To Make You Feel My Love

(inspired by Adele’s song, Make You Feel My Love)

Novia Luciana ☀
Story, Thought, and Creativity
6 min readMar 18, 2014

--

Gaun klasik berwarna pastel ini sudah dikirimkan pada Gwen seminggu yang lalu. Terbungkus rapih dengan plastik bening dan sengaja digantungkan di lemari kaca supaya Gwen tidak lupa dengan hari pentingnya itu. Tentu saja tidak akan lupa, sudah sebulan ini ritual adat keluarganya sedang berjalan. Gwen sendiri tak pernah tahu ritual adat tersebut berasal darimana. Makan malam seluruh keluarga besar sudah berlangsung dari hari pertama di bulan ini, siang harinya bermain baseball bersama, berkebun, berjalan-jalan mengunjungi keluarga lainnya, dan menjelang sore taman hijau di belakang rumah adalah tempat paling menyenangkan untuk ber-barbeque. Semuanya sangat menyenangkan, melihat kedua calon mempelai bahagia, dan keluarga besar yang saling berkumpul.

When the rain is blowing in your face,
and the whole world is on your case.
I could offer you a warm embrace,
to make you feel my love.

Brisbane sore ini bersuhu 16 derajat celcius. Dingin. Basah karena hujan yang mengguyur kota ini sejak jam tiga sore tadi. Gwen sedang berkumpul bersama keluarga dari calon mempelai lelaki. Bercerita sana-sini dan tertawa bersama. Dentingan gelas-gelas wine tak henti-hentinya bersuara di ruangan sebelah. Para lelaki sibuk bermain kartu, ada pula yang menyudut membaca buku atau mungkin menonton film klasik hitam-putih. Yang menyudut itu salah satunya adalah Jade Marshal. Pebisnis muda asal Canada yang hijrah ke Brisbane dan sangat percaya bahwa hidupnya akan berubah di kota basah ini. Dan perubahan itu berawal pertama kali ketika ia bertemu Gwen.

“Hey Jade!! Your turn now.” Bradd mengagetkan Jade yang sedang terpaku menatap perapian. Bradd, saudara sepupu Gwen, sahabat mereka berdua, dan wakil presiden di perusahaan besar Jade.

“No, not today dude. I feel tired and I’m about to finish my night soon then go to bed.” Pria muda dengan rambut sedikit berantakan yang disengaja itu menolak secara halus.

“Ooo man! This tradition only once! I mean, not of us will get married in the same time.” Bujuk pria tegap berkulit sawo matang dan berkebangsaan Madrid yang ternyata bernama Brown.

“Jade is confused, let him alone.” Suara berat pria bijak itu membuat Jade terbelalak. Fred.

“Confusing about how to end up his relationshit…sorry, relationship with Wenda?” Dalton membuat semua orang yang berjumlah 6-termasuk Jade-menatap pria yang sedang menyudut itu.

“So…easily give up man? Why is it? Afraid of commitment while your turn is only in two months later? C’mon…we are adult who know exactly what we’ve choosen for our life, including the commitment. Look…I am afraid, while in less than 3 weeks, I’m gonna married Sandra. I was thinking that all of this stuffs will only make me bankrupt. This shit ritual?! I even don’t know what the hell I’m doing! But yess…I’m falling in love with her simplicity. The woman who can melted my heart only when staring her smiling, looking very deep into her shining eyes, and holding her small hands in every condition. And I was thinking that, holy cow!! I will love this commitment as long as we are together. Understand man?” Charlie adalah calon kakak ipar Gwen, ia akan menikah dengan Sandra 3 minggu lagi, dan ini pesta mereka. Gwen dan Jade adalah pendamping pengantinnya. Gwen berteman dekat dengan Jade sejak mereka masih di sekolah dasar. Kedekatan yang hanya sebatas teman itu bertumbuh menjadi rasa takut kehilangan di hati masing-masing meski mereka tak berani sekalipun mengatakan bahwa itu adalah cinta.

When the evening shadows and the stars appear,
and there is no one there to dry your tears,
I could hold you for million years,
to make you feel my love.

Jade hanya membalas mereka semua dengan senyuman. Ia beranjak meninggalkan ruangan lalu kemudian pergi menuju kamar tidurnya. Ketika ia berjalan, ia melewati ruangan para wanita yang sedang berkumpul lalu melongokkkan kepala pada pintu yang sedikit terbuka. Pandangan matanya tertuju pada gadis yang telah menemaninya di kala senang dan susah sedari dulu itu. Ia sesekali tersenyum melihat Gwen yang sedang bercanda dengan para wanita, sesekali ia termenung karena suatu hal. Tanpa ia sadari, Gwen menoleh ke arahnya dan menghampiri Jade yang sedikit kaget karena kepergok.

“Hei buddy, go home earlier?” kata Gwen sambil memegang pipi Jade dengan lembut.

“Yeaah…I’m just really tired lately. I’m sorry I can’t be your best, I mean, I couldn’t make myself enjoying this family’s ritual.” Jade memegang tangan Gwen yang terasa hangat di pipinya.

“Hey…hey, what happen? Is there something wrong and you wanna tell me?” Gwen menunjukkan raut muka panik.

“No, it just something that make me confuse, you know…our two months later marriage.”

“Kau gugup?” tanya Gwen.

Jade menangis. Ini kali pertama ia harus mengeluarkan air mata di depan Gwen. “Ya…tepatnya. Aku takut jika ternyata aku adalah lelaki pengecut itu. Lelaki di film-film kuno yang meninggalkan pengantin wanitanya di pelaminan, atau lelaki yang tidak menunjukkan batang hidungnya ketika ia telah menyanggupi menikah dengan wanita pilihannya. Kau tahu…” Jade menatap Gwen. Matanya merah dan air matanya masih mengalir begitu lembut.

I know you haven’t made your mind up yet,
but I would never do you wrong.
I’ve known it from the moment that we met.
No doubt in my mind where you belong.

“Wenda wanita yang baik untukmu. Jangan biarkan kekhawatiraanmu yang berlebihan itu merusak hari penting kalian nanti.” Gwen menatap Jade. Hatinya seperti sakit ketika melihat wajahnya terasa begitu pilu. Sebenarnya ia tahu bahwa Jade belum benar-benar mencintai Wenda dan siap menikah dengannya.

“Aku tahu. Ia sangat mencintaiku. Tetapi aku masih ragu ia akan tetap tinggal denganku meski aku tak punya apa-apa. Ia tidak sepertimu, ia datang saat semuanya sudah sempurna.”

“Cinta tidak seperti itu Jade. Cinta itu sesuatu yang tulus dan murni meski kau bilang padanya bahwa mungkin semua yang kau punya ini akan hilang nantinya.”

“Kalau begitu kau pasti sangat mencintaiku. Kau selalu ada di sisiku dan di setiap saat aku membutuhkanmu meskipun aku sangat payah soal ini.”

“Kau tahu itu. Dan kau akan tahu nanti.” Gwen tersenyum.

I’d go hungry; I’d go black and blue,
I’d go crawling down the avenue.
No there’s nothing that I wouldn’t do,
to make you feel my love.

Tak berapa lama sesuatu membuyarkan semua percakapan mereka, suara mobil baru saja terdengar di halaman rumah Gwen. Sepertinya mereka tahu siapa yang datang.

“Aku harap aku tidak telat menjemputmu sayang.” Suara Wenda dari kejauhan sangat nyaring, seakan-akan ia sedang berteriak di rumahnya sendiri. Jade meminta maaf kepada Gwen karena ulah kekasihnya itu sementara Gwen hanya tertawa geli melihat mereka berdua. Wenda tiba-tiba memeluk dan mencium Jade di depan Gwen hingga membuat Jade maupun Gwen merasa tidak nyaman.

“Aku harus segera pergi, setelah ini teman-temanku menunggu di café.” Kata Wenda sambil membuka bedaknya, merapikan dandanannya yang masih terlihat rapi.

“Kau kan habis dari pergi dengan mereka seharian ini.” Jade menunjukkan muka kesalnya.

“Tadi aku hanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, kali ini kita akan ke café.”

“Yang begini akan jadi istriku?” Jade masih kesal.

“Kau tidak mengerti aku sama sekali!” Wenda terlihat muram. Karena suasana semakin tidak menyenangkan, maka Gwen mencoba berbicara pada Jade.

“Wanita Jade…kau tahu persis kami seperti apa kan. Sudahlah, hujan lebat hampir turun dan aku masih akan sibuk dengan acara ini.” Kata Gwen tersenyum.

“Seharusnya aku menikahi kau Gwen, bukan dia. Aku pamitan dulu. Jaga kesehatan dan dirimu baik-baik. Sampai bertemu nanti.” Jade berbisik kemudian mendaratkan ciuman lembut di kedua pipi Gwen dan pergi. Sekali lagi, Gwen tersenyum melihat mereka berdua pergi. Senyum yang seakan ingin sekali menjawab kata-kata Jade dengan tanda setuju.

The storms are raging on the rolling sea and on the highway of regret.
Though winds of change are blowing wild and free,
You ain’t seen nothing like me yet.

Tak ada yang perlu disesali. Cinta tak pernah sejahat itu. Gwen yakin semua akan menemukan titik terang. Apapun keputusannya.

I could make you happy, make your dreams come true.
Nothing that I wouldn’t do.
Go to the ends of the Earth for you,
To make you feel my love

END

--

--