Merdeka, Merdeka, Boneka!

(Penulis: Fitra Hadi Handoko)

Tanpa Nama
Tanpa Nama
3 min readJun 12, 2018

--

Arsip tanpanama.id (17 Agustus 2017)

Ya….! sudah 72 tahun lamanya. Sejak 17 Agustus 1945 hingga 17 Agustus 2017 “sang saka” merah putih berkibar di bumi pertiwi “Indonesia”.

Jauh sebelum itu, sebelum peringatan 72 tahun ini terjadi, berabad-abad lamanya para leluhur memperjuangkan kemerdekaan, dan memperjuangkan agar terlaksananya pengucapan proklamasi kemerdekaan, demi berdikari di tanah sendiri.

Sungguh luar biasa perjuangan mereka, para leluhur kita. Mereka adalah orang-orang yang andal.

Heroisme yang sudah mendarah daging sehingga tercipta merah putih di tubuh mereka dengan berlandaskan sikap humanisme yang tertanam abadi sejak mereka dilahirkan di bumi pertiwi ini.

Foto. 72 Tahun Indonesia/Septic.net

Begitu banyak para pahlawan gugur di medan juang, penumpasan dan tumpahan darah menetes jatuh di bumi pertiwi ini. Dengan satu tekad dan niat yaitu “MERDEKA…! MERDEKA…! MERDEKA…!

Di saat pulau ini dulu bernama Hindia Belanda hinga berganti menjadi Indonesia, begitu banyak polemik yang terjadi, begitu banyaknya konflik yang ada, begitu panjangnya rentetan sejarah yang telah ditorehkan oleh para leluhur (baca: pahlawan) kita.

Hari itu 17 Agustus 1945. Pagi hari jam 10.00 WIB di Jalan Pegangsan Timur 56 di kediaman Ir. Soekarno adalah hari yang dinantikan bangsa Indonesia, penduduk Indonesia, warga Indonesia, rakyat Indonesia, masyarakat Indonesia. Hari itu terjadi pengucapan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir.Soekarno.

Sungguh detik, menit, jam, bahkan hari, tanggal, bulan, dan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia. Saat itu adalah hasil perjuangan atas usaha yang berabad-abad lamanya dilakukan.

Bukan perihal mudah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, namun karena tekad dan niat bersatu dalam menumpas penindasan yang dilakukan para penjajah. Sengketa demi sengketa yang berujung angkat senjata mampu diselesaikan dengan tekad dan niat persatuan.

Lalu, Bagaimana Hari Ini?

Perjuangan apa yang telah dilakukan oleh kaum muda, intelektual bangsa Indonesia untuk menjaga pilar bangsa ini?

Para Pahlawan telah menitipkan bangsa yang besar ini kepada kita semua agar dijaga dan dibela, supaya para penjajah tak merampas harta bumi pertiwi ini, tak menindas bangsa ini, tidak pula memperbudakpribumi.

Lalu mengapa hari ini banyak kalangan kaum muda bangsa ini bersikap abai dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tak begitu banyak kaum muda yang mau ikut mengikuti jejak para leluhurnya, yang ingin memajukan bangsa Indonesia dan berdikari di atas tanah bumi pertiwi.

Tak banyak dari mereka yang melestarikan kebudayaan yang telah ditinggalkan para leluhurnya sebagai identitas bangsa.

Begitu juga dengan pendidikan, mereka abaikan demi sececer uang, rela diperbudak bangsa asing. Bahkan diperbudak bangsa sendiri, diiming-imingi jabatan dan uang, ketimbang menempuh pendidikan.

Salah siapa? dosa siapa?

Ya! memang bangsa kita sudah jadi boneka yang diperbudak oleh para penguasa negri yang berasal dari pribumi. Salah sendiri yang membiarkan bajak laut mengitari pulau Nusantara, Dosa diri sendiri yang telah menanam benalu dalam jiwa.

Ke mana perginya nyiur-nyiur yang melambai-lambai di tepi pantai itu, di mana tanah batuah lautan sati itu, apakah semua itu hanya tinggal sejarah sebagai pengantar tidur para kaum muda? Apakah ini semua karena modernisasi yang berkembang, sehingga menelan mentah-mentah modernisasi itu sendiri, pada akhirnya menuai kerugian?

17 Agustus 2017, hari ini adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Secara bersamaan melakukan pengibaran sang saka merah putih demi memperingati hari lahirnya bangsa yang besar ini, dan demi menghargai jasa-jasa para pahlawan atas perjuangan yang telah ditumpahkan di medan juang.

Kita sebagai penerus generasi bangsa Indonesia, mari kita langkahkan kaki bergerak maju ke depan, masih banyak agenda-agenda yang belum diselesaikan, terutama di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Berikanlah pendidikan yang berkarakter, beretika, dan berkebudayaan layaknya bangsa Indonesia seperti visi dan misi para leluhur kita.

Lihat tulisan lain dari penulis di sini.

--

--

Tanpa Nama
Tanpa Nama

Tempat pengepulan abal2an. Kami mencintai karya tulis kamerad2 kami, sebab itu kami mengarsip seluruh kiriman dari alm tanpanama.id, karya ya harus diapresiasi.