Leather Berbahan Organik Terbuat dari Ampas Apel

Hanya dengan lima kilogram ampas, bisa menghasilkan satu meter persegi leather

Ampas Apel (Gambar: Leap Leather)

Mencari bahan alternatif adalah perlombaan yang saat ini banyak dilakukan oleh para peneliti dan inovator. Berbagai macam bahan dicoba untuk diolah kembali dan menggantikan bahan konvensional agar menjadi lebih ramah lingkungan dan mengurangi beban pada alam. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan oleh Beyond Leather Materials, sebuah perusahaan inovasi di Copenhagen Denmark yang mengolah limbah kulit apel menjadi leather (kulit) dengan nama Leap.

Leather yang dikembangkan oleh Leap diklaim merupakan bahan organik yang tidak mencemari lingkungan karena dibuat sepenuhnya tanpa melibatkan plastik. Dengan tidak melibatkan plastik, kulit dari Leap diklaim akan bisa menjadi bahan kulit yang lebih berkelanjutan. Tidak heran jika Leap berhasil mendapat penghargaan Clim@ tahun 2020

Perlu kita tahu bahwa terdapat beragam kulit sintetis yang beredar. Beberapa diantaranya seperti kulit PU, yakni kulit yang dibuat dari poliuretana (polyurethanes). Kulit ini diklaim mampu meniru tekstur kulit asli dan tidak melibatkan hewan sama sekali. Beberapa pihak bahkan menyebut kulit PU sebagai kulit vegan karena alasan yang sama. Kulit sintetis lainnya adalah kulit PVC, yang lebih sering disebut dengan vinyl. Kulit sintetis jenis ini lebih tahan lama sehingga sering digunakan untuk pelapis funitur seperti sofa, jok, atau produk tekstil seperti tas dan sepatu.

Inovasi yang dicetuskan oleh Leap terbuat dari kulit, daging, dan biji buah apel. Bahan-bahan tersebut kerap kali terbuang percuma dari proses penyarian apel dan jus apel. Di industri pengolahan apel, ampas apel tersebut biasanya dihasilkan oleh pabrik cuka dan pabrik sari apel. Apa yang dilakukan oleh Leap sejatinya adalah mencoba untuk mengelola limbah menjadi bermanfaat.

“Sekitar 25 persen kandungan apel menjadi limbah setelah proses pemerasan untuk jus atau sari (apel),” ujar pendiri Beyond Leather Materials, Hannah Michaud seperti dikutip dari Dezeen.

Menurut Hannah, setiap tahun industri pengolahan apel di Denmark menghasilkan setidaknya terdapat 500 hingga 600 ton ampas. Di skala global menurut perhitungan Beyond Leather Materials, angkanya bisa mencapai 3 juta ton ampas apel. Itulah mengapa Hannah dan timnya berusaha untuk mengubah ampas tersebut menjadi produk yang lebih bernilai lebih serta ramah lingkungan.

Kulit terbuat dari ampas apel (Gambar: Leap Leather)

Hasilnya adalah 5 kg ampas apel bisa diolah menjadi satu meter persegi leather Leap dalam satu hari. Dengan 99% lebih sedikit air dan 85% lebih sedikit jejak karbon dibandingkan dengan proses produksi kulit konvensional. Leather Leap bahkan tidak melibatkan hewan dan tidak menggunakan pewarna berbahaya.

Namun ampas apel tidak serta merta bisa diolah menjadi kulit sebab limbah tersebut tidak saling mengikat dan melekat. Meski berupa serat dan polimer, kedunya masih membutuhkan proses pengolahan untuk bisa merekat erat dengan tetap memiliki kekuatan dan kelembutan. Oleh karena itu, rahasia Leap terletak pada bahan tambahan seperti katun dan Tencel (serat yang terbuat dari serbuk kayu). Selain itu, saat ini Leap masih bergantung pada lapisan tambahan yang berbahan bioplastik untuk menimbulkan efek timbul dan pigmen yang membuat kulit Leap bisa memiliki beragam warna sehingga Leap versi saat ini masih 80% organik.

Penggunaan pelapis berbahan plastik tentu menimbulkan pertanyaan dan inkonsistensi. Tetapi Hannah menjelaskan bahwa pihaknya menyadari hal tersebut dan pada tahun 2024 berusaha untuk sepenuhnya tidak lagi menggunakan plastik dari bahan baku fosil.

Beyond Leather merupakan startup yang didirikan sejak tahun 2017 dan pada tahun 2021 mendapatkan pendanaan awal sebesar 1,1 juta poundsterling dari Jensengroup Invesment Group. Kabarnya, material Leap versi saat ini telah digunakan di beberapa brand fesyen. Beyond Leather mengklaim bahwa produknya merupakan salah satu leather alternatif berkelanjutan terbaik.

“Kami percaya sebuah produk harus bisa digunakan kembali atau kembali ke alam. Kami senang dengan tantangan ini dan berusaha mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin supaya kami terus berusaha,” Hannah Michaud

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.