Kuasai Data, Minimalisir Bencana

Octavia Rahmawati
Jurusan Statistika UII
4 min readJul 10, 2021
Sumber Gambar : Pinterest

Hallo, Statistician!

Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.

Berbicara soal kabar, sedih sekali rasanya melihat kondisi Indonesia bahkan juga dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Mendengar cerita saudara kita di luar sana yang menjadi korban akibat banjir, puting beliung, tanah longsor, gempa, kebakaran hutan dan lahan serta bencana lainnya, turut berduka. Belum lagi kondisi sekitar yang menjadi berbeda akibat Covid-19. Setahun lebih lamanya, tapi Covid-19 tak juga hilang sehingga pandemi pun tak lekas berakhir.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai hubungan data dan bencana, mari ketahui dulu apa yang dimaksud dengan bencana. Jadi, berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan juga penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta dampak psikologis.

Sumber Gambar : Pinterest

Kemudian bencana diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu bencana alam, bencana nonalam, dan juga bencana sosial. Yang dimaksud bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, dll. Kemudian ada bencana nonalam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa nonalam seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan juga wabah penyakit. Sedangkan yang terakhir adalah bencana sosial, dimana itu merupakan bencana yang diakibatkan oleh faktor manusia seperti konflik sosial, teror, dsb.

Setiap bencana memiliki peluang lebih besar untuk berdampak buruk dibanding dampak baiknya bagi korban yang tertimpa. Mulai dari dampak ekonomi, psikologis, maupun fisik. Sebagai seorang statistisi, kita dilatih untuk berpikir kritis dan mencari solusi mengenai suatu masalah yang ada disekitar kita, bahkan sekecil apapun itu. Dalam kasus bencana tentu statistisi harus ikut berkontribusi, karena letak Indonesia yang berada di jalur pertemuan lempeng Asia dan Australia membuat wilayah Indonesia menjadi rawan bencana. Lalu langkah apa yang bisa seorang statistisi lakukan untuk membantu menangani masalah tersebut?

Sumber Gambar : Pinterest

Membahas statistika tentu tak lepas dari data. Dengan demikian, seorang analis data harus mampu menganalisis serta menyajikan data. Data bukan lagi suatu hal yang tabu untuk didengar. Semua kasus membutuhkan dan menggunakan data. Dengan adanya data mempermudah kita dalam melihat, menganalisa dan juga memecahkan masalah. Dalam konteks bencana, data berguna sebagai mitigasi. Berdasarkan PP No 21 Tahun 2008 Bab I pasal 1 ayat 8 disebutkan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Seperti apa data bekerja untuk mitigasi?

Jadi dalam statistika kita mengenal yang namanya survei. Hasil dari kegiatan survei tersebut kita bisa mengambil banyak sekali kategori. Kita bisa mengumpulkan data jenis bencananya, seperti pada bencana alam kita bisa mengumpulkan data kasus banjir di Indonesia pada bulan tertentu misalnya. Hal ini dapat mempermudah pembaca untuk melihat perkembangan kebencanaan di Indonesia dari waktu ke waktu.

Sumber Gambar : Pinterest

Selain itu, dengan data juga bisa dilakukan pengelompokan usia rentan (bayi dan lansia), ketersediaan layanan kesehatan diwilayah sekitar, juga upaya mitigasi yang sudah dilakukan saat terjadi bencana. Dengan begitu kita bisa melakukan antisipasi atau mitigasi menggunakan pendekatan wilayah.

Kemudian dalam statistik juga dikenal dengan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang mendata penduduk terkait bencana menggunakan metode pendekatan rumah tangga. Dalam hal ini yang menjadi bahasan survei adalah mengenai jenis bencana apa saja yang terjadi, keadaan trauma yang dialami pasca bencana, berapa jumlah rumah tangga yang menjadi korban, dan juga mensurvei apakah korban atau masyarakat sudah diberitahu dan juga sudah mendengar adanya peringatan dini saat pra bencana.

Hal itu dilakukan semata-mata untuk meminimalisir terjadinya bencana yang lebih parah jika suatu saat datang kembali. Dengan ketersediaan data juga bisa membuat masyarakat lebih aware terhadap dirinya sendiri serta lingkungan. Melalui data, masyarakat khususnya pemerintah dapat melihat apakah probabilitas terjadinya bencana serupa diwilayah tersebut tinggi atau tidak. Sehingga nantinya bisa dijadikan bahan evaluasi pemerintah untuk melakukan penanggulangan melalui pemindahan kawasan pemukiman, memperbaiki tata ruang daerah, atau kebijakan lain yang membantu meminimalisir bencana.

Sebagai masyarakat Indonesia yang tinggal didaerah rawan bencana, sangat baik bagi kita untuk dapat menguasai data, mulai dari mengumpulkan data, menganalisis, mengolah, menginterpretasikan hingga mempresentasikannya. Untuk bentuk penyajian datanya sendiri bermacam-macam, bisa berupa tabel, grafik, infografis, dsb. Sejauh ini di Indonesia, kita bisa mengakses data mengenai bencana diwebsite BNPB, BPDB, BMKG, DIBI, BPS dan beberapa lainnya.

Bagaimana statistician? Sekarang sudah lebih tahu kan bahwa data memang sangat penting diberbagai bidang. Di dunia ini selalu melibatkan data, baik dalam perusahaan, pertanian, kelautan, industri, kebencanaan, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk bisa mempelajari juga mendalami statistika. Karena sudah terdapat banyak data namun kurangnya sumber daya manusia yang ahli dan mampu dibidang pengolahan dan juga penyajian data.

Referensi :

https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007

https://bnpb.go.id/ppid/file/PP_No._21_Th_2008

https://rb.bps.go.id/CIrbbps/index.php/gen_news/generate_berita/96

--

--

Octavia Rahmawati
Jurusan Statistika UII

Statistical student at Islamic University of Indonesia. Write as many as you can, then you will be known and remembered.