High Growth Firms: Refleksi dari Laporan Bank Dunia untuk Sektor Agrikultur

TaniGroup
TaniGroup
Published in
5 min readDec 1, 2018

“World is not a zero-sum struggle in which one country’s gain is another loss” — Jeffrey Sachs (The End of Poverty).

Foto: “TaniGroup dan komitmen untuk tumbuh bersama mitra di lahan budidaya”

Bicara tentang sektor agrikultur (sebagai fokus perhatian TGerians/Tani Group’s employees) tentu tak lepas dari membahas sektor pembangunan atau lebih spesifik lagi, pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sebagaimana yang disampaikan Jeffrey Sachs, Professor Universitas Columbia yang aktif menyuarakan pentingnya kolaborasi antar negara dan badan pemerintah untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals) dalam bukunya ‘The End of Poverty” yang dikutip di awal, Tani Group percaya bahwa setiap bagian dari dunia modern saat ini perlu berkolaborasi untuk maju bersama (bukan memenangkan kompetisi untuk meninggalkan yang lain). Hal ini perlu berlaku pula untuk pelaku sektor agrikultur (researcher, akademisi, pemerintah, dan sektor privat): We need to collaborate more.

Foto: Tim TaniGroup mengajak partisipasi masyarakat luas mendukung petani Indonesia, one step at a time

Sejalan dengan semangat berkolaborasi untuk tumbuh bersama-sama, menarik untuk menyimak laporan yang dirilis Bank Dunia/ The World Bank berjudul ‘High-Growth Firms: Facts, Fiction, and Policy Options for Emerging Economies’. Dalam laporan singkat yang telah diumumkan kepada publik terkait rilisan yang dimaksud, tim analis Bank Dunia melihat korelasi antara kebijakan pemerintah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, dengan pertumbuhan cepat yang terjadi pada firma/perusahaan (high-growth firms/HGF).

Disampaikan bahwa ‘premis’ yang biasa mengemuka di tengah masyarakat modern adalah bahwa “tipikal HGF adalah small start-up di bidang teknologi yang tumbuh dalam periode waktu tertentu dikarenakan tiga faktor utama: pengembangan teknologi terbaru, inovasi marketing yang brilian, atau staf (tim) yang sangat kompeten.”

Foto: Pengembangan kompetensi di TaniGroup juga dilakukan kepada tim TGerians yang bergerak mengantarkan hasil produk Petani mitra kepada berbagai macam konsumen

Hal yang dipercaya secara masif ini dinyatakan over time, terbukti menimbulkan bias preferensi Pemerintah di beberapa negara berkembang dalam tendensi memberikan keran akses kemudahan hanya pada HGF yang jatuh pada kategori yang dimaksud. Nyatanya pertumbuhan pada banyak startup di negara-negara emerging economies yang ditelaah oleh analis Bank Dunia, tidak hanya bertumpu pada ‘kecilnya start-up’ dan/atau ‘limitasi periode’ yang dimaksud untuk tumbuh.

Tim Bank Dunia melalui laporan ini menyatakan bahwa HGF terbukti tidak hanya terdiri dari small start-up (memiliki staf kurang dari 50 orang). Namun pertumbuhan cepat yang dimaksud banyak terjadi di saat start-up telah memiliki staf lebih dari 50 orang. Selain itu, dari semua negara yang masuk dalam kategori yang diteliti laporan ini (Brazil, Côte d’Ivoire, Ethiopia, Hungaria, India, Indonesia, Meksiko, Afrika Selatan, Thailand, Tunisia, dan Turki), tercatat hanya Hungaria yang tidak mengalami pertumbuhan firma/perusahaan lebih besar dari 4 persen setelah fase high-growth terjadi. Data tadi artinya mematahkan pandangan awal bahwa pertumbuhan pesat terjadi di masa (1) start-up berukuran kecil secara anggota tim; serta (2) terjadi pada periode waktu tertentu saja dan lalu mengalami stagnansi.

Foto: Tumbuh secara episodic dan tidak stagnan: Faktor untuk mencapai HGF versi Bank Dunia

Disebutkan bahwa periode HGF ini bersifat short lived but episodic, atau dapat terjadi di masa yang akan datang (tidak berhenti di kali pertama). Dimengerti bahwa dalam perjalanan membangun firma/perusahaan, tidak akan dipenuhi dengan fase achieving all the time, namun juga bumpy roads dimana kurva pertumbuhan terlihat tak bergerak naik namun juga tidak bergerak turun (in certain growth level for a while for few reasons).

Menarik kemudian untuk melihat faktor-faktor tumbuhnya firma/perusahaan menurut laporan ini. Jawabannya terletak pada 3 aspek, yakni: Inovasi, network economies, dan human capital.

  • Kemauan untuk terus berinovasi dalam menawarkan variasi produk dan/atau jasa, serta persistensi dalam mendobrak pasar yang baru dan lebih luas lagi, menjadi faktor kunci pertama untuk tumbuhnya suatu firma/perusahaan;
  • Koneksi atau keterhubungan antar masing-masing fungsi bisnis, sangat mempengaruhi fase pertumbuhan yang dimaksud. Sebagai contoh: Kemudahan jarak tempuh antara lahan budidaya di pedalaman Ethiopia dengan pusat produksi pengolahan komoditas, sangat berpengaruh pada hasil akhir ‘mampu atau tidak mampunya’ firma pemilik usaha untuk tumbuh lebih cepat;
  • Peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor pertumbuhan yang terus dapat diasah, sangat bergantung pada kemauan manajemen dalam mengolah lebih dalam lagi aspek-aspek yang relevan. Disebutkan sebagai contoh, kesempatan untuk mempelajari skill-skill baru yang mempersiapkan pekerja menuju revolusi industri 4.0 (di tengah-tengah padatnya pekerjaan), dapat menjadi stepping stone untuk pengembangan SDM ke depan.

Menjadi bagian dari emerging economy bernama Indonesia, tentu sebuah priviledge yang patut disyukuri dengan cara berkembang tanpa henti. Ketiga faktor penentu HGF yang disebutkan dalam laporan Bank Dunia ini: Inovasi, network economies, dan pengembangan SDM, dapat dicermati oleh masing-masing Firma/Perusahaan lebih dalam lagi.

Sebagai bagian dari ekosistem tech start-up di Indonesia dengan fokus pada sektor agrikultur, TaniHub dan TaniFund berkomitmen untuk tumbuh tak hanya bersama internal stakeholders di Perusahaan namun dengan seluruh pemangku kepentingan eksternal, termasuk di dalamnya Pemerintah, civitas akademika, NGOs, INGOs, IGOs, organisasi publik internasional, dsb.

Foto: TaniGroup menjalin kerjasama dengan IFC (International Finance Corporation) sebagai bagian dari komitmen Perusahaan untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak (Agustus 2018).

Selain berkolaborasi, pemahaman di TaniGroup terkait inovasi adalah sama dengan terus memperbaiki sistem dan bekerja sama dari setiap lahan budidaya yang menjadi mitra TaniGroup. Dengan terhubung satu sama lain dan diiringi semangat untuk membangun komunitas di segala penjuru negeri, konektivitas ini diyakini akan sangat membantu dalam proses terciptanya pertumbuhan yang lebih optimal lagi ke depannya.

Foto: Dengan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kerjasama lintas sektor TaniGroup melalui TaniFund, fokus untuk memberi akses keuangan pada mitra petani Indonesia

Bersama membangun negeri! Mencapai status sebagai HGF bukanlah tujuan utama, namun faktor-faktor yang disebutkan merupakan indikator penting bagi TGerians untuk selalu berbenah sembari maju menuju tantangan yang baru setiap hari.

Connecting farms with people, together growing the future.

--

--