Persepsi Visual (Prinsip Gestalt)

Dalam teori persepsi visual, terdapat prinsip Gestalt yang menyatakan bahwa seseorang cenderung mengelompokkan sesuatu yang dilihat menjadi satu kesatuan utuh berdasarkan pola

Dadan Dahman W.
Howdy Sysinfo
6 min readJun 19, 2021

--

Photo by stephan sorkin on Unsplash

Dalam teori persepsi visual, terdapat prinsip Gestalt yang menyatakan bahwa seseorang cenderung mengelompokkan sesuatu yang dilihat menjadi satu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Prinsip Gestalt wajib dimengerti dan diikuti ketika membuat sebuah visualisasi data agar tidak terlihat berantakan dan agar dengan cepat dapat dicerna oleh audiens. Terdapat berbagai macam prinsip Gestalt namun kita akan fokus pada enam konsep yaitu proximity, similarity, enclosure, closure, continuity, dan connection.

Proximity (Kedekatan)

Manusia cenderung menganggap objek yang jaraknya berdekatan merupakan kelompok atau golongan yang sama. Sedangkan objek yang jaraknya berjauhan sebagai kelompok atau golongan yang berbeda Sebagai contoh perhatikan gambar di bawah. Kita akan melihat 12 titik di bawah sebagai tiga kelompok terpisah akibat kedekatan relatif satu sama lain.

Similarity (Kesamaan)

Pada konsep kesamaan. objek yang memiliki warna, bentuk, ukuran, dan arah yang sama dianggap terkait atau termasuk bagian dari kelompok yang sama. Sebagai contoh pada image di bawah di mana terdapat objek berwarna biru dan berwarna abu-abu. Walaupun mereka tidak berdekatan, namun otak kita akan menganggap bahwa mereka memiliki hubungan. Apa yang ingin diceritakan dengan visualisasi di bawah? Apakah mungkin ini menceritakan bahwa ada 3 kelompok dengan pendapat berbeda dan masing-masing kelompok tersebut terdiri dari pria (warna biru) dan wanita (warna abu-abu)?

Enclosure (Pembeda)

Konsep pembeda menyatakan bahwa objek yang memiliki batas fisik atau border yang sama merupakan satu golongan sama. Salah satu cara untuk mengoptimalkan prinsip enclosure adalah menggambar visual pembeda dalam data kita. Seperti menambahkan area berbayang pada grafik baris berikut untuk memisahkan bagian yang berupa data riil (seperti angka penjualan selama 4 bulan terakhir) dengan data prediks (seperti perkiraan angka penjualan selama 4 bulan ke depan).

Closure (Penutupan Bentuk)

Konsep penutupan bentuk berkata bahwa otak manusia cenderung memandang sekumpulan objek yang terpecah-pecah sebagai bagian dari satu objek yang lengkap, daripada memandang kumpulan objek tersebut sebagai sesuatu yang benar-benar terpisah satu sama lain. Karena hal ini orang cenderung melihat kumpulan elemen individu sebagai kesatuan suatu elemen tunggal. Sebagai contoh perhatikan gambar sebelah kiri. Biasanya ketika kita membuat sebuah grafik pada Google Sheets, akan otomatis terbentuk border atau kotak agar grafik terlihat sebagai satu kesatuan. Selain itu kadang ada warna pengisi pada kotak (seperti warna abu-abu pada gambar tersebut). Namun coba hilangkan border dan warna pengisi tersebut sehingga terlihat seperti pada gambar sebelah kanan. Otak manusia akan tetap menganggap kedua elemen gambar sebagai bagian dari satu grafik yang sama. Sebagai nilai plus, dengan menyederhanakan bentuk grafik, maka data pada grafik akan lebih terlihat menonjol.

Continuity (Kesinambungan Pola)

Konsep kesinambungan pola mirip dengan konsep penutupan bentuk namun lebih fokus kepada kecenderungan otak manusia untuk secara alami membentuk garis pola walaupun tidak terlihat secara eksplisit. Contohnya dapat dilihat pada gambar grafik bar di bawah ini yang sumbu-y vertikal telah dihapus. Walaupun sumbu tersebut dihilangkan, kita tetap melihat bahwa masing-masing batang berbaris rapi dimulai dari sumbu-y yang imajiner karena konsistensi jarak antara label (tulisan A, B, C, D, dan E) di sisi kiri dan gambar batang di sebelah kanan. Berarti Anda dapat menggunakan konsep ini untuk menghilangkan komponen visualisasi yang berantakan agar lebih bersih. Sebagai nilai plus, desain yang lebih bersih dapat membuat data kita lebih menonjol.

Connection (Koneksi)

Konsep terakhir yang akan kita bahas adalah konsep koneksi. Manusia cenderung melihat objek yang secara fisik terhubung sebagai bagian dari satu golongan atau kesatuan. Konsep koneksi biasanya lebih kuat tertanam di otak kita daripada konsep kedekatan dan konsep kemiripan.

Salah satu cara yang bisa kita manfaatkan untuk prinsip koneksi adalah grafik garis yang bertujuan untuk membantu mata kita melihat susunan data seperti pada gambar di bawah ini. Tanpa adanya garis yang secara fisik menghubungkan titik, otak akan cenderung melihat terlebih dahulu pola sesuai konsep kedekatan (di mana terlihat ada 3 kelompok beda pada gambar sebelah kiri). Namun ketika ditambahkan garis fisik, maka otak langsung melihat keseluruhan sebagai bagian dari satu kesatuan sebagaimana pada gambar sebelah kanan.

Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa prinsip Gestalt membantu kita memahami bagaimana orang melihat dan mengidentifikasi elemen yang tidak diperlukan untuk mempermudah proses komunikasi visual.

Menghilangkan Elemen yang Rumit

Bayangkan sebuah halaman kosong atau layar kosong. Kemudian tambahkan satu elemen visual dan minta orang lain untuk menjelaskan apa yang dia dapat tangkap dari elemen tersebut. Selanjutnya tambahkan satu elemen baru, kemudian minta orang lain untuk menjelaskan kedua elemen yang ada. Lakukan berulang-ulang. Semakin lama Anda akan menyadari bahwa semakin banyak elemen yang ditambahkan, semakin banyak pula bagian yang akan dilewatkan oleh audiens. Hal ini karena tiap elemen yang Anda tambahkan ke halaman atau layar tersebut pasti memerlukan waktu dipahami. Namun, untuk memahami dan memproses setiap elemen dibutuhkan kekuatan otak. Sedangkan kemampuan setiap orang itu terbatas. Oleh karena itu, semakin banyak elemen berarti semakin tidak efektif kita dalam menyampaikan sebuah visualisasi data. Agar audiens dapat dengan efektif mengerti visual yang diberikan, maka Anda perlu membuat elemen visual terlihat rapi. Secara umum, identifikasilah dan hapuslah elemen yang kurang efektif.

Cognitive Load (Beban Kognitif)

Apa itu beban kognitif? Sederhananya, usaha mental yang harus dilakukan untuk dapat memproses dan mempelajari informasi. Ketika kita meminta komputer untuk melakukan pekerjaan, kita mengandalkan kekuatan pemrosesan komputer. Hal serupa juga terjadi pada manusia. Ketika kita meminta audiens untuk menyerap informasi, kita mengandalkan pola berpikir mereka untuk memproses hal tersebut. Ini disebut dengan beban kognitif. Harus dimengerti bahwa otak manusia memiliki kekuatan untuk pemrosesan yang terbatas. Sebagai orang yang membuat visualisasi data, kita harus membuat audiens mudah memahami data yang kita sampaikan. Jika audiens membutuhkan waktu lama untuk memahami data yang kita sampaikan, maka kita harus memperbaiki persepsi visual data yang kita buat.

Salah satu hal penting yang mempengaruhi beban kognitif adalah usaha dari audiens untuk mencerna informasi. Jika audiens merasa tidak percaya diri dalam mencerna visual yang Anda berikan, maka akan semakin besar bebannya. Hal sama bisa terjadi jika audiens tidak percaya dengan informasi yang Anda berikan. Ketidakpercayaan tersebut akan menjadi halangan bagi mereka untuk mencoba memahami data dengan cepat.

Kerumitan

Salah satu penyebab utama yang menimbulkan cognitive lead yang berlebihan adalah sebuah kerumitan atau disebut juga dengan clutter. Clutter merupakan elemen visual yang tidak menambah pemahaman. Terdapat alasan sederhana mengapa kita berusaha untuk mereduksinya. Mungkin tanpa kita sadari sebuah clutter dalam komunikasi visual dapat menyebabkan informasi kurang ideal sehingga berdampak pada pengalaman tidak nyaman bagi audiens saat membacanya. Ketika visual terlihat rumit, kita membuat audiens membuang banyak waktu untuk memahami tampilan data. Sehingga kita dapat kehilangan kesempatan menyampaikan informasi pada audiens dengan efektif.

--

--