Konsumen Cemaskan Dampak
COVID-19 Namun Optimis Situasi Membaik di Akhir Mei

Tika Widyaningtyas
SurveySensum
Published in
5 min readMay 19, 2020

Jakarta, 15 April 2020 — Konsumen di Indonesia mencemaskan dampak COVID-19 terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Di sisi lain, mereka optimis bahwa situasi tidak menguntungkan ini hanya berlangsung hingga akhir Mei 2020. Sentimen ini tercermin pada hasil riset SurveySensum COVID-19 Consumer Behavior Track pada 20–27 Maret 2020.

“Konsumen Indonesia tentu cemas dengan situasi akhir-akhir ini. Sekitar 90 persen konsumen merasa kehidupan sehari-harinya terganggu sejak merebaknya COVID-19. Namun 45 persen di antaranya yakin bahwa situasi ini akan segera membaik. Mereka yakin dalam 2 bulan kita akan kembali normal. Ini artinya konsumen berharap pada akhir Mei 2020 situasinya sudah terkendali,” ungkap Rajiv Lamba, CEO Surveysensum.

Kekhawatiran terbesar di kalangan konsumen adalah apabila ia atau keluarganya terserang COVID-19. Setidaknya ada 70 persen konsumen yang mengkhawatirkan hal tersebut. Kekhawatiran ini bukan saja menyangkut kesehatan konsumen dan keluarga besarnya, tetapi juga stigma sosial yang harus diterima.

“Bagi masyarakat Indonesia yang senang bersosialisasi, dampak sosial tidak kalah mengkhawatirkan dibanding dampak kesehatan COVID-19 itu sendiri. Mereka khawatir dikucilkan, tidak bisa bertemu dan bercengkerama dengan orang lain yang takut tertular COVID-19 selama berbulan-bulan,” tutur Rajiv di Jakarta (14/4).

Dalam survei yang dilakukan terhadap 500 konsumen ini juga menangkap kepanikan 59 persen konsumen apabila toko-toko yang biasa mereka kunjungi kehabisan stok makanan dan kebutuhan pokok.

“Kekhawatiran tersebut mendorong perubahan perilaku konsumen secara signifikan. Konsumen kini lebih fokus pada gaya hidup dasar yang mengutamakan kesehatan dan higienitas,” lanjut Rajiv, “Perubahan terbesar adalah meningkatnya jumlah konsumen yang membeli cairan pembersih tangan. Angkanya melonjak hingga 85 persen. Orang-orang kini jauh lebih perhatian dengan higienitas tangannya dengan mengaplikasikan cairan pembersih tangan berkali-kali dalam sehari.”

Selain itu 55 persen konsumen yang disurvei oleh SurveySensum menyatakan lebih sering minum air dibandingkan sebelum COVID-19 merebak di Indonesia. Mereka pun kembali ke prinsip dasar kesehatan dengan lebih sering mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur, dan vitamin. Konsumen yakin bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga mereka terhindar dari COVID-19.

Yang tak kalah menarik, 18 persen konsumen justru lebih sering berolahraga. Rajiv menuturkan, “Konsumen memang menghindari pergi ke gim karena pembatasan sosial. Sebagai gantinya, mereka berolahraga di rumah atau di sekitar lingkungan rumahnya. Ini merupakan kesempatan bagi produsen perlengkapan olahraga untuk memfasilitasi konsumen berolahraga di rumah.”

Menurut Rajiv, sementara aktifitas terkait kesehatan meningkat, aktifitas lain yang berhubungan dengan kegiatan sosial, hiburan di luar rumah, transportasi, dan jalan-jalan menurun drastis. Konsumen mengurangi aktifitas di luar rumah, keramaian, dan berkerumun untuk menghindari penularan COVID-19.

Berjalan-jalan di akhir pekan, misalnya, tidak lagi dilakukan oleh 77 persen konsumen di Indonesia. Tak jauh berbeda, 76 persen konsumen mengurangi frekuensi pergi ke mall dan sebanyak 73 persen konsumen tidak berlibur sejak darurat COVID-19. Aktifitas lain yang lebih jarang dilakukan konsumen yaitu berkumpul dengan teman-teman mereka serta makan di luar rumah.

Dengan berkurangnya berbagai kegiatan di luar rumah, perilaku konsumen terhadap penggunaan alat transportasi pun ikut menurun. Pada akhir Maret 2020 lalu 66 persen konsumen lebih jarang menggunakan jasa transportasi online baik Go-Jek maupun Grab, dan 65 persen konsumen mengurangi penggunaan transportasi umum. Sementara itu terdapat 39 persen konsumen yang lebih jarang menggunakan kendaraan pribadinya.

Di sisi lain dengan banyaknya konsumen yang bertahan di rumah merupakan kesempatan bagi industri digital untuk lebih berkembang lebih cepat. Konsumen lebih terbuka dengan dunia digital dan aktifitas online. Selama masa darurat COVID-19, 70 persen responden SurveySensum COVID-19 Consumer Behavior Track menjajal setidaknya 1 kategori digital baru.

SurveySensum menanyakan lebih lanjut apa saja kategori yang baru pertama kali dicoba oleh para konsumen. Hasilnya, 38 persen konsumen mengatakan baru mencoba berkonsultasi dengan tenaga medis secara online. Konsumen layanan pendidikan online juga ikut naik 34 persen mengingat para siswa harus belajar di rumah. Dalam hal ini layanan digital HaloDoc dan Ruang Guru meraup ceruk yang lebih besar dibanding sebelum COVID-19 merebak.

Teknologi yang mendukung konsumen bekerja di rumah turut mengalami peningkatan. Sebanyak 27 persen konsumen mencoba aplikasi dan perangkat lunak untuk bekerja seperti Microsoft, Zoom, Skype, dan sejenisnya.

Semakin banyaknya waktu di dalam rumah mendorong konsumen bereksplorasi dengan pilihan hiburan. Misalnya, 25 persen konsumen untuk pertama kalinya menonton siaran hiburan digital seperti Netflix, Viu, dan sebagainya. Tak hanya hiburan, aplikasi belanja online dijajal oleh 20 persen konsumen sedangkan aplikasi fitness 13 persen konsumen.

Konsumen Harapkan Pelaku Usaha Lebih Berempati dan Tidak Serakah

Di tengah situasi yang kurang menguntungkan bagi sebagian besar konsumen, pelaku usaha diharapkan lebih berhati-hati dalam memasarkan produk. Di satu sisi, pelaku usaha memang harus tetap mempertahankan konsistensi identitas merek, namun di sisi lain konsumen tidak ingin para pemilik merek mengeksploitasi COVID-19 untuk mempromosikan produknya.

“Saat ini kita semua khawatir, cemas, sehingga para pelaku usaha diharapkan lebih menunjukkan simpati dan empatinya. Konsumen memahami bahwa pelaku usaha harus menjual produknya ke mereka, namun sebaiknya dengan cara yang lebih halus. Tidak bisa serta merta mengatakan ‘Anda harus minum ini supaya tidak tertular COVID-19’.”

Rajiv menuturkan,“Tunjukkan bahwa merek Anda ikut berkontribusi positif melawan COVID-19 misalnya dengan kegiatan sosial. Bisa juga dengan ikut mengedukasi konsumen bagaimana beradaptasi dengan situasi saat ini. Buktikan bahwa merek Anda ikut memperbaiki situasi dari sudut pandang yang lebih optimistis.”

Kegiatan aktivasi dengan tujuan mendukung masyarakat, mengedukasi konsumen mengenai kesehatan, higienitas dan kebersihan memang menjadi sangat penting. Untuk itulah pelaku usaha harus memahami perubahan perilaku konsumen secara terus-menerus. Dengan demikian para pelaku usaha dapat lebih cermat mengidentifikasi mana sajakah kanal pemasaran yang dapat memberikan ROI (Return on Investment) tinggi.

Lebih lanjut Rajiv menekankan kepada pelaku usaha untuk semakin mengoptimalkan keberadaan produknya baik di pasar online maupun offline. Hal ini terutama berlaku bagi produsen kebutuhan pokok, kesehatan dan higienitas yang masih akan terus menjadi incaran konsumen.

Fokus meningkatkan pertumbuhan penjualan online mutlak harus dilakukan mengingat konsumen pun mulai terbuka dengan pilihan berbelanja online. Oleh karena itu pelaku usaha perlu melakukan optimalisasi UI/UX dari aplikasi maupun webseite e-commerce. (Press Release)

--

--