Masa Depan Marketing: Ujar Seth Godin

Buatlah sesuatu yang pantas untuk diperbincangkan.

Photo by Icons8 Team on Unsplash

Pergantian tahun telah sampai di depan mata. Semua perhatian tertuju tentang bagaimana tahun 2020 akan berlangsung. Setiap orang bertanya-tanya, dan mengemukakan pendapatnya, bagaimana rupa dekade kedua dari milenia dua ini.

Salah satu ahli pemasaran yang mengemukakan pendapatnya adalah Seth Godin, seorang penulis yang produktif dan pionir email marketing di era permulaan internet. Seth merupakan salah satu orang yang terus saya simak kata-kata dan pendapatnya di dunia pemasaran.

Apa pendapat Seth soal masa depan marketing khususnya pada tahun 2020? Pendapat Seth yang akan saya bahas ini saya dapatkan dari hasil wawancara Marketo dan Economist Intelegence Unit pada enam ahli marketing dunia. Tulisan kali ini hanya akan membahas soal Seth dan empat lainnya akan saya tulis secara bertahap.

Make Things that Matter

Ok masuk ke pembahasan utama. Tentang masa depan marketing.

Seth mengungkapkan bahwa marketing di masa depan lebih tentang bagaimana membuat sesuatu yang pantas untuk diperbincangkan (worth to talking about).

Buat saya ini menarik karena Seth tetap konsisten berusaha membangun aliran marketing yang mengedepankan kelompok. Dalam bukunya, Tribe, Seth juga mengajukan konsep ini untuk sebuah skema marketing yang efektif di era digital seperti sekarang.

Menurutnya, marketing tradisional yang hanya berfokus pada berapa banyak uang yang bisa dikeluarkan untuk iklan adalah sesuatu yang sudah selayaknya ditinggalkan. Dan di masa depan metode ini akan tergantikan dengan bagaimana memberikan janji yang benar-benar bisa melibatkan dan memberi pengaruh pada orang-orang.

Marketing juga tidak lagi tentang bagaimana sebuah produk menginterupsi perhatian seseorang di depan mata seperti yang terjadi di masa lalu.

Sehingga, menurut Seth pemasar dan ahensi tidak boleh lagi berada di tahap akhir sebuah proses bisnis. Namun harus di depan dan turut memengaruhi proses bisnis perusahaan. Baik dalam segi, pengembangan produk, finansial, dan teknologi. Make things that matter.

Customer decide wheter you’re real

Menarik pula ketika Seth masih juga mengkritik bagaimana sebuah perusahaan berinvestasi pada relasi konsumen atau engagement marketing, namun tidak benar-benar mengerti bagaimana untuk berkomunikasi dengan konsumen. Contohnya adalah sistem call center yang kerap kali menimbulkan kesan tidak nyaman.

“.. when you talk to them, they don’t care enough to talk back, or if they do talk back, they put someone in your face who has been programmed to be a cog in a machine.” kata Seth.

Sehingga akhirnya, brand hanya akan membuat konsumennya merasa dipinggirkan dan teracuhkan. Padahal masa depan marketing adalah tentang pengaruh atau influence dan bukan otoritas. Brand bukan lagi otoritas utama dari sebuah produk.

Para konsumen dan pelanggan bisa saja sudah memiliki pengetahuan yang setara seperti yang dimiliki oleh brand. Dampaknya, brand tidak akan lagi bisa mendikte pesan apa yang ingin mereka sampaikan. Bahkan tidak lagi bisa bergantung pada satu pesan saja seperti dulu ketika brand bisa memunculkan satu iklan kemudian bisa mendapatkan hasil yang masal.

Konsumenlah yang menentukan apakah brand itu sungguh-sungguh atau tidak.

Spinning the wrong cause is beneath you

Terima kasih pada internet. Perubahan pada pasar telah membuat marketing harus berubah dan berevolusi kembali di masa depan. Brand kini harus mau untuk memperhatikan apa yang diinginkan oleh pasar jauh lebih serius dari pada dahulu. Bukan pada produk, namun pada bagaimana para audiens dilibatkan dan dianggap penting.

Dan saat ini marketing adalah aspek perusahaan yang terus menerus berubah.

Accounting hasn’t changed. Product development hasn’t changed much. Sales isn’t so different. Marketing has been completely transformed,” jelas Seth.

Sayangnya, kebanyakan pemasar selalu terima-terima saja budget (rendah), menerima produk (yang buruk), dan berjanji (muluk pada pasar). “That’s why they get fired so much,” sindirnya.

Seth bahkan mengajak para pemasar untuk berani berkata tidak jika layanan, kualitas, biaya, dan cerita yang dihasilkan dari sebuah produk tidak sesuai dengan standar ataupun tidak konsisten.

Dari apa yang dijelaskan oleh Seth, bagi saya kembali yang terpenting adalah tentang bagaimana membangun sesuatu yang penting pagi konsumen dan bukan lagi penting untuk perusahaan.

Sebenarnya ini adalah hukum utama dari bisnis, perhatikan konsumen kemudian bisnis akan berjalan. Namun di era televisi, banyak marketer yang menurut Seth kehilangan kemampuan untuk melihat apa yang sebenarnya esensial kemudian berusaha bermain aman dengan hanya menggunakan cara-cara yang sejatinya tidak bisa diukur. Contohnya seperti iklan televisi ataupun banner-banner fisik lain.

Anehnya, ketika terdapat metode-metode baru yang lebih terukur dan tepat, para pemasar itu malah hanya ingin menggunakan cara-cara lama. Wajar saja jika akhirnya, Seth berpesan,

Put the spreadsheet away and do some serious work to make stories worth telling.”

Kesimpulan

Masa depan marketing tampaknya masih akan terus dinamis. Teknologi tentu berperan besar untuk semakin memberi kemampuan pada brand untuk memahami konsumennya. Setelah mendengar para konsumen, kemudian buat produk yang pantas untuk diperbincangkan.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.