Mengincar Kendali Astra

Andri Indradie
Tabloid Kontan
Published in
3 min readOct 25, 2016
Halaman muka Tabloid Kontan Edisi Perdana

Inilah judul terbitan pertama Tabloid Kontan Edisi No 1 Tahun 1 30 September 1996 di kolom “Fokus”

Astra International memang layak diincar pemodal kakap

Astra International adalah konglomerat dengan bidang usaha serbalengkap. Bisnisnya terentang mulai dari otomotif hingga jasa keuangan. Kinerja keuangannya juga cukup mantap. Keuntungan semester pertama 1996 lebih dari Rp 182,8 miliar. Cuma, kendali Astra gampang diambil alih karena kepemilikan saham yang menyebar.

Oleh: Yopie Hidayat

Bila dilihat dari ukurannya, Astra ter-golong perusahaan raksasa yang maha-kuat. Berdasarkan laporan keuangannya per 30 Juni 1996, dalam semester pertama tahun ini keuntungan Astra tercatat lebih dari Rp 182,8 miliar. Seluruh nilai kekayaannya Rp 17,5 triliun. Tapi, sang raksasa ini tak akan sekuat penampilannya bila ada orang berduit yang ingin mengambil alih.

Pasalnya, struktur kepemilikan saham Astra tersebar dengan sangat merata. Pemegang saham terbesar Astra, hingga akhir Agustus 1996, adalah PT Delta Mustika yang cuma memiliki 10,68% saham. Delta Mustika adalah milik taipan kayu, Prayogo Pangestu. Lalu ada saham yang dimiliki oleh berbagai institusi pemerintah sebesar 10,61%. Di luar dua besar ini, ada pemegang saham ketiga terbesar, yaitu Toyota Corp., dari Jepang.

Selepas mereka, pemegang saham Astra adalah berbagai perusahaan milik para taipan terkenal seperti Sofyan Wanandi atau Usman Admadjaja yang masing-masing memegang kurang dari 5%. Sisanya, benar-benar milik masyarakat. Pendek kata, Astra adalah perusahaan publik yang betul-betul dimiliki orang banyak.

Saat ini, total jumlah saham Astra tercatat 1,16 miliar. Bila sekarang harga saham Astra di bursa tercatat Rp 3.725, maka secara keseluruhan nilai saham Astra cuma Rp 4,32 triliun. Bila ada taipan yang berminat mengendalikan perusahaan raksasa beraset Rp 17,5 triliun ini, ongkos yang ia keluarkan juga akan terasa cukup murah. Sang juragan tak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 4,23 triliun untuk membeli seluruh saham Astra.

Cukup 20% kendali sudah di tangan

Soalnya, menurut pasal 18 anggaran dasar perusahaan Astra, seorang pemegang saham cukup mempunyai 20% saja untuk bisa memerintahkan dewan direksi menyelenggarakan Rapat Umum Luar Biasa para Pemegang Saham. Artinya, cuma dibutuhkan dana sebesar Rp 860 miliar untuk sepe-nuhnya memegang kendali Astra, sebuah perusahaan yang memiliki lebih dari seratus anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Mulai dari mobil, industri kom-ponen, keuangan, sampai industri pertanian.

Anak-anak perusahaan ini juga terus beranak-pinak. Pertengahan September lalu, Astra membuka sebuah pabrik komponen milik salah satu anak perusahaannya, PT Fuji Technica Indonesia. Pabrik senilai US$ 30 juta ini adalah hasil patungan Astra dengan Fuji Technica, Nichimen Corp., dan Itochu yang semuanya berasal dari Jepang. Di sini Astra memproduksi dies atau cetakan bodi mobil yang bakal meningkatkan porsi komponen lokal pembuatan mobil di Indonesia.

Melihat fakta yang menggiurkan seperti ini, tak heran bila banyak taipan besar yang ingin ikut memiliki Astra. Seperti kata Putera Sampoerna, Astra adalah investasi yang sangat menguntungkan.

Sekadar investasi atau ikut memiliki

Pertanyaannya, apakah sekadar menaruh investasi di saham Astra sudah cukup memuaskan semangat berbisnis para taipan itu? Belum tentu. Sebab, banyak peluang yang masih bisa dimanfaatkan daripada sekadar menyimpan saham Astra sebagai wahana berinvestasi.

Misalnya saja bagi Tommy Soeharto yang sedang mengembangkan industri mobil nasional. Bila Tommy bisa ikut andil memiliki Astra, dapat dipastikan proyek mobilnya akan berjalan mulus. Selama ini, salah satu kendala Tommy adalah ketiadaan fasilitas perakitan untuk mobil Timornya. Fasilitas ini sedang dibangun di Cikampek dan tentu butuh waktu untuk penyelesaiannya. Sedangkan fasilitas perakitan mobil bagi Astra termasuk bisnis pertama yang sudah dirintis sejak 1970-an.

Astra juga sudah memiliki industri komponen yang cukup beragam. Yang juga sangat berharga dan tak tertandingi adalah jaringan pemasaran maupun pelayanan purnajual kendaraan bermotor. Tentu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun jaringan seluas milik Astra.

Itu sebabnya, meskipun belum jelas juntrungannya apakah Tommy memang betul-betul berminat membeli Astra, di pasar sudah berembus gosip yang sangat keras. Tommy lah yang akan menjadi pemilik saham terbesar di Astra. Tommy sendiri enggan berkomentar. No comment, katanya ketika ditanya KONTAN.

Apa pun yang sebenarnya ter-jadi, pasar modal menjadi bergairah karena maraknya transaksi di saham Astra ini. Di bulan September saja, total nilai saham Astra yang berpindah tangan tercatat Rp 746,7 miliar. Bila akhirnya memang betul ada pemilik saham baru yang menguasai Astra, itu memang sudah risiko Astra sebagai perusahaan publik. Yang jelas, investor publik jadi senang. Harga saham Astra jadi bagus dan juga likuid, alias gampang dijual. Kondisi ini yang memang dicari-cari para investor di pasar modal.

--

--

Andri Indradie
Tabloid Kontan

Journalist | Bekerja untuk Anda, digaji Kompas Gramedia | Telp. +62215357636 ext. 1601 | andri.indradie@kontan.co.id | www.kontan.co.id