Anda tahu bagaimana rasanya zaman penjajahan?

(Foto: Ozi Gumetra)

Tanpa Nama
Tanpa Nama
2 min readJun 19, 2018

--

Arsip tanpanama.id 22 Juli 2017

Dok. Ozi Gumetra

Anda tahu bagaimana rasanya zaman penjajahan? Bapak ini merupakan salah satu saksi sejarah yang bisa anda temui untuk sedikit berbagi pengalaman. Hidup di daerah terpelosok Sumatra Barat, akses kendaraan yang sulit, bahkan anda perlu mendaki ke atas bukit untuk mendapatkan sedikit sinyal yang terputus-putus.

Saya tidak akan beritahu nama beliau, hanya saja ceritanya perlu anda dengarkan. Ceritanya tentang betapa kejamnya zaman penjajahan waktu itu. Bagaimana suara tembakan saling bersahutan, selongsong peluru berjatuhan. Hentakan kaki-kaki besar tentara berseragam lengkap terdengar di depan pintu rumah. Ladang-ladang yang sudah ditanami habis digusur, yang tersisa hanya hamparan tanah merah yang tandus.

Esok harinya anda akan didatangi tuan tanah dikawal belasan tentara berseragam lengkap. Memaksa anda untuk menjual tanah yang tadinya telah terlebih dahulu dia gusur. Dengan harga yang sangat murah tentunya. Anda tidak akan bisa melawan waktu itu. Senjata laras panjang yang selalu digendong-gendong tentara itu berisi susuatu yang bisa saja memecahkan kepala anda, yang bisa anda lakukan hanya menanda tangani selembar surat yang tidak perlu anda baca, lalu terima uangnya.

Oh ya?

Mungkin ada yang berpikir bahwa itu adalah cerita tentang kekejaman Belanda?

Tidak! tidak!

Zaman itu Belanda sudah lama kembali ke kampung halamannya. Perang dunia sudah berakhir, Indonesia sudah menjadi negara merdeka. Bahkan kala itu Indonesia sudah tidak dipimpin lagi oleh si “Bung Besar” yang itu.

Ini zaman dimana pembangunan sudah mulai ditingkatkan secara besar-besaran, investor-investor berdatangan ke Indonesia, dan pemodal dalam negeri pun tentu tidak mau kalah bersaing.

Lalu, kenapa saya menceritakan kisah ini?

Itu karena akan ada suatu hal besar yang akan dilakukan oleh bapak ini. Ceritanya mungkin akan sangat panjang jika diceritakan secara detail di sini. Untuk itu, saya berencana mengundang teman-teman untuk bisa berkumpul dan bercerita secara langsung. Waktunya belum saya tentukan tapi pasti akan diberi tahu.

--

--

Tanpa Nama
Tanpa Nama

Tempat pengepulan abal2an. Kami mencintai karya tulis kamerad2 kami, sebab itu kami mengarsip seluruh kiriman dari alm tanpanama.id, karya ya harus diapresiasi.