Jamur Penghancur Plastik, Inikah Solusi Polusi Plastik?

Ditemukan di Pakistan

Ilustrasi jamur | by Leanne Owen on Unsplash

Seratus tahun yang lalu pada ahli kimia menemukan plastik. Kala itu plastik lebih banyak digunakan untuk menggantikan material-material langka yang tidak mungkin ditemukan ataupun dilarang untuk digunakan. Namun kini hampir segala hal terkait dengan plastik sehingga menimbulkan masalah limbah yang serius pada bumi. Itu sebabnya para peneliti berusaha keras untuk menemukan cara yang efektif untuk menangani polusi plastik. Dan tidak disangka ternyata solusi itu datang dari sebuah jamur.

Para peneliti dari Kew Gardens di London rupanya menemukan bahwa jamur atau fungi bisa digunakan untuk menghancurkan limbah plastik. Dalam laporan The State of The World’s Fungi 2018 yang dipublikasikan pada September yang lalu menjelaskan bahwa terdapat jamur Aspergillus tubingensis fungus yang mampu tumbuh di tumpukan sampah di Islamabad, Pakistan di tahun 2017. Jamur tersebut diklaim mampu menghancurkan plastik hanya dalam hitungan minggu.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sehroon Khan dkk. di tahun 2017 menyebutkan bahwa jamur Aspergillus tubingensis mampu mendegradasi polyurethane sebuah senyawa plastik dengan membangun sebuah koloni di molekul tersebut. Dalam beberapa minggu plastik tersebut akhirnya mampu diurai secara alami. Penelitian juga mengungkap bahwa metode budidaya jamur juga mampu mempercepat proses penguraian plastik tersebut.

Jamur Aspergillus tubengensis memiliki sebuah enzim yang disebut mampu memecah ikatan kimia diantara molekul plastik. “Kemampuan ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah alat yang bisa menyelesaikan masalah lingkungan akibat limbah plastik,” seperti disebutkan dalam laporan itu.

by Hermes Rivera on Unsplash

Spesies jamur ini sendiri sejatinya bukanlah spesies baru, sebab telah ditemukan oleh Raoul Mosseray di tahun 1934. Jamur ini ditemukan di daerah tropis seperti Thailand dan Cina meski juga ditemukan di daerah subtropis namun di lingkungan yang lebih hangat seperti di dalam ruangan. A. tubingensis juga dinilai memiliki resistensi kuat terhadap sinar ultraviolet dan mampu hidup di lingkungan bersuhu tinggi sekitar 30 hingga 37 derajat Celsius.

Temuan ini tentu saja menjadi temuan alternatif untuk menangani permasalahan sampah plastik. Seperti diketahui pada tahun 2017, jumlah sampah plastik diseluruh dunia telah mencapai 8,3 milyar ton. Padahal plastik diperkirakan hanya bisa diurai secara alami selama ratusan tahun. Hal ini tentu saja mendatangkan masalah bagi lingkungan karena mengancam kehidupan manusia dan juga makhluk lainnya.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.