Surat untuk diriku di umur 20 tahun

Dwinawan
Suaralain
Published in
2 min readSep 5, 2018

Halo Wan, apa kabar?

Masih suka begadang?

Masih suka bangun siang?

Masih suka nitip absen lalu maen ke rental PS?

Masih suka tidur di kelas?

Jangan kaget, aku adalah dirimu beberapa tahun dari hari ini. Sengaja mengirim surat untuk mengabarkan sesuatu :)

Saat kau menerima surat ini, kau masih berumur 20 tahun. Masih muda banget…. jangan lupa sikat gigi sehabis makan woi!!!… biar aku gak repot-repot nambal lubang lubang.

Umur 20 tahun, itu berarti kau sedang menjalani semester 4. Dan saat ini masih belum memiliki komputer.

Menyedihkan ya?, Mahasiswa jurusan teknik informatika, tetapi tidak memiliki komputer. Sudah menginjak semester 4 pula.

Masih sering ke lab kampus untuk numpang menggunakan komputer dan internet?

Atau masih sering menginap di kosan teman untuk numpang mengerjakan tugas dengan menggunakan komputer mereka?

Atau mungkin masih suka membenci ayah dan ibu karena belum mampu membelikan komputer? Atau masih suka beranggapan kalau mahasiswa teknik informatika yang enggak punya komputer itu enggak punya masa depan? Dasar anak labil :)

Jangan emosi, baca surat ini sampai habis…. :)

Wan, kau pernah mendengar kalimat “Tuhan adalah perancang skenario terbaik?”

Beberapa bulan dari hari ini, saat kau mengunjungi lab kampus, kau akan bertemu dengan Huzaifah. Saat itu kau melihat dia sedang membuat website yang begitu indah. Itulah awal mula mu mengenal desain website.

Lalu, beberapa bulan dari hari ini, saat kau menginap di salah satu kosan temanmu. Kau akan bertemu dengan Zulkifli, dan ialah orang yang akan mengajarimu tentang pemrograman web.

Kelak, dua hal tersebut, akan berperan penting dalam perjalanan hidup mu :)

Wan, bukan tanpa alasan Tuhan tidak memberikanmu komputer.

Tuhan ingin kau bertemu dengan orang orang yang akan mengajarkan ilmu nya padamu.

Tuhan ingin kau bertemu dengan orang orang yang akan menunjukkan jalan yang sesuai untukmu.

Aku tahu, di umur 20 tahun ini kau sering sekali merasa putus asa dan takut akan masa depan.

Dua hal yang musti kau pegang. Jangan lupakan Tuhan, dan jangan berhenti berbuat baik. Dua hal itu akan membuka pintu pintu kebaikan dan juga akan menunjukkan jalan yang harus kau tempuh.

Pesan terakhirku, lekas temui ayah dan ibu lalu minta maaf.

--

--

Dwinawan
Suaralain

Co-Founder Paperpillar • UI Designer • Love to create design exploration on dribbble.com/dwinawan • Have a question? find me on twitter.com/dwinawan_