TGerians Story: “Learn Fast and Fail Often”

TaniGroup
TaniGroup
Published in
6 min readNov 23, 2018

Tulisan ini adalah bagian kedua dari seri ‘TGerians Story’ yang mengangkat cerita di balik keseharian dan aktivitas TGerians (sebutan untuk employee TaniHub dan TaniFund) dalam membangun dan merealisasikan visi misi TaniGroup. Connecting farms with people, together growing the future!

Fian Kurniawan, VP Engineering TaniGroup:

Dua tahun dulu saya gabung di Go-Jek sebagai VP Engineering, dan di masa-masa itu Go-Jek kantornya masih di rumah. Sedikit banyak agak mirip sama kantor pusat TaniGroup sekarang: Homey dan semangatnya to build something and to prove whether it’s good enough to be developed further.

Satu hal yang sangat sama antara yang saya rasain di Go-Jek dan di TaniGroup sekarang ini adalah: Dua-duanya fokus untuk solving problems. Dan masalah yang mau diselesaikan baik oleh Go-Jek ataupun TaniGroup, sama-sama masalah yang istilahnya ‘riil’ banget dirasain sama masyarakat/user di sektornya masing-masing.

Foto: Tech area — TaniGroup HQ, Kemang, Jakarta Selatan

#Befriend with problems

Fokus ke ‘masalah’, itu sebenernya inti dari semua orang yang hati-nya di teknologi. Kita yakin kalau pemanfaatan teknologi itu nggak untuk kedengeran ‘we’re so Elon Musk and we’re so cool’. Yang selalu kita bangun di tech team itu gimana untuk segera ‘berasumsi’ tentang masalah yang ada dan ‘worth enough untuk di-solve’ alias penting, cari solusi dengan teknologi yang dikembangin bareng-bareng, langsung dirilis untuk dicari letak salahnya, dan segera diperbaiki. Istilahnya: Think it, build it, ship it, tweak it.

Foto: Diskusi tim product di tech room — TaniGroup HQ, Kemang, Jakarta Selatan

Kita mau ‘santai’ menghadapi kesalahan/mistake (of course you get what I meant by this). Karena tanpa ada kemauan untuk bikin salah, kita nutup diri dari improvement dan juga kesempatan belajar. And that’s, my friend, is a pretty big problem.

#Why Tech?

Ketakutan saya soal ‘no learning curve’ ini sebetulnya bisa dibilang ‘thanks to my father’. Kenapa? Karena awal mula saya ‘nyemplung’ ke dunia teknologi itu bisa dibilang awalnya dari pas kecil diajak Beliau ke kantornya. Singkat cerita, saya sering lihat orang di kantornya Ayah saya yang ‘masuk-masukin angka ke sistem advance accounting gitu di satu kotak gede’, dan itu bikin saya mikir: Itu apa sih segede gitu? Ok, itu komputer.

Makin besar, saya suka main game. Mungkin ada yang tau nama game-nya, Digger? Nah dari penasaran soal orang input data ke komputer, terus suka main game, saya makin ngerasa fascinated and amazed by technology. Banyak rasa ‘penasaran’ yang terus digali sama dunia ini dan rasanya kayak nggak ada habisnya. It’s like this whole thing telling to my younger self, “this world has no limit, keep looking and be curious!”

Isn’t that so awesome to feel curious and wanting to learn all the time?

Foto: Ilham, Software Engineer, solving problems with the help of mosquito racket dan kecap bango :D

Nggak heran kalau akhirnya saya ambil studi di dunia ini (Computer Science, Universitas Bina Nusantara) dan mulai bangun karir di sektor tech. Selain di Go-Jek, saya pernah gabung di beberapa perusahaan sebagai developer, lalu di Sociolla sebagai VP Technology dan GetCraft sebagai Chief Technology Officer/CTO). Akhirnya saya gabung sebagai TGerians di bulan Mei 2018.

#Why TaniGroup?

Pertanyaan ini sering saya terima dari banyak relasi, temen, dan keluarga. Jawaban saya simpel sih: Karena potensi Indonesia di sektor agrikultur itu nggak perlu dipertanyakan, and it’s more or less quite untapped within all these years by the touch of technology.

Masalah yang coba diselesaikan TaniHub dan TaniFund (akses petani ke sistem penjualan yang lebih baik dan akses petani ke pendanaan budidaya), saya lihat ‘strategis’ banget untuk disentuh sama teknologi yang terus berkembang.

Foto: Tech team having a discussion in the spirit of ‘Think it, Build it, Ship it, Tweak it’

Area permasalahan seperti misalnya distribusi produk petani ke segmen pasar yang bervariasi (modern market, restoran, sampai pembeli langsung/konsumen), atau penentuan harga jual, sampai metode budidaya yang lebih cost-efficient, itu semua bisa dicapai dengan pemanfaatan teknologi yang pas.

Belum lagi kalau ngomongin potensi di masa depan. Contoh, saya semangat banget sama-sama tim untuk terus cari solusi supaya nantinya analisa kematangan buah bisa lebih optimal dengan adanya machine learning yang ke depannya sangat possible untuk kita kembangin. Contoh lain, ke depannya dengan peningkatan penetrasi internet dan pemahaman mitra petani soal gadget/tools yang digunain, mitra petani TaniGroup akan bisa terhubung langsung dengan pembeli by simply utilizing our platform.

And the list goes on and on and on…

Foto: Oki, Tech Lead, back with his two screens after taking a ‘lunch time-gym-break’

#Going Further Ahead

Visi TaniGroup itu satu: Gimana caranya dampak baik di dunia agrikultur bisa tercapai dengan penggunaan teknologi. Setiap keputusan di company, diambil dengan fokus ke 3 unsur utama: Agrikultur, teknologi, dan social impact. Ini yang bikin kita di tim tech selalu terdorong untuk (ibaratnya) cari masalah baru dan pikirin gimana untuk bisa cari solusi segera tanpa nunggu sempurna.

Untuk bisa terus keep doing what we’re believing ini, saya selalu coba untuk yakinin tim bahwa kita punya konsep ‘flat team’.

As much as it sounds cliche: Kita nggak mau ada birokrasi. Kadang karena ‘dikit-dikit minta izin,’ team member jadi takut untuk salah. Again, saya yakin untuk bisa punya sense of ownership yang tinggi atas apa yang tim kerjain, kita semua harus diberi otonomi atau kebebasan yang lebih besar. I live by that principle.

By having zero ego and mutual respect, along with a strong sense of responsibility, I’m optimistic about what we do. Saya percaya nggak hanya dengan tim Tech, tapi dengan semua TGerians, bahwa kita semua lagi fokus ngebangun. Kita semua lagi mencoba untuk bisa learn fast and fail often, so that we’ll be fine with failures and iterate over and over again. And I believe, that’s the beauty of it. The beauty of learning and improving all the time.

Foto: Fian Kurniawan

If you happen to believe in what we’re believing, let’s join our movement.

Indonesia butuh lebih banyak techie dan non-techie yang mau sama-sama bangun sektor agrikultur Indonesia. Let us connect more farms with people, together growing the future. And don't forget to keep making mistakes along the way too!

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Fian Kurniawan adalah VP of Engineering di TaniHub dan TaniFund (TaniGroup). 15 Tahun berkarir di dunia teknologi, Fian bergabung di TaniGroup sejak bulan Mei 2018 memimpin tim tech.

TaniHub dan TaniFund adalah Perusahaan di bawah TaniGroup, fokus pada tujuan menghubungkan petani Indonesia dengan akses penjualan (TaniHub) dan akses permodalan melalui platform peer-to-peer lending (TaniFund). Didirikan di tahun 2016 dan 2017, TaniGroup berpusat di Kemang, Jakarta Selatan dan memiliki 4 (empat) warehouse dan kantor cabang di Jakarta, Jogjakarta, Bandung, dan Surabaya.

--

--