga 200 juta lebih, negara ini pun dinilai sebagai pasar yang potensial untuk membangun bisnis berbasis daring. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingginya antusiasme masyarakat Indonesia dalam penggunaan internet.

Seperti dilansir situs Kominfo, ada sekitar 82 juta pengguna internet di Indonesia saat ini. Jumlah itu membuat Indonesia menempati posisi kedelapan dalam daftar pengguna internet terbanyak di dunia. Untuk itu, mari simak ulasan tentang tren pertumbuhan ecommerce Indonesia, yang sedikit-banyak akan memberikan gambaran seputar masa depan pasar perdagangan elektronik ke depannya di negeri ini.

Tren Pertumbuhan Ecommerce Indonesia

Situs riset pasar terkemuka, GlobalWebIndex, merilis data yang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi yang teratas secara global untuk tingkat adopsi ecommerce pada 2019 lalu. Bahkan, data itu juga memaparkan bahwa hampir 90 persen pengguna internet di Tanah Air pasti pernah berbelanja online, baik itu membeli suatu produk maupun layanan jasa.

Tren tentang pertumbuhan ecommerce Indonesia juga sempat diteliti oleh situs riset Statista, yang menunjukkan bahwa jumlah pengguna ecommerce terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan proyeksi mencapai 212,2 juta user di tahun 2023. Kemudian, dari semua sektor bisnis yang masuk dalam pasar ecommerce, Statista menemukan bahwa fesyen yang akan meraup pendapatan tertinggi di tahun 2023.

Dalam perkembangannya, ada beberapa tren yang kemudian mengikuti pertumbuhan industri ecommerce di Indonesia, yakni:

  • terjadi peningkatan daya beli yang signifikan di luar Pulau Jawa, terutama terjadi di daerah Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Bengkulu.
  • bisnis ritel masih mendominasi pasar ecommerce tanah air, yang sebagian besar menjual produk kecantikan, fesyen, dan kesehatan.
  • hasil riset McKinsey menunjukkan bahwa konsumen juga menggunakan toko online sebagai rujukan dalam melakukan riset harga. Bahkan, 20 persen pelanggan akan melakukan riset di toko online terlebih dahulu, sebelum mereka memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa secara offline.

Di sisi lain, perkembangan industri ecommerce Indonesia yang begitu pesat juga didukung oleh beberapa faktor penting seperti:

  • sistem pembayaran yang fleksibel membuat konsumen merasa lebih nyaman dan aman saat bertransaksi online. Bahkan, kini sebagian besar ecommerce juga menawarkan program cicilan online untuk lebih memanjakan pelanggan.
  • mulai digunakannya teknologi VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) sebagai solusi untuk memberi gambaran produk yang lebih nyata kepada konsumen. Selain dapat menciptakan pengalaman belanja yang lebih menyenangkan, kedua teknologi itu tentu bisa meningkatkan peluang pengusaha ecommerce untuk menarik lebih banyak pelanggan.
  • budaya berbelanja lewat media sosial juga menjadi salah satu faktor yang membuat perdagangan elektronik di Indonesia terus tumbuh. Karena alasan itulah, mengapa kini banyak situs ecommerce yang membuat fitur built-in embedded links, yang membuat toko online lebih gampang mempromosikan produk atau jasanya ke platform media sosial mereka
  • kemunculan tren produk custom juga berhasil memeriahkan pasar ecommerce di tanah air. Dengan memanfaatkan konten interaktif Q&A, baik itu melalui situs ataupun media sosial, beberapa ecommerce pun mulai tampak memasarkan produk custom, yang pembuatannya benar-benar disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan masing-masing pelanggan.

Apa Saja Manfaat Ecommerce?

Tentunya, kehadiran ecommerce telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Untuk itu, berikut adalah beberapa manfaat utama dari bisnis ecommerce.

1. Membangkitkan UMKM di Indonesia

Dengan adanya e-commerce, UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memasarkan produk atau jasa mereka secara lebih luas dan bahkan bisa sampai ke pasar global. Fitur-fitur canggih yang tersedia, baik itu di situs ataupun aplikasi ecommerce, juga membuat pengusaha UMKM lebih mudah membangun komunikasi yang efektif dengan calon pelanggan mereka.

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat di sektor ekonomi digital

Program edukasi yang dilakukan oleh beberapa perusahaan ecommerce juga berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat, khususnya kaum muda, untuk lebih aktif dalam mencoba peluang bisnis.

3. Menawarkan proses transaksi yang lebih cepat

Dari sisi konsumen, kehadiran ecommerce tentunya membuat proses berbelanja menjadi lebih simpel dan cepat. Melalui ecommerce, pelanggan juga bisa membeli produk dari sebuah toko fisik yang lokasinya jauh dari jangkauan atau menemukan barang yang sulit dijumpai di daerah mereka.

4. Membutuhkan lebih sedikit modal

Bisa dibilang, ini adalah salah satu manfaat terbesar dari kehadiran ecommerce, khususnya bagi para penjual. Untuk membuat sebuah toko fisik, penjual perlu modal yang tidak sedikit karena biasanya harus membayar biaya sewa gedung, inventaris, dan masih banyak lagi. Sebaliknya, toko online tidak membutuhkan dana pemeliharaan tempat. Ecommerce tentunya akan menjadi peluang yang menguntungkan bagi para seller berskala kecil atau perorangan yang ingin berbisnis, tetapi tidak memiliki modal awal yang besar.

Cara Efektif Migrasi ke Bisnis Digital

Bagi Anda yang ingin mulai menjajal bisnis online, berikut adalah cara efektif untuk bermigrasi ke bisnis digital.

1. Kenali pasar Anda

Karena jangkauan pasar di dunia ecommerce lebih luas, coba lakukan riset terlebih dahulu tentang jenis bisnis yang paling tepat dan demografis. Telusuri juga tentang calon pelanggan potensial Anda, seputar apa yang mereka butuhkan dan sukai, serta pelayanan seperti apa yang mereka harapkan dari bisnis tersebut.

2. Gunakan media sosial

Buatlah akun media sosial dengan nama brand Anda. Kemudian, susun secara matang tentang rencana konten yang bakal Anda bagikan di akun tersebut. Bikin konten semenarik dan sedekat mungkin dengan pelanggan untuk membuat mereka semakin tertarik pada produk atau layanan Anda.

3. Bergabung dengan platform ecommerce terbaik

Bila Anda belum mempunyai modal yang cukup untuk membangun web atau aplikasi online yang baik, manfaatkanlah platform ecommerce. Anda bisa menggunakan fitur-fitur canggih mereka untuk segera bermigrasi ke bisnis digital, tanpa perlu mengeluarkan modal awal yang besar.

4. Mengembangkan web e-Commerce sendiri

Sambil terus melakukan promosi lewat platform media sosial, bangunlah sebuah web untuk meningkatkan branding bisnis Anda. Dengan demikian, citra brand Anda akan tampak lebih profesional di mata calon pelanggan. Tidak hanya itu, Anda juga akan menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan trust para pelanggan.

Apabila Anda tidak ingin dipusingkan dengan pengembangan website e-Commerce tersebut, Anda dapat melakukan kerja sama dengan sebuah software house yang profesional dan berpengalaman untuk melakukan pengembangan web e-Commerce Anda sendiri. Salah satu rekomendasi software house yang profesional dan berpengalaman dalam melakukan transformasi digital perusahaan — perusahan besar Indonesia adalah SoftwareSeni.

Mengapa Harus SoftwareSeni?

1. Menguasai Berbagai Teknologi

SoftwareSeni memiliki banyak pengembang di mana para pengembang kami juga menguasai banyak teknologi, contohnya Laravel, Ruby on Rails, CodeIgniter, dan lain sebagainya. Tim pengembang SoftwareSeni juga sangat mahir dalam mengolah plugin-plugin WordPress. Jadi, website e-Commerce Anda tentunya akan dikembangkan dengan teknologi-teknologi yang sesuai.

2. Aman dan Nyaman

Kenyamanan dan keamanan data perusahaan Anda merupakan prioritas SoftwareSeni. Oleh karena itu, ketika Anda memiliki keluhan atau sekedar ingin berdiskusi dengan tim SoftwareSeni, kami akan sangat senang membantu Anda. Lebih jauh lagi, ketika Anda memutuskan bekerja sama dengan SoftwareSeni, kami akan memberikan jaminan keamanan kepada data perusahaan Anda. Jadi, Anda tidak perlu khawatir kebocoran data atau pun penyalahgunaan data perusahaan Anda.

3. Tim Profesional, Besar, dan Berpengalaman

Lebih dari 170 staff SoftwareSeni merupakan orang-orang yang profesional dan berpengalaman dalam bidangnya. Oleh karena itu, proyek pembuatan software perusahaan Anda akan dikerjakan dengan sangat profesional dan perencanaan yang matang. Tentunya, software Anda juga akan diselesaikan tepat waktu.

4. Dipercaya Perusahaan Besar Indonesia

SoftwareSeni telah menyelesaikan banyak proyek-proyek besar dengan sukses. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan besar juga telah mempercayakan proyek pengembangan IT mereka kepada SoftwareSeni. Contohnya adalah Astra International; salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia ini telah mempercayakan pembuatan e-commerce mereka, Seva.id kepada SoftwareSeni. Perusahaan-perusahaan besar lainnya yang mempercayakan proyek mereka kepada SoftwareSeni adalah Angkasa Pura, Museum Kepresidenan Yogyakarta, Traveloka, dan banyak lainnya.

5. Pengerjaan dengan Standar Internasional

Dengan klien yang telah tersebar mulai dari Asia, Australia, Amerika, dan negara-negara lainnya, SoftwareSeni memiliki standar internasional dalam pengerjaan proyek, khususnya pembuatan software untuk perusahaan Anda. Sebagai contoh, sebut saja RedBalloon, perusahaan asal Australia. Mereka telah bekerja sama dengan SoftwareSeni, di mana SoftwareSeni bertindak sebagai team extensions dari RedBalloon.

Jadi, berminat berkolaborasi mengembangkan website e-commerce bersama SoftwareSeni?

--

--

SoftwareSeni
SoftwareSeni

A fresh approach to websites, apps and software development.