Teknologi di Persimpangan Jalan

Qusairy Wardana Harahap
Phinisi.tech
Published in
9 min readFeb 9, 2020
Foto oleh Daniel Wiadro

Coba bayangkan sebuah masyarakat yang mencoba berbagai teknologi untuk mengatasi berbagai masalah yang ia hadapi, namun tidak ada yang berhasil mengatasi permasalahan tersebut malahan semakin banyak masalah-masalah yang timbul. Lantas, masyarakat tersebut mencoba teknologi-teknologi lainnya untuk mengatasi permasalahan awal sembari juga mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul karena penggunaan teknologi sebelumnya. Akan tetapi, permasalahan tidak selesai dan terus bertambah. Masyarakat tersebut bingung, mereka berpikir apakah permasalahan mereka emang tidak bisa diselesaikan oleh teknologi manapun. Bagaimana bila sebabnya bukan ketiadaan teknologi. Akan tetapi,masyarakat tersebut ternyata tidak tau hal-ihwal masalah/fenomena yang mereka hadapi sehingga setiap teknologi emang tidak mampu mengatasi permasalahannya. Dengan kata lain, salah diagnosa. Salah pengertian.

Ilmu atau pengetahuan merupakan himpunan informasi yang terbentuk dalam upaya manusia untuk mengetahui alam lingkungan dan tatanan kehidupannya, maupun dalam upaya untuk menciptakan sistem-sistem yang dibutuhkannya, dan merupakan bagian dari budaya manusia. Sedangkan bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau knowledge yang bersifat preskriptif, yaitu memberikan petunjuk, atau resep, tentang bagaimana membentuk atau menciptakan suatu sistem, disebut teknologi. Bila informasi preskriptif tersebut dioperasionalisasikan, artinya petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalam informasi tersebut diikuti dan dilaksanakan, terbentuklah sistem-sistem baru, baik sistem fisik maupun sistem sosial, yang merupakan hasil ciptaan orang atau masyarakat yang mengoperasionalisasikan teknologi tersebut. Iskandar Alisjahbana menyatakan hal ini sebagai sifat dialektik dari teknologi. Tentu, antara ilmu, teknologi dan budaya saling berkelindan sebagai sebuah informasi dalam suatu tatanan masyarakat.

Kita dapat melihat bahwa setiap tatanan masyarakat, baik itu masyarakat tradisional maupun modern pasti memiliki masalah khas yang harus dihadapi. Apakah masalah tersebut timbul secara alami dari proses alam maupun disebabkan tindakan masyarakat itu sendiri sehingga mendorong masyarakat tersebut untuk memahami fenomena yang mereka hadapi. Dilanjutkan dengan melakukan penciptaan teknologi maupun pengapdosian teknologi dari masyarakat lain yang meliputi suatu cara ataupun alat yang niscaya akan timbul dari masyarakat tersebut. Pertanyaan penting dari uraian diatas adalah: Sejauh mana penggunaan, penciptaan, pengadopsian teknologi itu sukses? Apa ukurannya? Dan bagaimana mewujudkannya?

Kesuksesan yang dicapai suatu teknologi bergantung pada pertanyaan: sejauh mana penemuan tersebut dapat dikaitkan dan diintegrasikan ke dalam proses-proses yang berlangsung dalam masyarakat pada saat penemuan tersebut? Dengan kata lain, teknologi mempunyai hubungan erat dengan kemampuan suatu masyarakat untuk membuat jalinan yang serasi meliputi banyak sub-sistem. Maka, teknologi itu mengandung unsur-unsur penelitian, pengembangan dan perencanaan, sistem-sistem produksi, suplai bahan-bahan, fasilitas-fasilitas pemasaran, pengalaman, managemen, institusi-institusi finansial, sistem-sistem informasi, pembinaan, dan pengembangan keterampilan tenaga kerja dan entrepreneur, peralatan produksi dan kebijaksanaan pemerintah untuk menyediakan prasarana dan iklim industri yang baik. Jalinan yang serasi dari unsur diatas akan mendapatkan sistem teknologi yang baik. Hal ini berlaku baik dalam penciptaan teknologi sendiri maupun adopsi teknologi dari negara lain.

Abad 21 ditandai dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat juga diikuti oleh permasalahan yang semakin kompleks dan beragam khususnya di bidang pembangunan di negara-negara berkembang. Teknologi mendapat tantangan untuk mengatasi berbagai permasalahan: menanggulangi masalah kependudukan, kekurangan lahan, kemiskinan, kekurangan bahan pangan dan sandang, penciptaan lapangan kerja, kurangnya akses pendidikan dll. Lantas, apakah dengan permasalahan tersebut setiap negara harus dapat menciptakan teknologinya secara menyendiri dan tertutup? Justru hal tersebut saling berlawanan dengan semakin terhubungnya setiap elemen masyarakat menjadi semakin global dan semakin cepat, kerjasama antara negara dapat dilaksanakan sehingga proses tukar-menukar teknologi (pemindahan teknologi) dapat dilaksanakan. Pemindahan teknologi tentu menjadi suatu cara alternatif dalam pengatasan masalah yang dihadapi dalam pembangunan dalam batas-batas tertentu. Walaupun pemindahan teknologi biasanya memerlukan biaya mahal bagi penerima, hal ini dilakukan karena tindakan ini lebih cepat, mudah, dan murah daripada jika teknologi tersebut dikembangkan dengan pembiayaan dan penelitian sendiri.

Pemindahan teknologi merupakan suatu kegiatan yang disengaja, direncanakan, dan mempunyai tujuan untuk memindahkan teknologi dari negara yang satu ke negeri yang lain atau dari pemanfaatan yang satu ke pemanfaatan yang lain. Hal ini memerlukan kesadaran, pengarahan dan usaha-usaha yang melibatkan semua sumber daya yang ada untuk memindahkan teknologi, menembus batas-batas negara dan batas-batas kemanfaatan, dalam suatu keserasian yang menyeluruh yang memperhatikan faktor waktu dan ruang dari teknologi itu sendiri diciptakan. Jadi, sangat perlu untuk melakukannya dengan hati-hati dan tertib, sesuai dengan kemampuan kita untuk mengintegrasikannya dengan proses-proses yang berjalanan saat ini di masyarakat dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Kemampuan mengintegrasikan suatu teknologi baru dengan proses-proses yang sedang berlangsung disuatu negara, tidaklah sama untuk semua negara. Oleh karena itu pemilihan teknologi memerlukan seleksi dan evaluasi sehingga ditemukan “teknologi yang tepat” bagi suatu negara pada suatu tahapan jangka waktu.

Pemindahan teknologi dari masyarakat lain (know-how) terhadap masyarakat penerimanya tanpa melakukan pemilihan dan evaluasi serta inovasi-inovasi hanya akan mengantarkan si negara penerima berada dalam lingkar ketergantungan. Tidak mandiri dan masalah-masalah lain sedang menunggu untuk hadir. Lantas, bagaimana kondisi bangsa Indonesia dalam berteknologi?

Indonesia, didalam berteknologi, sangat tergantung kepada impor sumber-sumber teknologi dari masyarakat bangsa lain (pemindahan teknologi), terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini menjadi penyebab dari berbagai kelemahan dalam sistem industri dan sistem ekonomi di banyak negara berkembang (atau lebih tempat ‘technologically less development countries’-TLDC) seperti halnya dengan Indonesia.

Sistem industri pada TLDC tidak memiliki kemampuan responsif dan adaptif yang mandiri terhadap suatu perubahan. Juga, gerak ekonomi TLDC pada umumnya sangat bergantung kepada arus modal asing yang masuk atau keluar, serta besarnya cadangan devisi yang terhimpun melalui perdagangan luar negeri dan utang luar negeri. Hal ini antara lain terkait dengan ketergantungan kepada teknologi impor dalam berindustri. Kondisi tersebut membuat negara Indonesia berada di ‘lingkaran ketergantungan’. Ketergantungan kepada pendapatan ekspor, pinjaman luar negeri, investasi asing, dan impor teknologi dari negara-negara industri. Gambaran ini ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat Indonesia yang merupakan akibat pendapatan yang rendah, meningkatnya utang akibat defisit dari subsidi komoditas vital, kurangnya devisa untuk melakukan pemindahan teknologi untuk pembangunan infrastruktur, transportasi, telekomunikasi dan penyediaan energi, serta pemanfaatan penjualan komoditas dengan nilai jual rendah untuk meningkatkan devisa yang selanjutnya dilakukan untuk pemindahan teknologi.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu ikhtiar untuk melunakkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi asing,yakni penggunaan potensi insani pada setiap sumber daya manusia di Indonesia sehingga baik pemindahan teknologi maupun penciptaan teknologi dapat dilakukan dengan baik sejauh memiliki kesadaran untuk memasukan teknologi tersebut didalam proses-proses masyarakat kita. Informasi ilmu dan teknologi menjadi aspek penting dalam ikhtiar tersebut.

Informasi ilmu dan teknologi sebagai sumber pemindahan dan penciptaan teknologi meliputi literatur teknik dan paten-paten menjadi aspek penting dalam mendorong penguasaan teknologi suatu negara. Peranan apa yang diambil informasi dalam memperlancar penguasaan teknologi? Menurut konsep Haeffner, (lihat Gambar 1), dalam model tersebut terdapat duar aliran, yaitu berdasarkan ilmu pengetahuan yang dipergunakan dalam penelitian dasar. Aliran yang lain, mempunyai aksi inovasi yang bermotivasi perkembangan ekonomi itu sendiri. Garis terputus yang terlihat di gambar, mempunyai pengaruh memperlancar inovasi dan mempersingkat waktu.

Model ini perlu dipelajari tentang kemungkinannya untuk penguasaan teknologi melalui informasi di Indonesia saat ini.

Gambar 1. Model Haeffner terhadap peran informasi sains dan teknologi

Sebenarnya peranan literatur telah banyak dilakukan oleh badan-badan dan penelitian internasional apalagi dengan semakin mudahnya akses internet. Modifikasi model Haeffnes dapat digunakan sebagai titik pemikiran, untuk mengetahui bagaimana terjadinya pemindahan teknologi melalui informasi. Pada Gambar 2, suatu modifikasi dari model Haeffner tersebut, dapat dilihat bahwa peranan informasi merupakan suatu saluran yang potensial dalam pemindahan teknologi ke negara kita.

Dewasa ini banyak negara sedang membentuk berbagai pusat informasi untuk dapat menampung dan menyalurkan informasi ilmu dan teknologi yang tersebar di pelosok dunia seperti science council di yang dibawahin oleh negara, lembaga-lembaga penelitian dan universitas. Namun, masalah yang belum terlesaikan adalah bagaimana mekanisme menggunakan informasi tersebut, serta menentukan fungsinya sebagai “pelayan” bagi yang memerlukan. Untuk itu, kita memerlukan suatu mekanisme yang dapat menyalurkan informasi tersebut. Tidak hanya sebagai penyalur saja, tetapi juga pengolahannya sebagai informasi yang tepat dapat sampai kepada yang memerlukannya.

Saluran informasi melalui hubungan person ( personal contact) merupakan saluran yang perlu diperhatikan, apalagi kita berada di dunia yang semakin terkoneksi sehingga peluang penyebaran secara masif terbuka lebar.Titik permasalahannya tidak hanya pada mekanismenya namun juga ada tidaknya subyek yang dapat menyampaikan informasi tersebut khususnya yang bersifat paten dan sub-kontrak.

Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu membuat mekanisme untuk menyalurkan dari atas ke bawah dan kedua memberikan lebih banyak kesempatan kepada para ahli untuk mengikuti pertemuan dan pameran-pameran teknik dsb.

Tidak kalah pentingnya adalah informasi antara ahli-ahli teknik , universitas dan lain-lain didalam negeri untuk memberikan pandangannya kepada sesama tentang perkembangan teknologi di bidang-bidangnya sehingga dapat melakukan kajian dan penciptaan teknologi lintas disiplin. Hal ini juga penting seiring semakin kompleksnya suatu permasalahan abad ini. Tentu, hal ini juga berpengaruh kepada meleknya masyarakat kita khususnya mahasiswa terhadap perkembangan teknologi.

Gambar 2. Modifikasi model Haeffner terhadap pemanfaatan informasi sains dan teknologi

Technology Gate Keepers, istilah yang populer di negara-negara maju, khususnya Jepang, adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para ahli yang berpengalaman untuk suatu bidang yang spesifik dan mereka mengadakan kontrak secara terus menerus dengan berbagai industri, organisasi penelitian di seluruh dunia untuk mendapatkan informasi atau membeli teknologi. Sistem semacam ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki alasan finansil untuk mengadakan inovasi sendiri. Sistem ini merupakan salah satu saluran pemindahan teknologi yang perlu mendapat perhatian mengenai efektif tidaknya cara ini diterapkan.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disadari bahwa peran informasi sains dan teknologi menjadi aspek penting dalam penggunaan teknologi baik yang diadopsi maupun dikembangkan sendiri karena informasi tersebut dapat mempercepat perkembangan inovasi.

Peran institusi industri teknologi sebagai penerjemah dan pengolah informasi yang dihasilkan institusi pengembang ilmu seperti universitas dan lembaga penelitian lainnya juga menjadi aspek penting karena lembaga inilah yang bakal menghubungan teknologi tersebut pada proses produksi. Insititusi industri teknologi sebisa mungkin proaktif dalam melakukan kerjasama penelitan dengan universitas dan lembaga lainnya sehingga terjadi pertukaran informasi secara baik serta jarak antara peneliti dan pengembang teknologi tidak terlalu jauh. Diharapkan terbentuknya tenaga ahli dan terampil yang mampu mengimplementasikan rancangan teknologi pada sistem produksi.

Lembaga lain, yang juga memiliki pengaruh besar terhadap sistem teknologi adalah lembaga asosiasi ilmiah dan keprofesian. Lembaga ini mempunyai peran besar dalam memfasilitasi komunikasi antar masyarakat ilmiah, dan ketentuan-ketentuan penting dalam berprofesi, seperti sertifikasi keprofesian, akreditasi program studi pendidikan di perguruan tinggi, kode etik, standar-standar dalam praktek kerekayasaan, standar keselamatan kerja, dan menggariskan ‘body of knowledge’ yang perlu dijamin sebagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki profesional di bidang masing-masing seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI). Hal itu ditunjukkan oleh kerjasama antara pemerintah dengan AIPI melalui LPDP dalam pengelolaan dana riset. Tentu hal ini merupakan langkah positif dalam pengembangan riset di Indonesia.

Disamping itu juga, diperlukan suatu informasi akan dampak penerapan dan penggunaan teknologi didalam suatu masyarakat. Dalam hal ini, Indonesia sudah memiliki lembaga ilmiah dengan peran tersebut yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pemerintah Indonesia. BPPT seharusnya juga ditujukan kepada kegiatan Research and Development secara lebih sehingga dapat berdampak bila memiliki wewenang sebagai pemberi saran utama kepada pemangkuu kekuasaan dalam sistem pemerintahan negara, tentang pertimbangan-pertimbangan teknologikal didalam merumuskan kebijakan investasi pada kegiatan pemindahan ataupun penggunaan teknologi dan kebijakan industri.

Oleh karena itu, informasi dari sebuah proses teknologi yang dimulai dari pembacaan akan masalah merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan berteknologi dalam suatu masyarakat terlepas apakah teknologi merupakan adaptasi dari negara lain maupun penciptaan sendiri. Oleh karena itu, demi terciptanya arus informasi yang bermanfaat diperlukan political will yang kuat dari sistem kekuasaan yang mengelola pemerintahan untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang unggul dalam sains dan teknologi, sebagaimana tercermin dari pembentukan iklim kebijaksanaan yang bersesuaian.

Menjadikan Indonesia sebagai negara yang unggul dalam sains dan teknologi merupakan tugas yang harus dilaksanakan karena Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Melangkah ke depan atau terjatuh ke belakang dan jangan sampai terombang-ambing kekiri maupun kekanan.

Referensi

  1. Alisjahbana, Iskandar. (1991). Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia dan Indonesia: Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Dalam Perkembangan Budaya Masyarakat Bangsa Indonesia, Saswinadi Sasmojo et.al. Penerbit ITB Bandung , halaman 23–68.
  2. Saswinadi Sasmojo (2017). Pengindustrian Inteligensi: Landasan Untuk Memerdekakan Indonesia dalam Berindustri dan Berteknologi. Jakarta: Yayasan Alumni Teknik Kimia ITB.
  3. Harahap, Filino. (1975). Problematik Pemindahan Teknologi. Jakarta: Prisma LP3ES.
  4. Kartowisastro, Herudi. (1975). Informasi dan Pemindahan Teknologi. Jakarta: Prisma LP3ES
  5. Murdaningsih. (2015, 8 Agustus). LPDP-AIPI Sepakati Bantu Pendanaan Riset Bidang MIPA. Republika Online. https://republika.co.id/berita/nsreel368/lpdpaipi-sepakati-bantu-pendanaan-riset-bidang-mipa

--

--