Data Internet di Indonesia dan Perilakunya Tahun 2020

Indonesia berulang kali memuncaki peringkat dunia

Indonesia di era digital tidak hanya berpotensi menjadi konsumen yang besar di pasar dunia, tetapi juga berpotensi untuk menjadi powerhouse bagi ekonomi digital dunia. Saya optimis hal ini bisa terjadi dengan melihat peran Indonesia di persaingan digital global berdasarkan laporan Digital 2020 yang dilansir We are Social dan Hootsuite.

Sebelumnya saya sudah menuliskan tentang data pengguna internet dunia tahun 2020. Data tersebut menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi internet dan digital terus melesat tinggi berusaha untuk memenuhi kebutuhan secara global. Negara-negara berlomba-lomba untuk bisa meningkatkan penetrasi internet dan meningkatkan kualitas konektifitasnya.

Lalu bagaimana dengan situasi Indonesia?

Dari data Digital 2020, dalam laporan tersebut juga ditampilkan beberapa informasi tentang Indonesia. Dalam laporan itu Indonesia tampak cukup signifikan mewarnai persaingan dunia digital dunia. Beberapa kali Indonesia muncul dalam peringkat yang tinggi untuk hal-hal tertentu.

Sayangnya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya We are Social sampai saat ini belum melansir profil masing-masing negara yang masuk dalam laporan Digital 2020.

*update: saya telah mendapatkan data Indonesia Digital 2020 yang dilansir oleh We are Social. Sehingga saya memutuskan untuk mengupdate dokumen ini.

Untungnya, Indonesia cukup sering muncul dalam peringkat-peringkat dunia yang ada sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki peran besar di dunia digital saat ini.

Ok, saya akan mulai memaparkan beberapa catatan saya terkait Indonesia dalam Digital 2020.

Indonesia salah satu negara pengakses internet tertinggi dunia

Sebagai negara yang terletak di wilayah Asia Pasifik, Indonesia menjadi bagian dari 4,3 milyar total penduduk di wilayah ini. Separuh lebih dari populasi tersebut, sekitar 56% atau 2,42 milyar di antaranya sudah mendapatkan akses internet. Dan tepat separuhnya, yakni sekitar 2,14 milyar penduduk telah menggunakan sosial media.

Data menunjukkan hal yang menarik dari Asia Pasifik adalah, penggunaan internet di wilayah ini terus mengalami peningkatan. Meski persentase jumlah populasinya tidak banyak meningkat, pertumbuhan penetrasi internet terbilang cukup pesat.

Dalam satu tahun terakhir misalnya, penetrasi internet total telah tumbuh 9,2 persen. Sementara penggunaan sosial media meningkat sebesar 9,8 persen dalam rentang Januari 2019 hingga Januari 2020.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi muda di antara negara-negara dunia. Berdasarkan peringkat yang ada, rata-rata penduduk Indonesia berusia 29,7 tahun. Angka ini di bawah rata-rata dunia yang berusia 30,9 tahun.

Populasi yang masih cukup muda memberikan peluang bagi Indonesia untuk bisa lebih berkembang di dunia teknologi digital karena mayoritas penggunanya adalah anak-anak muda.

Namun, penetrasi pengguna internet di Indonesia memang terbilang masih jauh dari cakupan maksimal. Sampai tahun ini, penetrasi internet di Indonesia masih berada di angka 64 persen dengan total pengakses kira-kira sebesar 174 juta orang.

Bagan: Wearesocial

Angka 174 juta orang pengakses internet menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia.

Meski tentu saja, target penetrasi bisa terus ditingkatkan untuk melingkupi seluruh penduduk. Hal ini tidak mustahil karena lima negara di dunia telah melakukannya, yakni Islandia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Bahrain yang berhasil mencapai 99 persen penetrasi internet di wilayahnya masing-masing.

Mungkinkah Indonesia mencapai tingkat penetrasi yang sama?

Negara dengan pertumbuhan internet tertinggi ketiga di dunia.

Saya optimis Indonesia bisa melakukannya, karena saat ini Indonesia termasuk dalam tiga besar peringkat dunia dalam pertumbuhan penetrasi internet dunia.

Indonesia berada di peringkat tiga dengan pertumbuhan populasi yang mengakses internet sebesar 17 persen dalam satu tahun terakhir. Angka ini sama dengan 25,3 juta pengakses internet baru dalam setahun.

Tabel: Wearesocial

Pertumbuhan populasi pengakses internet Indonesia ini hanya kalah dari Cina dan India. India menempati peringkat pertama dengan 127 juta pengakses internet baru dalam satu tahun. Sementara Cina berada di peringkat kedua dengan 25,4 juta pengakses internet baru dalam setahun terakhir.

Selesai dengan gambaran populasi, mari kita masuk ke pembahasan perilaku berinternet.

Hampir 8 jam akses internet dalam sehari.

Dari 64 persen penduduk Indonesia yang sudah mengakses internet, berapa durasi rata-rata mereka mengakses? Jawabannya adalah selama 7 jam 59 menit, hampir 8 jam!

Data ini tentu saja mencengangkan karena itu artinya pengguna di Indonesia sudah menggunakan internet selama hampir setengah waktu sadarnya (16 jam sehari) untuk mengakses internet. Tentu ini konsumsi yang sangat besar dan mungkin mengkhawatirkan bagi sebagian besar pengamat kesehatan.

Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia menempati peringkat delapan dunia dengan waktu akses terlama. Di peringkat pertama adalah Filipina yakni selama 9 jam 45 menit. Sementara rata-rata dunia “hanya” 6 jam 43 menit.

Bagan: Wearesocial

Rata-rata akses internet dunia sendiri telah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu yang selama 6 jam 46 menit. Ada penurunan rata-rata durasi akses selama 3 menit.

Apa yang menarik dari data ini? Ternyata kebanyakan negara maju dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Australia menghabiskan rata-rata akses internet lebih sedikit dibandingkan rata-rata dunia.

Adakah korelasi antara produktifitas ekonomi dengan lama waktu akses internet? Dugaan saya ada korelasinya, namun sayangya Digital 2020 tidak mengungkap hal ini.

Statistik: Wearesocial

Lalu bagaimana dengan akses internet di ponsel mobil? Data ini juga penting karena saat ini mayoritas penduduk dunia mengakses internet tidak lagi melalui perangkat komputer namun menggunakan ponsel.

Indonesia lima besar dunia pengakses internet lewat ponsel

Indonesia sepertinya memang benar-benar menjadi negara yang melompati adaptasi teknologi. Sebab Indonesia tidak melalui tahap yang pada umumnya dilalui oleh negara maju lainnya yang masih harus merasakan kartu kredit dan televisi kabel namun langsung melompat ke adaptasi ponsel pintar.

Internet ibarat pusat perhatian bagi masyarakat Indonesia sehingga ponsel yang memiliki koneksi internet menjadi hal yang mendasar harus dimiliki. Tidak heran Indonesia bisa menempati peringkat kelima dunia dalam hal pengakses terlama internet melalui ponsel.

Durasinya cukup tinggi, yakni rata-rata 4 jam 46 menit untuk mengakses internet setiap harinya.

Bagan: Wearesocial

Saya membayangkan dengan waktu selama itu kira-kira konten apa yang akan saya akses. Youtube? Gulir-gulir sosial media? Video-video Tiktok? Kalau di medium mungkin saya akan habiskan membaca artikel-artikel panjang seperti tulisan saya ini. Haha.

Oke, datanya menarik. Tentu kamu sebagai brand atau pembuat konten harus berpikir bagaimana memenangkan persaingan di rentang durasi tersebut. Atau bahkan ingin menambah durasinya menjadi lebih panjang.

Tapi ingat, dalam data ini juga disebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan pemasang Adblocker tertinggi di dunia. Angkanya mencapai 65 persen itu artinya hampir separuh orang yang mengakses internet di Indonesia baik melalui ponsel atau komputer tidak ingin terganggu dengan iklan. Angka ini jauh di atas rata-rata dunia yang hanya 49 persen.

Bagan: Wearesocial

Setelah mengetahui berapa lama orang Indonesia menghabiskan waktu di ponselnya, kita mulai bisa melihat bagaimana perilaku pengguna internet di Indonesia saat mengakses sosial media.

Hampir 80 persen penggunaan internet di ponsel digunakan untuk sosial media

Dari durasi penggunaan internet di ponsel yang mencapai 4 jam 46 menit, ternyata 3 jam 46 menit digunakan untuk sosial media.

Statistik: wearesocial

Data ini mengejutkan kalau benar-benar menggambarkan perilaku bersosial media di Indonesia. Karena ternyata masyarakat Indonesia memang menaruh perhatian yang tinggi terhadap sosial media.

Bagan: Wearesocial

Mungkin jika tidak ada sosial media, bagi orang Indonesia itu ibarat tidak ada kegiatan di internet. Padahal internet tidak hanya tentang sosial media dan ada banyak sekali aktifitas yang bisa digunakan melalui internet.

Tidak heran jika data-data selanjutnya terkait sosial media Indonesia secara konsisten menempati tempat yang tinggi diperingkat dunia.

Penetrasi sosial media sendiri sudah mencapai 59 persen atau lebih dari separuh populasi pengguna internet di Indonesia. Angka ini tumbuh sebesar 8,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Bagan: Wearesocial

Seberapa besar jumlahnya? Jumlah tersebut setara dengan 12 juta pengguna sosial media baru dalam satu tahun. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai peringkat ketiga dunia dalam pertumbuhan penggunaan sosial media setelah Cina dan India. Masing-masing mencapai 15 juta dan 130 juta pertumbuhan pengguna dalam satu tahun.

Data secara umum tentang sosial media sudah terkuak. Selanjutnya tentu melihat sosial media apa yang digunakan di Indonesia.

Youtube menjadi sosial media terpopuler di Indonesia

Data: wearesocial

Hal yang menarik dari data sosial media terpopuler ini adalah melihat bagaimana sosial media yang digunakan di Indonesia sangat beragam jenisnya.

Beberapa sosial media di peringkat bawah bahkan menunjukkan kalau sosial media alternatif juga masih mendapatkan tempat di keseharian netizen Indonesia.

Posisi Youtube yang memuncari daftar ini pun menggambarkan bagaimana audiens Indonesia ternyata memang sangat gemar menonton video. Jadi jika kamu berencana untuk memaksimalkan Youtube, inilah saatnya.

Tapi apa yang paling banyak dicari di Youtube oleh penonton Indonesia? Jawabannya adalah musik. Hal ini terungkap berdasarkan data informasi yang paling banyak dicari melalui Youtube adalah konten-konten terkait dengan musik dan lagu.

Data: wearesocial

Reach Facebook Indonesia nomor tiga terbesar dunia

Saya sempat membaca sebuah artikel yang menarik soal fenomena Facebook atau lebih tepatnya penggunaan internet di Indonesia. Masih banyak masyarakat Indonesia yang mengira bahwa Facebook itu adalah internet. Sehingga pengguna di Indonesia tidak tahu kalau internet itu ada dan Facebook adalah sosial media yang ada di dalamnya.

Tidak heran jika kemudian pada ponsel-ponsel Android yang dijual belikan di Indonesia sudah terdapat Facebook di dalamnya. Mungkin Facebook sudah menyadari fenomena ini dan ingin membuat aplikasi mereka menjadi sangat native dalam ponsel pintar. Seakan-akan, Facebook adalah internet.

Tabel: Wearesocial

Hasilnya? Meski dilaporkan pamornya turun, nyatanya reach (jangkauan) Facebook di Indonesia masih tinggi. Bahkan saya belum melihat ada tanda-tanda meredupnya para pemasar digital yang mengklaim masih bisa meraup untung dengan berjualan di Facebook.

Indonesia menempati negara ketiga tertinggi dalam jangkauan Facebook dengan total jangkauan sebanyak 130 juta. Angka ini berdasarkan pertumbuhan 8,3 persen dari tahun sebelumnya. Tentu hal ini mencengangkan terlepas dari maraknya skandal yang dialami Facebook di Amerika Serikat dan eropa. Facebook masih bisa tumbuh di Indonesia.

Lalu ada data lain yang menarik soal iklan di Facebook. Orang Indonesia rupanya termasuk yang jarang untuk klik iklan. Audiens Indonesia rata-rata hanya klik 8 iklan dalam satu bulan. Ini lebih rendah dari rata-rata dunia yang sebanyak 12 iklan dan jauh di bawah angka tertinggi di Israel, 23 klik iklan atau Romania 24 iklan per bulan.

Orang Indonesia ga mudah diyakinkan menggunakan iklan mungkin ya? Data ini rasanya konsisten dengan data Adblocker sebelumnya yang memang orang Indonesia ogah lihat iklan.

Hayo, pemasar digital yang jual iklan di sosial media harus mikir baik-baik nih.

Paling Rajin Gulir Instagram, Reach Indonesia Peringkat Empat Dunia

Dari jumlah pengguna yang sudah mendekati angka satu milyar di seluruh dunia, Indonesia menempati peringkat tiga untuk jumlah reach yang bisa dicapai. Angkanya sebesar 63 jutanya adalah seluruh pengguna di Indonesia.

Kalau dibandingkan dengan jumlah populasi pengguna internet di Indonesia porsi ini mencapai sepertiga populasi. Itu artinya tiga dari sepuluh orang yang menggunakan internet di Indonesia bisa dijangkau menggunakan Instagram.

Tabel: Wearesocial

Peningkatan reach instagram dibandingkan tahun lalu rupanya juga terbilang tinggi. Ada pertumbuhan sebesar 5 persen dalam satu tahun atau setara dengan 3 juta pengguna baru yang bisa dijangkau.

Instagram menurut saya adalah sosial media yang cukup berpengaruh di Indonesia karena saat ini banyak sekali pengguna yang memanfaatkan sosial media ini layaknya mikro-blog untuk menyampaikan banyak pesan dan pengetahuan.

Sayangnya, laporan Digital 2020 tidak banyak memberikan data-data secara spesifik terkait negara, lebih-lebih Indonesia. Padahal data seperti berapa rata-rata engagement yang diterima untuk instagram di Indonesia menurut saya penting untuk diketahui.

Tapi ya sudah, kita move on saja.

Di sosial media para profesional, Linkedin, Indonesia di sepuluh besar dunia

Linkedin, siapa sih yang menggunakan Linkedin? Saya sendiri merasa kalau Indonesia sangat lambat dalam mengadaptasi sosial media untuk para profesional ini karena cara “bermain” yang memang berbeda dibandingkan dengan sosial media lainnya.

Namun saya terkaget-kaget ketika menemukan bahwa jumlah reach Linkedin di Indonesia sudah mencapai 15 juta dan menempatkan Indonesia sebagai negara ke-delapan terbesar di dunia.

Tabel: Wearesocial

15 juta profesional yang bisa dijangkau tentu bukan angka yang sedikit untuk berkumpul di sosial media macam Linkedin. Pertumbuhan reach Linkedin di Indonesia pun ternyata juga lebih tinggi dari Instagram secara persentase yakni 7,1 persen dibanding tahun lalu atau setara dengan 1 juta pengguna.

Sayangnya, saya masih sedikit menemukan kisah sukses bagaimana menggunakan Linkedin dari Indonesia. Ada pun jumlahnya tidak banyak meskipun sosial media ini sudah mulai naik pamornya mengingat angkatan produktif Indonesia jumlahnya terus bertambah. Tidak heran kalau Linkedin di Indonesia bisa tumbuh tuju persen.

Kira-kira buat kamu yang menggunakan Linkedin berani kah untuk menemukan trik dan cara sukses menggunakan platform ini untuk membangun karir profesional? Saya tunggu kisahnya.

Cuap-cuap lewat Twitter, Kita memang Jagonya. Indonesia peringkat sepuluh besar dunia

Sosial media berlogo burung biru ini sudah lama muncul, bahkan sempat menjadi sosial media yang berpengaruh di awal tahun 2.000an. Di Indonesia Twitter lebih dahulu dikenal sebelum pamornya kalah dengan Instagram. Namun sepertinya saat ini Twitter kembali diperhatikan karena ada kejenuhan dengan Twitter.

Di Indonesia meski pamor Twitter sempat menurun tetap menempati peringkat delapan dunia untuk menjangkau 10 juta audiens. Sayangnya tidak ada data yang lebih detil berapa jumlah pengguna Twitter asal Indonesia. We Are Social hanya menyajikan data jangkauan (reach).

Tabel: Wearesocial

Angka jangkauan ini jelas berbeda jauh jika kita melihat jumlah follower tokoh-tokoh yang ada di Twitter. Akun dengan pengikut terbanyak di Twitter salah satunya adalah mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang memiliki 110 juta follower. Tentu secara logika sederhana ada 110 juta akun yang menyimak setiap cuitan presiden yang pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar di Indonesia itu.

Namun saya tidak bisa bicara banyak soal Twitter karena keterbatasan data. Hanya saja, melihat data yang ada, posisi Indonesia bisa terbilang harus tetap diperhitungkan terkait dengan penggunaan Twitter. Angka jangkauan 10 juta itu tidak sedikit, dan tetap bisa mempengaruhi alur informasi yang bereda di internet.

Apa buktinya? Menurut hemat saya pribadi, buktinya adalah ketika trending topic di Twitter sering dijadikan sebagai tajuk utama media ataupun menjadi topik bahasan diskusi di berbagai tempat. Terlepas apakah topik-topik tersebut direkayasa sedemikian rupa untuk mendapat perhatian, namun fitur tersebut tetap memiliki peran yang penting.

Sudah membahas tentang data terkait sosial media, yang terakhir adalah tentang kelakukan pengguna internet Indonesia soal transaksi dan jual beli.

Pengguna internet Indonesia pelaku jual beli online tertinggi di dunia

Di Indonesia toko daring (online) ada begitu banyak bentuk dan wujudnya. Berbagai rupa toko daring tersebut tergolongkan dalam bisnis Ecommerce, Electronic Commerce / Commercial.

Buat kamu yang sedang menjalankan bisnis jual beli online untuk pasar Indonesia, tentu akan menyukai data ini. Karena datanya cukup mengejutkan dan sangat prospek.

Menariknya, Indonesia dalam data We Are Social adalah negara dengan adopsi (penggunaan) ecommerce terbesar di dunia. Angkanya mencapai 88 persen dari seluruh pengguna internet yang ada di Indonesia.

Bagan: Wearesocial

Data Digital 2020 menjelaskan bahwa angka ini menunjukkan setidaknya ada 8 orang dari 10 orang pengguna internet yang dalam satu bulan membeli produk atau jasa secara online paling tidak satu kali.

88 persen adalah angka untuk adopsi Ecommerce secara keseluruhan. Bagaimana dengan transaksi melalui ponselnya? Lagi-lagi Indonesia menempati peringkat pertama. Meski angkanya agak menurun menjadi 80 persen.

Bagan: Wearesocial

Hanya ada selisih delapan persen!

Fakta ini jelas mencengangkan. Indonesia bisa begitu tinggi mengadopsi jual beli online meskipun teknologi internet sebenarnya masih begitu asing untuk masyarakat Indonesia pada umumnya.

Secara posisi, Indonesia terlihat unggul dibandingkan dengan negara-negara yang sudah lebih maju terkait jual beli daring seperti Amerika Serikat atau Cina.

Saya sendiri agak skeptis dengan data ini, namun sebagai sebuah data, kita bisa menjadikan angka ini sebagai acuan.

Kamu juga bisa lihat pula dari data ini. Tentang bagaimana konsumen Indonesia sebenarnya sudah tahu bagaimana caranya untuk mencari informasi tentang sebuah produk melalui internet kemudian melakukan transaksi secara daring.

Kamu yang berbisnis online tentu bisa mulai melihat saluran mana yang harus kamu optimalkan agar bisa mendapatkan konsumen lebih banyak dengan transaksi secara online.

Selanjutnya beranjak ke bagian produk

Produk Fashion dan elektronik mendominasi jual beli online di Indonesia

Untuk kamu para pengusaha daring, tentu saja melihat potensi pasar bisa dilakukan dengan melihat produk apa yang begitu laris untuk dibeli oleh para konsumen Indonesia.

Jika melihat data di atas, kamu akan menemukan bahwa sektor fashion dan sektor elektronik menjadi sektor perdagangan yang paling mendominasi transaksi online di Indonesia.

Penyebabnya apa? Sayangnya, tidak ada penjelasan lebih jauh tentang data ini. Tapi saya tertarik untuk melihat bagaimana video game menjadi salah satu sektor yang menempati peringkat teratas dari segi jumlah transaksi. Tentu ini adalah informasi yang menarik karena game ternyata mulai tumbuh pesat di Indonesia.

Lalu bicara tentang jual beli tentu akan bicara tentang pembayaran.

Indonesia tertinggal dalam penggunaan financial services untuk jual beli daring

Kontras sekali dengan tingkat jual beli online, Indonesia ternyata masih jauh tertinggal dari rata-rata dunia terkait dengan penggunaan teknologi finansial untuk jual beli daring. Angkanya hanya 33 persen dari pembeli daring yang menggunakan teknologi untuk membayar pembelian mereka dalam satu bulan.

Bagan: Wearesocial

Data ini menempatkan Indonesia lebih rendah dari negara maju seperti Korea Selatan dan Malaysia. Sementara negara yang tertinggi dalam penggunaan teknologi pembayaran ini untuk jual beli adalah Thailand. Kaget? Jelas.

Namun jika berkorelasi dengan data sebelumnya terkait adopsi jual beli online Thailand ternyata memang sudah lebih dewasa dalam adopsi jual beli daring maupun cara pembayarannya.

Teknologi pembayaran di Indonesia rendah, apalagi penggunaan kartu kredit. Di Indonesia berdasarkan data Digital 2020 ternyata hanya 2 persen saja yang menggunakan kartu kredit. Jauh sekali dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan.

Belum selesai soal teknologi pembayaran, ternyata We Are Social membedakan antara financial services (jasa keuangan) dengan mobile payment (pembayaran mobile).

24 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan mobile payment. Angkanya memang lebih rendah dari persentase pengguna financial services, namun rata-rata dunia juga terbilang rendah. Rata-rata dunia masih berada di tingkat 27 persen dan negara tertinggi dengan penggunaan mobile payment adalah Hong kong dengan persentase 42 persen.

Menariknya, Thailand lagi-lagi menjadi negara yang unggul terkait payment ini. Thailand menempati peringkat kedua dengan persentase 40%.

Apa yang membuat Indonesia tertinggal dari Thailand? Tentu perlu ditelusuri.

Kekuatan mobile payment di Indonesia seharusnya bisa cukup tinggi melalui peran mobile payment yang terintegrasi dengan aplikasi Ecommerce atau superapps. GoPay dan OVO adalah dua mobile payment yang cukup dominan di Indonesia.

Indonesia tertinggi dunia pemakai aplikasi ride hailing

Khusus untuk GoPay data We Are Social mengonfirmasi bagaimana pengguna Indonesia sangat aktif menggunakan aplikasi ride hailing atau pemanggil kendaraan.

Bagan: Wearesocial

Indonesia menempati peringkat pertama dalam hal penggunaan ride hailing. Ada sebanyak 49% pengguna internet di Indonesia yang menggunakan aplikasi pemanggil kendaraan setiap bulannya. Angka ini di atas Singapura dan Malaysia dan Brazil.

Di Indonesia sendiri saat ini ada dua pemain utama dalam ride hailing yakni Gojek dan Grab. Keduanya terus bersaing untuk menjadi pemain pasar yang dominan.

Situs-situs paling banyak dikunjungi di Indonesia

Kalau kamu penasaran dengan data-data menakjubkan Indonesia di atas, kamu harus mulai bertanya, “situs apa yang paling populer dikunjungi oleh warganet negeri +62?”

We Are Social ternyata memiliki data tentang ini, seperti tahun sebelumnya. Menariknya, terjadi perombakan cukup signifikan dari pengisi daftar website terpopuler. Beberapa media yang sebelumnya tidak muncul, kini mulai muncul.

Sementara startup unicorn yang tampil di daftar ini hanya satu, berbeda dengan beberapa tahun belakangan yang menampilkan dua sampai tiga startup unicorn asal Indonesia.

Kesimpulan

Data yang disajikan oleh We Are Social tahun ini tentang Indonesia memang tidak sedetil laporan tahun-tahun sebelumnya. Indonesia tidak mendapat profiling yang mencukupi untuk menggambarkan bagaimana perkembangan digital.

Namun posisi Indonesia yang cukup dominan secara global membuat Indonesia cukup sering tampil dan mendapat sorotan.

Perilaku pengguna internet Indonesia terhadap teknologi ponsel mobile misalnya yang ternyata sangat dominan. Ini sangat berbeda dari negara-negara maju lainnya yang umumnya masih banyak menggunakan komputer untuk mengakses internet.

Hal ini akhirnya berdampak pada bagaimana pengguna internet di Indonesia dalam hal bertransaksi dan menggunakan aplikasi-aplikasi mobile.

Jual beli online Indonesia menempati adopsi peringkat pertama dunia meski penggunaan financial services masih sangat tertinggal dari negara lain.

Ini juga bukan merupakan hal yang buruk karena bisa jadi sebuah peluang untuk perbankan dan penyedia jasa keuangan lainnya untuk menggunakan kekuatan internet dan teknologi digital.

Kemudian penggunaan aplikasi pemanggil kendaraan yang memang hanya tersedia di ponsel mobile juga menempati peringkat pertama dunia.

Secara bisnis tentu saja Indonesia bisa dikatakan menjadi negara yang memiliki potensi besar untuk ekonomi digital terutama di segmen mobile.

Tren ini tentu saja harus bisa dimanfaatkan dengan baik jika tidak ingin kehilangan momentum untuk menjaring potensi penetrasi internet yang lebih luas mengingat penetrasi internet di Indonesia masih berada di level 60 persen.

Tabel: Wearesocial

Masih ada 30 persen lebih penduduk yang bisa dijaring dan menjadi pengakses internet baru yang akan menjadi target pasar baru. Dan tentu saja kecil kemungkinannya para pengguna baru itu mengakses internet melalui komputer sebab ponsel pintar adalah opsi yang lebih praktis dan mudah.

Namun yang perlu diperhatikan adalah tentang perilaku pengguna Indonesia yang tidak bersahabat terhadap iklan. Indonesia adalah negara tertinggi yang menggunakan aplikasi penghalau iklan sehingga brand harus bisa benar-benar muncul dalam benak pengguna Indonesia secara otentik dan native jika ingin bisa mendapatkan tempat.

Saya tidak akan mengatakan bahwa data keunggulan Indonesia ini adalah sesuatu yang membanggakan. Tetapi data yang ada bisa menggambarkan bagaimana kondisi Indonesia dan bisa digunakan oleh siapapun untuk kepentingan ekonomi.

Hal yang bisa membanggakan bagi saya adalah jika potensi ekonomi digital Indonesia ini bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis dan start-up dari dalam negeri sehingga memberikan dampak secara domestik. Tidak hanya dampak ekonomi tetapi juga dampak sosial yang memang lebih dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

Jadi bagaimana menurutmu? Apa yang kira-kira bisa kamu lakukan dengan data ini? Tuliskan responmu dalam sebuah story tanggapan di Medium ya. Saya akan menyempatkan untuk membacanya dan memberikan timbal balik.

Terima kasih telah membaca story yang cukup panjang ini.

Semoga bermanfaat

Follow TEKNOIA untuk terus mendapatkan update seputar Marketing, Bisnis, Teknologi dan Inovasi. Atau jika ingin menjadi penulis tamu untuk TEKNOIA, Anda bisa menghubungi editor kami Bagus Ramadhan untuk menjadi writer.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.