Ini Data Pengguna Internet di Seluruh Dunia Tahun 2020

Berdasarkan laporan Digital 2020 yang dilansir We Are Social dan Hootsuite.

Data yang saya tunggu-tunggu setiap tahun akhirnya diluncurkan. Data dari WeareSocial dan Hootsuite tentang lanskap digital dunia. Data tahun 2020 ini mengungkap beberapa hal menarik terkait perkembangan dunia digital, termasuk data tentang Indonesia.

Berdasarkan Digital 2020 terungkap bahwa pengguna internet di seluruh dunia telah mencapai angka 4,5 milyar orang. Angka ini menunjukkan bahwa pengguna internet telah mencapai lebih dari 60 persen penduduk dunia atau lebih dari separuh populasi bumi.

Gambar: We are Social x Hootsuite

Lalu apa yang menarik dari empat milyar lebih manusia yang mengakses jaringan internet dari seluruh dunia ini? Saya mencoba untuk merangkum data ini dengan lebih sederhana agar kita bisa mempelajarinya dengan lebih mudah.

Ada beberapa dua hal utama dalam laporan Digital 2020 ini. Dua topik utama tersebut adalah terkait dengan sosial media dan perilaku pengguna internet. Keduanya tentu saja akan bisa menjadi gambaran bagaimana bisnis bisa memperkirakan strategi yang tepat untuk meraih peluang yang ada.

Ok, langsung saja saya bahas beberapa poin utama yang saya catat dari laporan ini.

Penetrasi internet di beberapa wIlayah dunia

Ide tentang internet menjadi kebutuhan dasar manusia sepertinya sudah bisa terlihat di beberapa negara dunia. Berdasarkan peringkat, dari 200 lebih negara di dunia telah ada lima negara di dunia yang angka penetrasi internetnya telah mencapai angka 99 persen. Itu artinya hampir setiap warga negara bisa menikmati akses internet.

Negara-negara tersebut adalah Islandia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrain. Kelima negara tersebut merupakan negara dengan pendapatan per kapita di atas 50.000 dolar per tahun.

Untuk tahun-tahun mendatang tentu saja akan semakin banyak negara yang bisa mencapai penetrasi internet mendekati 100 persen. Mengingat masih ada ratusan juta pengguna di berbagai belahan dunia yang belum terakses internet dan sebagian besar populasi yang belum terakses tersebut berada di asia yang perekonomiannya terus berkembang seperti India dan Cina.

Perilaku penggunaan internet

Gambar: We are Social

Selanjutnya beranjak ke perilaku pengguna internet. Menurut laporan Digital 2020 ini, penggunaan internet dari hitungan jam cenderung menurun. Sebab bila dibandingkan dengan tahun 2018 penggunaan internet di tahun 2019 menurun selama tiga menit. Dari 6 jam 46 menit menjadi 6 jam 43 menit pada tahun 2019.

Kira-kira apa yang terjadi? Benarkah pengguna internet dunia semakin mengerti bagaimana menggunakan internet dengan lebih sehat? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu ditemukan jawabannya.

Terlepas dari menurunnya lama penggunaan internet, penggunaan internet melalui perangkat mobil ternyata cenderung meningkat. Terjadi peningkatan sebesar 0,6% dari tahun 2018 ke tahun 2019 sehingga total penggunaan internet lewat perangkat mobil adalah selama 50,1% dari total penggunaan internet atau setara dengan 3 jam 35 menit.

Durasi penggunaan internet melalui perangkat mobil selama 3 jam 35 menit tentu saja adalah waktu yang cukup lama untuk sebuah aktifitas sehari-hari.

Setelah menegtahui perilaku penggunaan internet secara umum, selanjutnya adalah tentang sosial media. Gimana sih kelakuan pengguna internet di sosial media? Melihat data sosial media adalah penting karena sosial media adalah layanan terpopuler yang ada di internet.

Data pengguna Sosial Media

Gambar: We are Social x Hootsuite

Dari 4,5 milyar pengguna internet dunia, ternyata 3,8 milyar sudah menggunakan sosial media. Angka ini jelas fantastis, sebab dengan perbandingan seperti ini pengguna sosial media itu ibarat ada 10 orang berkumpul dan ada 8 orang yang telah menggunakan sosial media.

Istimewanya lagi, setiap orang tidak hanya menggunakan satu akun sosial media saja. Saat ini di dunia ada lebih dari 10 sosial media beredar. Dan setiap sosial media memiliki ciri khas dan pangsa pasarnya masing-masing.

Berdasarkan data ini, saya bisa membayangkan bagaimana sosial media sebenarnya telah menjadi sebuah lingkup ruang hidup baru bagi para warganet (pengguna internet). Semacam masyarakat baru yang memang tidak lagi bisa terbatasi ruang dan waktu. Satu warganet bisa berkomunikasi secara langsung dengan warganet lainnya.

Internet memang menawarkan banyak hal dan informasi bermacam-macam. Namun potensi kebermanfaatan dari internet kemudian membuat internet harus bisa menjadi kebutuhan yang disediakan secara fair dan berimbang terutama dalam hal akses. Hal inilah yang berusaha disoroti oleh Wearesocial dalam laporannya tahun ini.

Sementara sosial media seharusnya bisa menjadi jembatan untuk kebutuhan akses internet tersebut. Sebab salah satu daya tarik utama dari internet adalah sosial media.

Lama waktu menggunakan sosial media

Data juga menunjukkan bahwa pengguna internet rata-rata dunia menghabiskan waktu selama 6 jam 43 menit. Sepertiga dari waktu untuk online tersebut digunakan untuk mengakses sosial media. Atau setara dengan 2 jam 24 menit setiap harinya. Itu setara dengan sekitar dua atau tiga SKS (satuan kredit semester) yang menjadi acuan pembelajaran di perkuliahan.

Gambar: We are Social x Hootsuite

Dan lama waktu penggunaan rata-rata itu dilakukan setiap hari! Bayangkan dalam satu minggu penggunaan sosial media bisa mencapai 14 jam.

Lalu pertanyaan selanjutnya tentu saja adalah dan paling sering ditanyakan adalah, sosial media mana yang paling populer digunakan di seluruh dunia?

Kue pangsa pasar Sosial Media

Secara peringkat Facebook masih menjadi sosial media yang paling populer di dunia dengan 2,449 milyar akun. Lagi-lagi angka yang mencengangkan karena separuh dari penggunaan sosial media dunia adalah untuk Facebook. Sementara sisanya dibagi-bagi dengan sosial media lain.

Peringkat kedua ditempati oleh Youtube dengan jumlah akun mencapai 2 milyar akun. Di peringkat tiga adalah Instagram dengan 1 milyar akun. Selanjutnya adalah pendatang baru yang mencengangkan yakni Tiktok dengan 800 juta akun.

We Are Social sebenarnya melansir data peringkat sosial media dengan memasukkan aplikasi pesan singkat di dalamnya seperti Whatsapp, FB Messenger, dan WeChat. Namun saya menolak untuk memasukkan aplikasi-aplikasi ini ke daftar sosial media agar kita bisa lebih fokus melihat peringkat sosial media saja.

Whatsapp sendiri dua hari lalu mengumumkan telah mencapai jumlah pengguna sebesar 2 milyar pengguna.

Nah dari data di atas, menggambarkan bagaimana sosial media saat ini menjadi layanan yang cukup dominan di dunia maya. Menariknya, kekuatan sosial media memang terjadi tidak bisa dihindarkan mengingat visi internet pada permulaannya memang adalah untuk menghubungkan orang satu dengan lainnya. Tidak heran jika penggunaan sosial media begitu intensif dan menyita banyak waktu.

Penggunaan sosial media yang cukup intensif ini kemudian menimbulkan beberapa masalah kesehatan fisik dan mental. We are Sosial pun melihat tren di masa mendatang, brand yang semula adalah salah satu pihak yang ikut berperan menjadi sumber masalah di sosial media berusaha menawarkan gaya hidup digital yang lebih sehat.

Meski begitu, niat baik brand-brand itu bisa berseberangan dengan keinginan para penyedia sosial media seperti Facebook ataupun Google.

Keinginan apa itu? Keinginan untuk bisa terus meningkatkan lama aktifitas dan interaksi pengguna di platform yang mereka sediakan. Inilah yang kemudian menimbulkan adiksi yang kemudian berusaha ditanggulangi meski tidak akan mengabaikan sosial media sama sekali.

Kenapa? Karena sosial media diakui sangat mempermudah brand dengan konsumen untuk bertemu. Melalui sosial media customer journey menjadi sangat singkat dan instan.

Peluang influencer dari dalam brand

Gambar: We are Social x Hootsuite

Itulah mengapa terdapat peluang lain yang harus tetap bisa dimanfaatkan oleh brand. Menurut We Are Social, tren ke depan interaksi yang tulus dan otentik akan semakin penting. Pengguna sosial media mengaku lebih percaya pada komunikasi yang dilakukan oleh pegawai ketimbang komunikasi dan interaksi dari brand.

Itu artinya ada peluang dari sisi interaksi antara brand dengan audiensnya dengan menggunakan sosok-sosok di balik layar dari sebuah brand. Sehingga dari pada menyewa influencer, ada baiknya brand mempertimbangkan sumber daya yang mereka telah miliki.

Konsumen tidak ingin banyak konten dari korporasi yang bersifat kehumaasan. tapi lebih ingin berkomunikasi dan membangun relasi. Sehingga diperlukan keseimbangan antara konten korporasi dengan konten yang lebih personal untuk audiens.

Selain tren-tren di atas, data seperti ini juga penting buat kamu yang memiliki produk digital dan menyasar pasar internasional tentu saja data seperti ini menjadi penting karena separuh dari internet di dunia atau sekitar 54% menggunakan bahasa Inggris. Dan kebanyakan sosial media berasal dari negara-negara asal berbahasa inggris.

Tapi, hal yang perlu diperhatikan dari data seperti ini adalah statistik populasi secara global tidak cukup untuk menggambarkan situasi sosial para pengguna internet dunia. Sebab di setiap wilayah dan negara ada pola hidup dan interaksi sosial yang berbeda-beda. Itu mengapa statistik besar seperti ini tidak bisa menjawab situasi kontekstual.

Sehingga pada akhirnya yang bisa diambil dari data di atas adalah tentang bagaimana internet masih akan terus tumbuh dan menempatkan berbagai sosial media untuk bisa menarik perhatian pengguna. Sebab sosial media tidak dipungkiri telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari internet hari ini.

Menariknya, konsistensi internet untuk tumbuh berbeda dengan sosial media yang cenderung harus berdarah-darah dan mengalami dinamika yang bermacam-macam dalam persaingan. Sebab tidak ada yang bisa menjamin platform media sosial yang ada saat ini akan bertahan dalam beberapa tahun mendatang. Begitupun dengan sosial media pendatang yang bisa dalam sekejap mengambil alih pangsa pasar.

Tiktok misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa aplikasi sosial media berbasis video ini bisa mencuri posisi Snapchat atau Twitter. Meski belum sebesar Instagram walaupun sepertinya hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sepertinya itu saja yang bisa saya sampaikan. Bagi yang ingin membaca laporan lengkapnya bisa mengunjungi situs resmi We are Social untuk laporan Digital 2020.

Lalu bagaimana dengan keadaan Indonesia? Saya menghimpun beberapa data terkait Indonesia di laporan ini. Dan hasilnya sudah saya tuliskan di artikel ini. Bisa kamu baca untuk memahami kondisi internet dan digital di Indonesia.

Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.

Follow TEKNOIA untuk terus mendapatkan update seputar Marketing, Bisnis, Teknologi dan Inovasi. Atau jika ingin menjadi penulis tamu untuk TEKNOIA, Anda bisa menghubungi editor kami @bagusramadhan untuk menjadi writer.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.