Kisah Botol Plastik yang Telah Menerangi 350.000 Rumah di 15 Negara

(Foto: Shashank Bhosale/Liter of Light Bangalore)

Penerangan saat ini telah menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan setiap orang. Listrik adalah kebutuhan hidup primer dan tentu saja hal ini tidak pernah terbayangkan 200 atau 100 tahun yang lalu. Sebab pada masa itu penerangan dan energi listrik masih merupakan hal yang mewah. Meski begitu, saat ini walaupun keduanya telah menjadi komoditas umum. Ternyata masih ada jutaan orang yang belum mendapatkan akses penerangan dan listrik. Namun sebuah inisiatif bernama Liter of Light berusaha mengubah situasi tersebut dengan cara yang tidak terduga yakni menggunakan botol air mineral.

Pada mulanya kita semua pasti bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah botol air mineral bekas mampu untuk menyelesaikan masalah penerangan? Mungkin pertanyaan itu pula yang diajukan pada Liter of Light saat pertama kali menjalankan inisiatif ini.

Liter of Light sejatinya berhasil melihat apa yang sebenarnya kita semua kerap kali abaikan. Yakni potensi sebuah botol plastik bekas sebagai sebuah wadah air yang mampu memantulkan cahaya. Lewat cara inilah kemudian Liter of Light berusaha menerangi setiap rumah-rumah padat yang tidak mendapatkan listrik dan tidak terkena cahaya matahari. Lewat pemanfaatan botol inilah rumah-rumah yang dulunya gelap, kini dapat mendapat penerangan saat matahari bersinar.

Inisiatif yang dilakukan Liter of Light sangatlah sederhana memang, namun hal tersebut berdampak pada kualitas rumah. Di lingkungan yang padat dan kumuh, rumah yang tidak mendapat sinar matahari akan mudah menjadi sarang penyakit. Selain itu, penghuni rumah akan kesulitan melakukan aktifitas seperti membaca ataupun belajar.

Berdasarkan data UNESCO pada tahun 2015 setidaknya terdapat 1,5 juta orang yang tidak mendapatkan akses penerangan, dan sekitar 1,3 juta darinya harus menghabiskan pendapatannya untuk membeli parafin atau lilin untuk menerangi rumahnya saat malam. Praktek menerangi rumah dengan parafin ini menimbulkan berbagai macam masalah seperti kebakaran maupun masalah kesehatan seperti bronkitis ataupun kanker pernafasan. Sebab menghirup asap lilin secara reguler sama dengan merokok empat bungkus rokok dalam sehari.

Inisiatif untuk menerangi rumah dengan botol ini dianggap sangat berdampak hingga kemudian Liter of Light diadopsi di beberapa negara. Hingga kini penerangan siang yang telah dipasang mencapai 350.000 dan sekitar 15.000 lampu untuk malam hari yang mendapatkan bantuan dari Liter of Light untuk menerangi rumahnya masing-masing di 53 negara.

Liter of Light sendiri merupakan sebuah inisiatif yang lahir dari Filipina pada tahun 2011 dibawah MyShelter Foundation. Sebuah yayasan amal yang menawarkan konsep bangunan berkelanjutan untuk masyarakat terdampak badai. Yayasan ini didirikan oleh Illac Diaz yang dahulu adalah seorang manager di perusahaan telekomunikasi. Rasa prihatin Diaz saat melihat kondisi para pengungsi badai lah yang membuatnya keluar dari pekerjaannya dan mendirikan yayasan ini.

Inisiatif Liter of Light untuk memanfaatkan botol sebagai lampu tidak berhenti pada lampu botol untuk siang hari. Mereka ternyata juga mengembangkan teknologi lampu malam hari yang agak berbeda dengan metode yang digunakan untuk penerangan siang meski tetap menggunakan botol plastik. Teknologinya adalah dengan menggunakan sebuah baterai, empat lampu LED, botol plastik dan sebuah panel surya kecil. Lampu LED dimasukkan pada botol sebagai wadah pelindung dengan panel surya yang terpasang di atap rumah. Sistem yang juga mampu mendeteksi sinar matahari ini mampu menghasilkan listrik tiga watt dan menyalakan lampu yang bisa menerangi ruangan 15 meter persegi. Lampu sederhana itu bahkan bisa diubah menjadi lampu jalanan dengan bantuan pipa PVC atau tiang bambu atau kayu. Hebatnya lagi, semua komponen itu bisa dicari dengan mudah dimanapun.

“Jika kamu mampu mengajarkan orang-orang tentang bagaimana membuat lampu sendiri jalanan sendiri mereka bisa mengamankan komunitasnya,” ujar Diaz seperti dikutip dari The Independent. Dirinya juga menambahkan bahwa yang diperlukan sebuah desa hanyalah tiga atau lima watt saja. “Satu watt jika dikalikan sejuta orang, itu akan lebih berdampak dibandingkan sebuah pembangkit listrik besar,” tuturnya.

Pendekatan teknologi yang mudah dan tidak tergantung pada perusahaan besar membuat inisiatif ini mudah untuk diduplikasi dan diimplementasikan secara mandiri oleh masyarakat. Liter of Light bahkan mendorong para pengusaha individu untuk belajar dan mengaplikasikan perangkat lampu tersebut dan menjualnya ke lingkungan di sekitarnya dengan murah. Akibatnya, perekonomian hijau di lingkungan tersebut bisa bergerak dan mendapatkan penerangan yang cukup seperti yang terjadi San Pedro Laguna, Filipina. Di kota itu disebutkan bahwa seorang pengusaha lokal telah berhasil memasang 11.000 lampu botol.

Tidak hanya di Filipina, keberhasilan Liter of Light juga terjadi di beberapa tempat seperti Pakistan yang akhirnya teknologi ini digunakan untuk menerangi kampung pengungsi. Di tahun 2014, Liter of Light di sana berhasil memasang 100 lampu jalanan di kampung pengungsi PBB, Jalozai, salah satu kampung pengungsian terbesar di Pakistan yang menampung 10.000 keluarga yang mengungsi akibat konflik di Afganistan.

Di negara lain seperti Mesir, Liter of Light didukung oleh Pepsi Company, yang menyediakan penerangan jalan untuk desa-desa dan penerangan untuk 35 sekolah. Sementara di Kolombia, projek penerangan ini bisa disebut sebagai projek yang paling ambisius sebab Liter of Light berhasil mengembangkan teknologinya sendiri untuk menyediakan penerangan yang 300 persen lebih kuat dari penerangan kuning konvensional, namun dengan biaya hanya 2 persennya saja. Lampu ini bahkan dijamin mampu hidup selama 70.000 jam atau sekitar 6 tahun.

Berkat pengaruhnya yang sangat besar, Liter of Light akhirnya mendapatkan penghargaan prestisius dibidang energi masa depan, Zayed Future Energy Prize pada tahun 2015. Setelah sebelumnya di tahun 2014 dan 2015 mendapatkan penghargaan World Habitat Award.

Inisiatif yang dilakukan oleh Liter of Light ibarat sebuah lilin yang bersinar ditengah kegelapan. Kita pasti pernah mendengar pepatah bijak yang mengatakan “lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan.” Hanya saja Liter of Light menyalakan botol dari pada lilin dan mereka telah berhasil melakukannya secara nyata di ratusan ribu rumah di berbagai negara.

Tertarik untuk membuat dan menginisiasi gerakan yang sama? Berikut adalah video bagaimana membuat lampu botol.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.