Garam Berpotensi Jadi Bahan Teknologi Baterai Tingkat Selanjutnya

Era baterai berbasis sodium dimulai?

Revolusi ponsel pintar yang beberapa tahun terakhir menggantikan ponsel membuat permintaan akan baterai lithium-ion terus meningkat. Namun para peneliti menilai baterai berbasis mineral lithium tidak lagi cukup mampu untuk menjawab kebutuhan pasar yang menginginkan baterai berperforma lebih tinggi. Sehingga para peneliti berusaha menemukan elemen baru apa yang mampu untuk menggantikan mineral lithium.

Jawaban pertanyaan tersebut tampaknya ditemukan pada mineral yang selama ini telah banyak ditemukan di alam yakni garam atau lebih tepatnya baterai berbasis mineral sodium-ion. Para peneliti menganggap sodium memiliki potensi untuk bisa menggantikan lithium berdasarkan hasil penelitian baru yang dipublikasikan oleh NewAtlas.

Para peneliti dari Purdue University mengklaim bahwa pihaknya telah mampu melampaui keterbatasan dari mineral sodium yang selama ini tidak mampu diubah menjadi bentuk serbuk. Hal ini menjadikan sodium lebih mudah untuk dibentuk dan diolah menjadi berbagai keperluan. Tidak hanya untuk baterai, serbuk sodium ini juga berpotensi untuk digunakan pada penyimpan daya pada pembangkit listrik tenaga surya ataupun pembangkit listrik tenaga bayu.

Oleh para peneliti, baterai berbasis sodium dianggap memiliki berbagai keunggulan. Seperti ketersediaan yang melimpah dan berbiaya rendah. Berbeda dengan lithium yang merupakan mineral langka yang sangat terbatas jumlahnya. Berdasarkan alasan inilah kemudian sodium berusaha bisa dikembangkan menjadi basis baterai yang baru.

Hanya saja, sodium selama ini masih memiliki kekurangan pada kemampuan data tahan. Sodium sebagai elektroda yang ketika sirkulasi pengisian daya dilakukan akan terjadi penurunan kemampuan akibat penumpukan ion di anoda yang terbuat dari karbon. Sehingga mengakibatkan baterai cepat usang.

Vincent Guilly / CEA

Asisten Profesor Teknik Kimia dari Purdue, Vilas Pol mengungkapkan bahwa hal inilah yang berusaha dipecahkan oleh para peneliti. “Jika sebagian besar kapasitas energi diserap oleh anode ketika pembentukan elektrolit maka akan membatasi jumlah sodium yang bergerak. Sehingga mengurangi usia baterai,” katanya.

Sol dan timnya kemudian berusaha untuk mengutak-atik sodium menggunakan teknologi ultrasonik standar untuk melelehkan sodium menjadi cairan. Dari cairan tersebut mereka ubah menjadi serbuk.

Hasil yang didapatkan adalah, ketika sedikit serbuk diberikan saat pembuatan anoda dan katoda, elektroda akan mampu menunjukkan performa yang lebih baik. Pol mengungkapkan bahwa hasilnya adalah kemampuan siklus pengisian daya yang lebih banyak dan juga terjadi efisiensi transfer daya.

Tim peneliti ini telah mengajukan paten untuk teknologi ini dan Pol mengatakan bahwa mereka saat ini sedang mengerjakan pembuatan serbuk yang lebih efektif dan juga pembuatan baterai sesuai dengan bahan ini. Mereka berharap agar serbuk sodium ini akan bisa menjadi jawaban terhadap kebutuhan baterai berbasis sodium di industri saat ini.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.