3 Mitos Berbahaya tentang Inovator

Tahukah kamu, jika ‘Thomas Alva Edison’ adalah brand yang dibentuk 14 orang? Ia bukan inovator jagoan seorang diri!

Tristia Riskawati
Suarsocial
Published in
3 min readSep 16, 2018

--

Tim Sanders, seorang penulis kenamaan Amrik — menyangsikan jika Thomas Edison adalah superhero inovasi.

Baginya, kekuatan Thomas Edison adalah bagaimana ia mampu mengkolaborasikan sejumlah orang untuk mencipta inovasi. Hasil karya Edison dilahirkan berkat kemampuannya menjadi komposer dalam sebuah orkestra inovasi.

Dalam video lecture Sanders dalam BigThink.com; dipujanya Edison sebagai sosok inovator seorang diri merupakan salah satu dari 3 mitos berbahaya soal inovator.

Yuk, mari bedah 3 mitos menurut pria yang pernah jadi Chief Solutions Officer (CSO) Yahoo ini!

#1 Lone Wolf Inventor

Selain Thomas Alva Edison, ada nama lain yang menurut Sanders sering disalahartikan sebagai ‘lone wolf inventor’. Dialah Steve Jobs.

Padahal, Steve Jobs pernah berkata, ia tidak pernah menciptakan apapun. Apa yang ia lakukan adalah merumuskan pola agar stafnya berkolaborasi merampungkan suatu proyek.

“Jika tidak ada Steve Wozniak, tidak akan ada perusahaan Apple. Jika tidak ada Jony Ive, maka tidak akan ada iPod. Jika tidak ada Tony Fadell, maka tidak akan ada iPhone,” ujar Sanders.

Tim Sanders juga menceritakan pengalamannya saat menjadi musisi. Pencapaiannya dalam mencipta lagu-lagu, rupanya membutuhkan sejumlah orang di belakangnya. Ia selalu berkolaborasi dengan orang lain.

Miller Heriman Institute melakukan riset untuk mencari perbedaan antara perusahaan yang bagus (good), dan perusahaan yang hebat (great). Perusahaan yang hebat adalah mereka yang menang, mereka yang mendulang pendapatan 20 persen lebih banyak ketimbang kompetitor mereka.

Ternyata resep mereka adalah dengan membungkam mitos ‘lone wolf inventor’ tersebut. Perusahaan tersebut paham betul, jika setiap permalasahan harus dihadapi bersama-sama, bukan dengan ‘satu orang jenius’ (atau divisi yang paling jenius).

“Salah satu contoh masalah yang bisa terjadi adalah divisi Sales di perusahaan. Mereka tidak mau mendengar perspektif dari divisi lain.”

Sanders mengibaratkan, ‘jenius’ adalah seperti layaknya tim olahraga. Yang diperhatikan betul adalah bagaimana tim olahraga tersebut dapat bekerjasama satu sama lain, bukan spesifik pada satu orang atau bagian.

#2 The Eureka Moment

Mitos kedua adalah soal ide besar seketika. Pemunculan ide ini kerap dinamakan The Eureka Moment.

Sanders menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan Ed Catmull, presiden studio animasi ternama, Pixar. Sanders menyatakannya soal kekagumannya kepada VP of Creative Pixar, John Lasseter, karena kepiawaiannya dalam menciptakan film animasi Toy Story.

Namun tanggapan Catmull tak ‘seindah’ yang Sanders kira. Tanpa tendensi untuk merendahkan Lasseter, ia bilang jika Toy Story dapat dibilang ‘bermasalah’ dalam pengerjaannya.

Beberapa masalah dari Toy Story adalah seperti sulitnya nge-render film dalam komputer; bagaimana tantangan untuk mencipta animasi gestur wajah; dan musykilnya mencipta narasi dari sudut pandang mainan.

Catmull berkata, “Toy Story dihasilkan dari ribuan masalah yang terselesaikan.”

Sanders kemudian memberi contoh, ketika sebuah perusahaan iklan mendapatkan tawaran jutaan dolar; maka tawaran tersebut dihasilkan dari ratusan masalah yang telah terselesaikan.

Bagi Sanders, ketika kita tidak lagi terbuai dengan mitos ‘jika ide keren jatuh begitu saja dari langit’; maka kita akan semakin bersemangat untuk berjejaring lebih giat, berpikir lebih matang, dan meriset lebih mantap.

Upaya-upaya ‘kecil’ ini akan mengantarkan kita pada momentum besar yang seolah merupakan ‘The Eureka Moment’.

#3 Myth of the expert

Bagi Sanders, solusi-solusi terbaik dihasilkan dari perspektif berbagai domain. Namun, jika kita terlalu berfokus dengan “Aku ahli di sini, aku tidak mau mendalami yang lain.” Maka ini bisa menjadi masalah.

“Orang terlalu ‘nyaman’ dalam domain mereka, sehingga mereka tidak punya perspektif yang cukup luas untuk menemukan pola yang saling berkaitan di antar bidang,” ujar Sanders.

Setiap penemuan dan solusi, menurut Sanders, dihasilkan dari pengetahuan kita mengenal pola dan konvergensi berbagai perspektif.

Menepis tiga mitos ini, menurut Sanders, adalah hal yang ‘menyakitkan’ bagi setiap orang. Hal ini karena manusia terbiasa dengan kisah-kisah heroik atau romantik mengenai inovator.

Namun, demi mencipta inovasi-inovasi hebat lainnya, maukah kita beranjak dari mitos — untuk bergegas pada kerja yang lebih nyata?**

--

--