Artifcial Intelligence (AI) dalam Pandangan Professor MIT
Bukannya menggeser manusia dalam pekerjaan, malah AI bisa bikin lapangan pekerjaan baru!
“Mungkin kita kebanyakan nonton film Terminator, jadinya takut AI.”
Begitu ujar Luis Perez-Breva, professor yang mendalami Artificial Intelligence di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Padahal menurutnya, pengembangan AI tidak seperti di film Terminator amat.
Dalam video kuliah singkatnya di situs BigThink, Perez-Breva menyatakan, secara garis besar AI adalah ‘robot’ yang lebih pandai dari kita dalam beberapa hal. Orang-orang kuatir jika AI ini akan menggeser manusia di beberapa bidang.
Justru, Perez-Breva tidak berpikir seperti itu mengenai peran AI dalam masyarakat.
Katanya, “Saya berpikir, dengan digantikannya peran manusia dengan AI , maka akan tercipta lapangan kerja baru yang belum terpikirkan sebelumnya.”
.
Perez-Breva berpendapat, ketika perusahaan mulai mengotomatisasikan sistemnya — maka biasanya ada lapangan pekerjaan yang terhapus. Menurutnya, sayang sekali jika perusahaan tidak memikirkan untuk mengkreasi lapangan pekerjaan baru.
“Mereka biasanya berpikir soal penghematan biaya. Padahal dengan diciptakannya lapangan pekerjaan yang baru, perusahaan tersebut bisa mengembangkan pasar mereka.”
Bagi Perez-Breva, ini dikarenakan karena kurangnya imajinasi dari perusahaan tersebut. Padahal, dengan sistem yang sudah terotomatisasi, seharusnya ada lebih banyak waktu untuk memikirkan inovasi yang lebih kreatif serta market yang lebih luas.
Lebih lanjut lagi, Perez-Breva menyatakan, AI adalah sarana agar membuat komputer menjadi rekan kerja kita.
Ia mencontohkan bagaimana Google memanfaatkan advance machine learning untuk menyediakan rekan kerja terbaik bagi kita. Ya, betapa kita dimudahkan oleh mesin pencari, email, google maps, drive, dan lain sebagainya!
“Ini tentang bagaimana komputer adalah alat lebih baik yang membantu pekerjaan kita, sehingga kita bisa menjangkau area keberhasilan lebih jauh lagi.”
.
Ini seperti Google yang memudahkan kita untuk melakukan hal-hal yang dulu sulit dilakukan.
Seperti, kini, kamu tinggal mengetikkan apa yang ingin kamu tahu soal topik tugas akhirmu di mesin pencari — ketimbang harus pergi ke perpustakaan dulu. Atau kamu dapat dengan mudah menerjemahkan sebuah teks ke bahasa lainnya lewat Google Translate.
Bagaimana, masih ngeri dengan AI? Atau malah semakin antusias ‘bersahabat’ dengannya?