Ukur Risiko Investasi Dengan Standar Deviasi

Octavia Rahmawati
Jurusan Statistika UII
5 min readNov 12, 2021
Source Pinterest

Perkembangan teknologi dan digital ini menjadikan kita harus mampu bersaing dengan dunia dalam banyak bidang, salah satunya finansial. Untuk bersaing secara finansial dengan dunia, investasi adalah pilihan yang tepat. Berdasarkan fakta di lapangan menyatakan minat masyarakat Indonesia akan investasi ini masih rendah, padahal Indonesia adalah negara urutan ke-2 sebagai negara yang paling baik untuk berinvestasi, dilihat dari banyaknya sektor yang dapat digunakan sebagai ladang berinvestasi.

Lebih Dekat Dengan Investasi

Investasi memiliki makna menempatkan dana dimasa kini yang akan berkembang dimasa yang akan datang. Manfaat dari investasi salah satunya adalah meningkatkan kekayaan dan nilai aset serta melindungi kondisi finansial dari inflasi. Namun di Indonesia, masih kurangnya edukasi mengenai pentingnya berinvestasi, ini menjadikan salah satu alasan rendahnya minat masyarakat Indonesia khususnya kalangan milenial (usia 20–30 tahun) untuk terjun dalam dunia investasi.

Contoh investasi bisa berupa saham, properti, deposito, obligasi, asuransi, pembelian tanah atau emas juga pembangunan bisnis. Namun, banyak stigma yang beredar di masyarakat jika berinvestasi akan cenderung rugi karena kehilangan uang, tidak balik modal atau bahkan hanya permainan perbankan. Jenis kerugian yang bisa ditemui dalam berinvestasi cukup beragam, mulai dari capital loss, likuidasi, likuiditas, suspensi, dan delisting. Namun pada artikel ini tidak akan menjelaskan secara detail jenis-jenis risiko yang ada melainkan bagaimana untuk mencegah risiko tersebut. Investasi bisa berisiko pada kerugian karena sifat risk dan return yang berbanding lurus. Semakin besar return (hasil) akan semakin besar juga risk (risiko) yang diterima. Maka dari itu apabila menginginkan return yang tinggi atau besar, harus siap menerima risk yang tinggi atau besar pula.

Source pict by Google

Yang perlu diketahui bahwa dalam berinvestasi ini, kita dapat mencegah terjadinya risiko kerugian dengan mengukur risiko kerugian tersebut. Salah satunya dengan menggunakan standar deviasi.

Kenali Makna Standar Deviasi

Standar deviasi adalah bagian dasar konsep matematika, digunakan sebagai indikator seberapa jauh data statistik menyimpang. Nilai statistik berupa standar deviasi menentukan seberapa dekat data dari suatu sampel statistik dengan meannya. Semakin rendah nilai standar deviasinya maka semakin mendekati rata-rata. Dan apabila semakin tinggi standar deviasinya artinya semakin lebar rentan variasi datanya. Standar deviasi adalah ukuran besarnya perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata.

Perhitungan Standar Deviasi

Pict Source by : Google
  1. Hitung nilai mean dengan cara menambahkan semua titik data, dibagi dengan jumlah titik data
  2. Kurangi semua data dengan nilai mean tadi
  3. Menguadratkan hasil pengurangan semua data dengan mean (Hasil nomor 2)
  4. Jumlahkan hasil yang telah diperoleh dari penguadratan sebelumnya (Hasil nomor 3). Hasil yang diperoleh ini dinamakan varian
  5. Kuadratkan varian untuk mengetahui nilai standar deviasinya

Kegunaan Standar Deviasi Dalam Investasi

Dalam penerapannya diinvestasti, standar deviasi dipergunakan untuk mengukur sebaran harga aset dari harga meannya atau mengukur volatilitas di pasar. Semakin tinggi standar deviasinya maka kerugian yang didapat juga semakin besar. Ini artinya korelasi standar deviasi dan risk berbanding lurus juga. Namun mengapa dikatakan standar deviasi dapat mencegah risiko kerugian dalam berinvestasi? Karena dengan mengetahui standar deviasi yang tinggi, investor akan mengetahui seberapa tinggi pula risiko yang diterima. Dengan mengetahui risiko tinggi, maka investor juga akan mengetahui hasil yang diterima nantinya. Tak sedikit pula investor yang lebih menyukai standar deviasi yang tinggi guna mengetahui hasil akhir yang tinggi pula.

Pengaplikasiannya Dalam investasi

Dimisalkan dalam suatu saham rata-ratanya adalah Rp 3.000 dan simpangan baku atau standar deviasinya adalah Rp 250. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% maka harga closing saham akan berkisar Rp 2.750 - Rp 3.250. Jika harga saham ini turun atau naik dari range tersebut maka saham tersebut memiliki volatility juga risiko yang tinggi.

Atau semisal harga saham A memiliki nilai standar deviasi 0,0092, hasil atau return yang didapat dalam satu tahun akan mencapai menjadi 12,8%. Namun jika standar deviasinya diperkecil menjadi 0,0029 maka hasilnya akan menurun menjadi 7,49%. Ini menunjukan sifat standar deviasi dan return yang berbanding lurus juga sifat risk dan return yang berbanding lurus.

Nilai Standar Deviasi yang Ideal

Untuk standar deviasi dalam pengukuran risiko investasi ini tidak ada ketentuan berapa nilai standar deviasi yang idealnya. Karena perhitungannya akan selalu berbeda-beda untuk setiap pengukuran. Jika ditetapkan standar deviasi yang tinggi belum tentu semua investor mau menanggung risikonya. Karena kembali lagi ke sifat risiko dan hasil yang berbanding lurus. Maka standar deviasi yang ideal dapat ditentukan secara mandiri oleh investor, yakni seberapa berani investor mengambil standar deviasi yang tinggi untuk mencapai hasil yang tinggi dengan tingkat terjadinya risiko yang tinggi pula.

Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Standar Deviasi Dalam Ukur Risiko

Kelebihan mengukur standar deviasi dalam berinvestasi adalah memiliki prediksi yang cenderung mendekati benar, jika standar deviasi yang diperoleh cukup tinggi memiliki kemungkinan investor akan mendapatkan hasil akhir yang tinggi pula. Dengan begitu, investor akan mengetahui seberapa besar kisaran hasil yang akan diperoleh nantinya. Adanya kelebihan tentu ada pula kekurangan. Dalam menggunakan standar deviasi untuk mengukur risiko investasi ini, kekurangannya adalah perhitungan yang dapat dipengaruhi oleh outlier dan nilai ekstrem. Sebab mengansumsikan distribusi normal dan menghitung semua ketidakpastian sebagai risiko. Padahal bisa jadi itu adalah suatu keuntungan besar bagi investor.

Jadi kesimpulannya, investasi bukanlah pilihan yang buruk untuk mengembangkan aset yang dimiliki. Namun perlu diketahui bahwasanya segala sesuatu selalu mengandung risiko, begitu pula dalam berinvestasi. Investasi memiliki sifat yang berbanding lurus antara hasil dan risikonya. Tetapi investor dapat mengukur risiko dengan standar deviasi. Standar deviasi juga memiliki sifat yang berbanding lurus dengan hasil. Dengan begitu, investor akan mengetahui berapa hasil yang akan didapatkan dengan mengukur standar deviasi yang ada sebagai perhitungan risikonya juga.

Sumber :

Binus University. 2018. Mengapa Standar Deviasi Digunakan Untuk Mengukur Resiko. Accounting Binus.

Bareksa. 2019. Apa Itu Standar Deviasi dan Korelasinya Dengan Kinerja Reksadana. Bareksa.

Pamela. 2020. Apa Itu Standar Deviasi dan Hubungannya dengan Investasi. Ajaib.

Ariyanti, Fiki. 2021. Standar Deviasi Rumus dan Cara Menghitungnya di Excel. Cermati.

--

--

Octavia Rahmawati
Jurusan Statistika UII

Statistical student at Islamic University of Indonesia. Write as many as you can, then you will be known and remembered.