Impediment? Jangan Manja!

Filipus Tian
TahuBulat
Published in
3 min readDec 22, 2016

Itu bukan impediment, dasar modus!

Ada hal menarik yang saya dapatkan di Lean Coffee ke-8 kemarin, 21 Desember 2016 di Kopital, Bandung. Salah satu teman ingin sharing mengenai impediment.

Impediments dalam Scrum dikenal sebagai hambatan-hambatan yang muncul selama sprint berjalan yang bisa memperlambat proses bahkan bisa menggagalkan sprint goal. Dalam daily stand up meeting masing-masing anggota tim mengemukakan hal apa saja yang bisa menghambat proses development untuk mencapai sprint goal.

Saya punya pengalaman dengan tim baru dalam Scrum, saat itu salah satu anggota tim mengatakan, “Yang menghambat saya adalah saya harus menjemput pacar saya jam 3, jadi saya cuma bisa kerja sampai jam 3 tapi saya lanjutkan jam 9 malam”. Sontak anggota yang lain tertawa, termasuk saya karena itu ucapan seperti itu adalah hal baru bagi tim ini, maklum kami terbiasa mendengar hambatan seputar teknis. Kami makin ngakak setelah kami tau kalau dia sedang berantem dengan pacarnya, dan dia ingin meredam dengan mengajak dinner pacarnya.

Ada hal lain yang saya kagumi, yaitu bahwa dia sadar jika ketidakhadiran dia mulai jam 3 sampai jam 9 bisa menghambat pekerjaannya. Disadari atau tidak oleh kami, mood dia sedang tidak baik dan dia sedang berusaha untuk mendapatkan mood yang baik.

Hasilnya kami belum tau, tergantung usahanya pada saat dinner. Bisa baik atau bisa bertambah buruk! Asumsi saya jika usahanya ditolak, saya cukup yakin dia tidak bisa kembali kerja jam 9, paling langsung tidur karena masih bete.

Di Lean Coffee semalam, salah satu teman kami menjelaskan untuk memahami impediment-nya dulu, sebelum mengambil tindakan. “Apakah itu memang hambatan atau sekedar mengada-ada?”. Ini menarik bagi saya. “Artinya, kita sebagai scrum master harus mengajarkan anggota tim untuk menyelesaikan oleh diri sendiri dahulu sebelum menyerahkan kepada scrum master”, lanjutnya.

Saya setuju dengan ini, bukan berarti scrum master tidak mau membantu tapi ini penting bagi tim untuk berkembang semakin dewasa. Juga, scrum master harus bisa menilai apakah ini memang hambatan secara global atau lokal.

Dalam kasus tim saya, hal tersebut adalah hambatan global yang tidak bisa ditangani oleh scrum master secara langsung, tapi informasi hambatan tersebut membuat anggota tim lain aware jika yang bersangkutan berpotensi untuk tidak menyelesaikan pekerjaannya, tentunya bisa memperlambat mencapai sprint goal. Dalam posisi seperti ini tim dituntut untuk berfikir, bagaimana anggota tim harus bertindak jika hal itu terjadi? Jangan manja dengan menyerahkan segalanya kepada scrum master.

Impediment penting untuk tetap disampaikan dan jika dirasa diperlukan, bisa dibuatkan Backlog Impediment. Buat backlog impediment agar mudah dilihat oleh tim, dan kelompokan impediment mana saja yang global atau lokal agar tim tetap aware terhadap situasi saat itu.

Cerita menarik lainnya, salah satu anggota tim mengatakan jika hambatan dia adalah laptop yang dia gunakan tidak cukup baik dan dia berharap disediakan Macbook agar bisa lebih optimal. Dengan cepat anggota lain menjawab, “Ah itu mah kamu aja yang pengen dibeliin Mac, biasanya juga gak apa-apa. Dasar modus!”, yang lain tertawa, yang mengeluh cuma nyengir modusnya ketauan.

--

--

Filipus Tian
TahuBulat

Co-founder Kreasi X. Trainer and coach Adaptiva.co.id Member of Yayasan Indonesia Tangkas Beradaptasi