TGerians Story: Lahan Petani & Mimpi yang (Harus) Besar di TaniGroup

TaniGroup
TaniGroup
Published in
7 min readNov 17, 2018
Foto: Lahan kelompok tani di Cihanjuang Jawa Barat (November 2018)

Tulisan ini adalah awal dari seri ‘TGerians Story’ yang diharapkan dapat mengangkat cerita di balik keseharian dan aktivitas TG-erians (sebutan untuk employee dari Tani Group) dalam membangun dan merealisasikan visi misi TaniHub dan TaniFund. Connecting farms with people, together growing the future!

Tulisan pertama adalah dari Achdya Kusumah, TaniXpress Specialist TaniGroup West Java office:

Kalau ngebahas tentang kerjaan di TaniGroup, berarti bahasannya soal kerja bareng petani Indonesia dulu. Karena dari awal, fokusnya TaniHub dan TaniFund itu untuk maju bareng-bareng sama mitra petani yang jujur awalnya banyak ragu sama kita. Saya sering ditanya kalau ke lahan atau pas di kantor sama mitra pembeli: “Beneran mau bantu petani, nih Kang?”

Saya kenal mitra-mitra petani TaniGroup hampir 2 tahun terakhir. Sejak awal saya gabung dulu sebagai Operations Field Specialist di TaniFund dan sekarang sebagai TaniXpress Specialist di TaniHub branch Jawa Barat (Bandung), saya terbiasa kenalan dan kerja bareng sama para mitra petani di banyak daerah.

Rasanya kayak mimpi.

Kenapa?

Karena dulu menjelang lulus bangku kuliah (saya lulusan Universitas Padjajaran/Unpad tahun 2006 jurusan Sosial Ekonomi Pertanian), saya dan temen-temen sempat berkali-kali yakin: “Pasti masuk bank, nih.”

Bukannya kerja di bank itu nggak ok atau gimana, tapi dulu ada ‘sedihnya’ sih. Kalau bisa pengennya tetap di dunia pertanian. Karena semangat saya dari dulu memang mau kerja bareng sama temen-temen petani, bangun sektor ini sampai capek badan capek hati pokoknya.

Kalau kata tulisan yang pernah saya baca, ini namanya passion. Iya, mungkin ini passion saya untuk belajar terus soal dunia agrikultur seperti apa.

Foto: Dua orang anggota kelompok tani di Cihanjuang, Jawa Barat, setelah panen buah lemon (November 2018).

Di awal bulan November ini, saya ikut ke lahan kelompok tani yang sudah cukup lama kerjasama dengan TaniGroup. Kang Odoy adalah nama ketua kelompok taninya. Dengan empat orang rekan satu tim di TaniHub Bandung, kami ke lahan yang terletak di daerah Cihanjuang (sekitar 75 menit perjalanan dari kota Bandung dengan motor), yang men-supply buah seperti lemon, jeruk, dan satu lahan di bagian lain yang menghasilkan buah mangga.

Dari dulu saya tau walaupun cukup muda dibandingkan petani lain di daerah asalnya ini, Kang Odoy semangat banget untuk bareng dengan petani-petani yang lebih senior, membawa hasil budidaya lahan Cihanjuang ke pasar yang lebih luas lagi. Dan Kang Odoy percaya sama teknologi yang dibangun TaniHub dan TaniFund. Katanya ke saya, ‘yang canggih-canggih begini jadi bikin yakin kalau pertanian bakal naik kelas.’

Di lahan seluas kurang lebih lima hektar, belasan petani dalam kelompok tani yang sama menanam lemon dan beberapa varian buah jeruk.

Foto: Lemon dari lahan Cihanjuang yang baru dipanen kelompok tani Kang Odoy (November 2018)

Sekarang lagi agak banyak peminat lemon, kata Kang Odoy. Waktu sebuah foto di hapenya ditunjukkan ke saya, saya langsung ketawa kecil. Ternyata gaya hidup masyarakat kota yang lagi sering minum infused water, jadi salah satu alasan peningkatan permintaan lemon Cihanjuang. Beberapa fotonya menunjukkan beberapa potongan lemon yang dimasukkan di dalam air mineral dingin di kafe-kafe.

Setelah ngobrol cukup banyak soal produk, saya jadi tertarik untuk tanya ke Kang Odoy tentang kendala yang dirasakan kelompok taninya dalam proses yang selama ini mereka jalani sebagai kelompok tani yang tidak terlalu besar di luar area perkotaan di Bandung, Jawa Barat.

Selain faktor modal (Kang Odoy berkali-kali mengajukan pinjaman modal ke beberapa bank dan dianggap belum ‘pas’ untuk menjadi peminjam, katanya), pengetahuan soal bertani dan pencegahan-pencegahan hama juga jadi hal serius yang Kang Odoy coba pelajari.

Foto: Tim TaniHub sebelum bertemu kelompok tani di lahan Cihanjuang (November 2018)

“Sedihna teh kalau ngobrolin beginian nyambung na sama angkatan kolot, Kang. Kalau sama temen mah ditinggal tidur. Pada teu minat sigana jeung dunia nanem siga kieu” (Sedihnya kalau ngobrolin beginian nyambungnya sama generasi tua, Kang. Kalau sama temen mah ditinggal tidur. Pada nggak minat sama dunia pertanian).

Saya lanjut ngobrol sama Kang Odoy yang sore itu juga memperlihatkan hasil panen lemon yang masih ada sekitar 2 karung di lahan. Minggu lalu saya lihat tim National Sourcing TaniHub (tim di TaniGroup yang khusus menangani hasil panen petani untuk didistribusikan ke tim-tim TaniHub) sudah mengambil hasil panen lemon (dan buah lain seperti mangga) dari kelompok tani Kang Odoy ini untuk selanjutnya dilakukan proses kontrol kualitas (quality control/QC) sebelum dikirimkan ke modern retailer clients yang telah menjadi mitra TaniHub.

Foto: Suasana warehouse TaniHub Bandung saat melakukan pengecekan berbagai buah kiriman mitra petani dari berbagai daerah di Jawa Barat dan sekitarnya (November 2018)

Ngomong-ngomong soal anak muda di dunia pertanian, minat anak muda memang belum ‘gila’ sih untuk membangun agrikultur dalam negeri sendiri. Saya juga kadang-kadang ditanya temen, ‘kenapa tahan kerja ngurusin lahan pertanian yang banyak masalahnya?’ Ya hama di lahan mitra petani lah, ya ditolak klien ‘besar’ karena ukuran buah yang dikirim dianggap kecil lah, belum ‘diceramahin’ orang warehouse nya mitra pembeli yang selalu berharap hasil tani Indonesia se-sempurna mungkin.’

Foto: ‘Ritual’ sebelum kirim produk mitra petani ke client modern retailer TaniHub? MAKAN dengan tim Warehouse :)

Capek sih memang, capek banget. Mendengar cerita Kang Odoy tadi rasanya kayak dengerin batin sendiri yang ngomong. Capek, kadang kehilangan harapan, semangat naik turun, dan sebagainya (untung ada Istri sama anak untuk dipeluk).

Foto: Tim Warehouse TaniHub Bandung, mempersiapkan pengantaran produk mitra petani ke klien Modern Retailer (November 2018)

Tapi biasanya setelah selesai kunjungan ke lahan Kang Odoy dan lahan-lahan mitra petani lain dari TaniGroup, saya jadi keinget lagi tujuan awal. Alasan kenapa saya lebih milih bangun TaniGroup dengan sekitar seratusan temen-temen lain di Perusahaan yang belum sampai tiga tahun usianya ini.

Saya yakin, usaha nggak akan ngebohongin hasil. Mungkin belum kelihatan sekarang. Tapi saya percaya semua di TaniGroup lagi sama-sama ngeyakinin diri bahwa ini akan bawa arti yang lebih besar dari rasa negatif yang sering muncul di kepala.

Contoh hal yang bikin pusing itu, waktu-waktu pengantaran produk mitra petani ke client. Bukan apa-apa, sering kali karena kualitas produk yang selalu diharapkan ‘terbaik’, jadi ‘cobaan batin’ buat saya dan tim yang selalu ke lahan petani & melihat sendiri perjuangan petani untuk menghasilkan panen terbaik.

Foto (atas dan bawah): Suasana proses koordinasi pengiriman produk mitra petani TaniGroup ke modern retailer di kota Bandung, Jawa Barat (November 2018)

Saya kadang pengen ngomong ke bos-bosnya klien (cuma nggak bisa, hehe): Bukan petani Indonesia yang mau buahnya ada yang kecil, atau nggak sebesar buah impor terkenal yang gambarnya selalu ‘maha sempurna’ itu. Kadang agak frustrasi juga pengen nyampein ke yang beli buah kalau kecil nggak selalu asem. Banyak banget buah yang rasanya enak, cuma secara penampilan mungkin ‘rada-rada beda’.

Nah di TaniGroup saya diajak untuk justru pelan-pelan dengan ‘ketidaksempurnaan’ buah Indonesia ini tetap maju dan coba meyakinkan publik bahwa buah Indonesia itu ya buah kita. Kalau kita sendiri nggak mau coba konsumsi buah Indonesia dengan segala keberagamannya, gimana orang asing mau?

Jadi setiap kali ikut dalam perjalanan ketemu kelompok tani dan ngeliat hasil panen yang besar dan kecil, saya kayak diingetin Tuhan bahwa kita semua perlu lebih baik lagi mengapresiasi hasil bumi ini. Bukannya ‘nurunin kualitas’, tapi mungkin kita belum mau bahkan untuk sekedar mencoba. Sekedar menghargai lah istilahnya.

Dan momen-momen ‘pusing’ seperti ini, dan bolak balik ke lahan mitra petani kayak Kang Odoy, yang bikin saya yakin kalau saya punya hidup yang berarti. Mimpi nya TaniGroup untuk bawa buah Indonesia jadi pemenang di negeri sendiri itu mimpi besar banget. Nggak gampang ngewujudinnya. Cobaannya banyaknya minta ampun. Belum lagi kalau hari libur mau nggak mau harus usaha untuk nawarin barang mitra petani kita ke calon klien. Mau ngeluh? Kalau semangat kendor, buah nya busuk, nyeselnya nggak abis-abis yang ada.

Foto: Waktu mau nonton Bohemian Rhapsody sama sebagian tim TaniGroup West Java. Thank you buat Management yang kasih kesempatan refreshing ini, berarti banget untuk bikin stres berkurang, hehe (November 2018)

Makanya, kerja di TaniGroup di mata saya jadi salah satu arena ‘seru-seruan sama kenyataan’. Nggak selalu indah (ya iya lah), tapi dalam proses yang banyak kurangnya ini saya justru belajar soal hidup dan artinya. Susah bareng, senyum bareng, semuanya bareng. Sama keluarga petani pula, yang semangatnya kayak nggak pernah habis.

Malu aja kalo ngeluh dan milih berhenti. Semangat terus! Semangat bermimpi besar soal bangun agrikultur di negeri sendiri. Stres mah biasa, maju terus, sok atuh ah!

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Achdya Kusumah adalah TaniXpress Specialist (supply chain) di TaniHub kantor Bandung (West Java Branch). Lulus dari jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad), Achdya bekerja sebagai researcher di badan penelitian Unpad sebelum bergabung di TaniGroup sebagai Field Operations Specialist TaniFund selama kurang lebih 1 tahun. Sejak pertengahan tahun 2018, ia menempati posisinya kini di TaniHub.

TaniHub dan TaniFund adalah Perusahaan di bawah TaniGroup, yang fokus pada tujuan menghubungkan petani Indonesia dengan akses penjualan (TaniHub) dan akses permodalan melalui platform peer-to-peer lending (TaniFund). Didirikan di tahun 2016 dan 2017, TaniGroup berpusat di Kemang, Jakarta Selatan dan memiliki 4 warehouse dan kantor cabang (Jakarta, Jogjakarta, Bandung, dan Surabaya).

--

--