Scrum Bukan Hanya Stand-Up Meeting

Filipus Tian
TahuBulat
Published in
3 min readNov 26, 2016

Tak kenal maka tak sayang. Kalau belum kenal kok bisa bilang?

Salah satu penyebab orang mengatakan “Scrum itu gak bagus” karena pemahaman yang sangat minim mengenai Scrum, bahkan tidak jarang kita belum paham kenapa sprint berdurasi 2 minggu sampai 1 bulan.

Terlihat agak bodoh tentunya jika kita melihat sebuah mobil baru pertama kalinya di jalan dan saat itu juga menilai mobil itu jelek, walaupun dengan kalimat “keliatannnya”. Kenapa? Karena anda belum pernah menggunakannya, bahkan sampai memegangnya pun belum. Baru sekedar melihat atau bahkan mendengar kata orang. Jangan menilai kacang dari kulitanya, kan?

Ketika kami mengajak teman-teman kami lainnya untuk belajar Scrum bersama, kalimat undangannya adalah: Mari Kita Mengenal Scrum. Salah satu teman kami lainnya menyaut, “Setuju, kita kenalan dulu. Siapa tau jodoh?”.

Berdasarkan pengalaman kami saat belajar mengenal Scrum bersama, teman-teman yang belum paham betul apa itu Scrum menolak untuk menggunakan karena alasan yang berbeda-beda. Salah satu alasan yang menggelitik adalah karena ada pemahaman Scrum membatasi koordinasi.

Saya pribadi bertanya, kok bisa?

Scrum = Standing-Up Meeting

Salah satu teman kami yang ragu mengenai Scrum menjelaskan, jika dalam dunia software development itu butuh kerjasama dan koordinasi yang terus menerus. Diskusi dan koordinasi perlu dilakukan setidaknya sehari tiga kali untuk menjaga pemahaman yang sama mengenai apa yang sedang dikerjakan dan mendeteksi jika ada kesulitan.

“Developer mah kadang-kadang harus dijelasin lebih dari sekali, apalagi yang newbie”.

Kami pikir bukan hanya developer, apa pun pekerjaan kita kadang hal seperti itu terjadi. Maklum kita manusia bukan mesin yang di-setting.

Sedangkan Scrum, lanjutnya, hanya diperbolehkan berkoordinasi selama 15 menit di pagi hari. Setelah itu tidak boleh ada acara-acara lain, dan setiap orang harus bekerja sesuai apa yang dijelaskan selama 15 menit itu.

Bagaimana bisa orang harus bekerja sempurna selama 7 jam 45 menit dari koordinasi yang hanya 15 menit?”, kurang lebih demikian pemahamannya tentang Scrum. Scrum hanyalah stand-up meeting.

Scrum Lebih Kaya

Tentunya pemahaman tersebut salah. Scrum tidak melarang untuk tidak berkoordinasi setelah Daily Scrum, masih banyak acara-acara lain yang disebutkan dalam Scrum untuk menjaga proses development agar lebih berkualitas. Scrum lebih kaya dari sekedar meeting berdiri 15 menit.

Seingat saya tidak kata larangan dalam Scrum Guide, namun bukan berarti mengijinkan untuk mengindahkan aturan dalam Scrum. Scrum mengijinkan tim untuk berkolaborasi lebih jauh agar lebih kaya dalam menciptakan karya (baca: software).

Mari kita pelajari Agile dan Scrum secara spesifik dan lebih dalam agar kita benar-benar paham, baru memutuskan apakah cocok atau tidak.

Mengulang pesan teman saya, mari berkenalan lebih dahulu, siapa tau memang benar jodoh. Jangan terlalu percaya kesan pertama, karena itu hanya iklan semata.

--

--

Filipus Tian
TahuBulat

Co-founder Kreasi X. Trainer and coach Adaptiva.co.id Member of Yayasan Indonesia Tangkas Beradaptasi