Apa hal yang paling Anda kuasai saat ini?. Apakah bermain sepakbola? Programming? Menggambar? Menari? Bermain musik? atau Memasak?
Beberapa tahun yang lalu, hal yang Anda kuasai saat ini, bisa jadi adalah hal yang sulit untuk Anda lakukan.
Jika saat ini Anda jago memasak, ingatlah kembali masa dimana seluruh masakan yang Anda buat terasa asin, lalu Anda belajar untuk memperbaiki rasa masakan Anda.
Anda meminta saran ke orang-orang, Anda bertanya ke orang-orang, Anda menerima masukan dari orang-orang, Anda membaca buku resep, dan pada akhirnya masakan Anda terasa seperti masakan restoran bintang lima. Rasanya menyenangkan bukan? :)
Belajar membuat kita mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Dan membuat kita menguasai sesuatu yang sebelumnya tidak kita kuasai.
Dalam proses belajar ada satu hal penting yang harus ada, yaitu merasa bodoh.
Merasa bodoh membuat kita membuka pintu pikiran selebar-lebarnya untuk setiap ilmu yang datang. Merasa bodoh membuat kita banyak mencari tahu, banyak bertanya, dan banyak membaca.
Tapi, setelah proses belajar, setelah mengetahui dan menguasai, Ada orang yang memilih untuk kembali menjadi “bodoh” , dan ada orang yang menolak menjadi “bodoh” seperti…. saya.
Mengetahui dan menguasai suatu hal itu terasa menyenangkan. Tapi menolak menjadi “bodoh” adalah sesuatu yang membahayakan.
Disaat saya menolak menjadi “bodoh”, itu adalah saat dimana saya berhenti belajar, berhenti mendengarkan dan berhenti mencari tahu.
Pernah suatu ketika, di saat meeting membahas sebuah fitur baru, saya menolak mentah-mentah ide dari teman saya. Kenapa saya menolaknya? karena bagi saya, ide itu tidak masuk akal.
Inilah salah satu bahaya menolak menjadi bodoh. Dengan mudahnya menganggap suatu ide tidak masuk akal. Padahal jika saya mau mendengarkan lebih lanjut, mempelajari lebih lanjut, maka ide itu akan terasa masuk akal.
Dan…. jika saya mau mendengarkan lebih lanjut, pasti tidak akan menimbulkan sakit hati bagi orang lain akibat sebuah penolakan mentah-mentah.
Sepertinya belajar untuk menjadi “bodoh” lebih sulit daripada belajar untuk menjadi pintar. Tapi, sesulit apapun itu harus dicoba.
Seperti kata Pak Jamil Azzaini, Tabiat ilmu hampir sama dengan air. Ia mendekati tempat yg rendah. :)
Jadi teruslah belajar untuk menjadi “bodoh”, agar pikiran terbuka lebar untuk ilmu ilmu baru. Teruslah belajar untuk menjadi “bodoh” agar tergerak untuk selalu bertanya dan mencari tahu.