Ternyata Meluncurkan Roket ke Angkasa Bisa Dengan Dilempar

Cara alternatif perjalanan angkasa yang sedang dikembangkan oleh Spinlaunch

Ujicoba peluncuran pertama SpinLaunch di Spaceport (Spacenews)

Berbicara mengenai perkembangan teknologi dan peradaban manusia, biasanya kita akan menggunakan beberapa hal sebagai parameter.

Namun, di antara parameter-parameter yang terlintas di benak kita, ada satu kata kunci yang agaknya menjadi patokan mengenai seberapa “maju” umat manusia sebagai sebuah peradaban. Benar, parameter yang dimaksud adalah penjelajahan luar angkasa.

Dalam bidang ini kita mengenal NASA, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, sebagai pionir.

Dimulai dari prestasi mereka yang sukses mengirim manusia ke Bulan untuk pertama kalinya, meluncurkan berbagai macam robot antariksa untuk menjelajahi planet-planet yang berada di luar jangkauan manusia, hingga berencana untuk menyulap planet Mars menjadi planet yang dapat berfungsi sebagai habitat manusia suatu saat nanti.

Melihat berbagai macam prestasi yang mereka capai pada beberapa dekade ke belakang, maka tidak salah apabila kita menganggap NASA sebagai pilar utama. Namun, di era dimana teknologi dan manusia hidup berdampingan, perbincangan mengenai inovasi serta gagasan mengenai eksplorasi luar angkasa tentunya sudah tidak terbatas ke satu federasi pemerintahan saja.

Selain NASA, besar kemungkinan kalian pernah mendengar nama SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk.

Berdirinya SpaceX sendiri dilatarbelakangi oleh ambisi Elon Musk yang ingin mengurangi biaya dan meningkatkan keandalan akses ke luar angkasa, sehingga perjalanan luar angkasa dapat tersedia untuk semua orang.

Keberadaan SpaceX sendiri membawa beberapa dampak positif bagi perkembangan teknologi dan inovasi manusia dalam bidang antariksa. Salah satunya adalah membuka peluang bagi perusahaan swasta atau startup lainnya, yang memiliki visi dan misi tersendiri mengenai eksplorasi luar angkasa.

Salah satu startup yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah SpinLaunch, yang menawarkan metode alternatif yang unik dalam meluncurkan roket luar angkasa.

Apa itu SpinLaunch?

Jonathan Yaney, CEO sekaligus pendiri perusahaan SpinLaunch (Brandon Richardson)

SpinLaunch didirikan pada tahun 2014 oleh Jonathan Yaney di Sunnyvale, California, Amerika Serikat.

Kantor pusat perusahaan ini berada di Long Beach, California. Pada tahun 2020, SpinLaunch melanjutkan pengembangan kantor pusat perusahaan seluas 13.000 meter persegi di Long Beach, dan fasilitas uji terbangnya di Spaceport America di New Mexico, yang disewa pada tahun 2019.

Teknologi yang sedang dikembangkan oleh SpinLaunch adalah sistem peluncuran ruang energi kinetik yang mengurangi ketergantungan pada roket kimia tradisional, dengan tujuan untuk menurunkan biaya akses ke ruang angkasa secara signifikan, sambil meningkatkan frekuensi peluncuran.

Konsep ini kemudian dikenal sebagai akselerator massa, alias sistem peluncuran ruang berbasis energi kinetik yang merupakan alternatif dari roket berbasis kimia.

“Ini adalah metode yang sangat berbeda untuk mempercepat proyektil dan meluncurkan kendaraan ke kecepatan hipersonik menggunakan sistem berbasis darat,” ucap CEO SpinLaunch Jonathan Yaney dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

“Ini tentang membangun perusahaan dan sistem peluncuran luar angkasa yang akan memasuki pasar komersial dengan irama yang sangat tinggi dan diluncurkan dengan biaya terendah di industri.” Sambungnya.

Sebenarnya, ide yang dicetuskan oleh Yaney tidak bisa sepenuhnya disebut sebagai ide baru. Adapun hal ini dikarenakan NASA juga mengadakan penelitian mengenai hal serupa. Sejak tahun 1960-an, NASA telah menjajaki teknologi ini sebagai alternatif peluncuran roket.

Meskipun tidak pernah digunakan, NASA terus mengembangkan teknologi ini melalui Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall dan Pusat Luar Angkasa Kennedy. Di sini, para insinyur telah mengerjakan konsep-konsep seperti Sistem Magnetic Levitation (MagLev) untuk meluncurkan pesawat luar angkasa secara horizontal menggunakan scramjet di jalur yang dialiri listrik.

Ujicoba Pertama SpinLaunch

Dalam berita baru-baru ini, perusahaan ruang angkasa komersial SpinLaunch melakukan uji peluncuran pertama Akselerator Suborbitalnya untuk pertama kalinya. Keberhasilan uji vertikal ini merupakan batu loncatan penting menuju penciptaan Sistem Peluncuran Orbital (OLS) yang diusulkan perusahaan, yang akan segera melakukan peluncuran muatan reguler.

Pada tahun 2018, Universe Today melaporkan tentang bagaimana SpinLaunch dan CEO-nya, Jonathan Yaney, yang akhirnya menapakkan langkah pertama mereka dan keluar dari “mode siluman” mereka, dan mulai mengumpulkan dana.

Kemudian pada tahun 2019, perusahaan ini mulai membangun fasilitas pengujiannya di Spaceport America, diikuti dengan pembangunan Suborbital Accelerator. Suborbital Accelerator ini berdiameter 33 meter, dan membuatnya sebagai salah satu instrumen tertinggi di dunia dengan biaya pembuatan mencapai 38 juta dolar Amerika.

Bagian dalam sistem peluncuran tenaga kinetik milik SpinLaunch (SpinLaunch)

Sistem ini (Suborbital Accelerator) merupakan model skala satu banding tiga dari sistem OLS yang saat ini sedang dikembangkan dan bergantung pada komponen yang sama.

Sama seperti referensi aslinya, OLS, Suborbital Accelerator menggunakan tenaga sentrifugal yang disegel vakum untuk memutar roket, dan kemudian melemparkannya ke luar angkasa dengan kecepatan hingga 8.000 kilometer/jam. Roket kemudian menyalakan mesinnya pada ketinggian sekitar 61.000 meter untuk mencapai kecepatan orbit 28.200 kilometer/jam.

Energi kinetik rotasi ini berasal dari listrik berbasis darat, yang disediakan oleh tenaga matahari dan angin (yang akan menghilangkan jejak karbon dari peluncuran roket).

Tim SpinLaunch dan ujicoba peluncuran pertama SpinLaunch (SpinLaunch)

Dua tahun selanjutnya, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2021, barulah SpinLaunch mengadakan ujicoba peluncuran pertama mereka menggunakan Suborbital Accelerator yang telah selesai dibangun. Suborbital Accelerator ini dinyalakan di fasilitas uji penerbangan perusahaan, yang terletak di Spaceport America di negara bagian New Mexico.

Pada pengujian ini, Suborbital Accelerator diberi daya hingga 20% dari total kapasitasnya dan dilaporkan berhasil meluncurkan proyektil pasif 3 meter ke ketinggian “puluhan ribu kaki”

“Hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, dan bahkan dengan Covid-19 sebagai rintangan, SpinLaunch mampu menghidupkan situs mereka dan melakukan peluncuran operasional ketinggian tinggi pertama mereka. Kami sangat senang atas kemajuan mereka dan berharap bahwa mereka akan menjadi kontributor penting bagi ekosistem kedirgantaraan New Mexico yang sedang berkembang untuk tahun-tahun mendatang.” ucap Scott McLaughlin, direktur eksekutif Spaceport America, yang hadir disana untuk menyaksikan peluncuran uji coba yang sukses, seperti dikutip dari Aerospace Testing International.

Masa Depan SpinLaunch

Pada akhir tahun 2021, SpinLaunch dinobatkan sebagai salah satu "Pengusaha Terbaik Dunia di Industri Luar Angkasa" oleh Everything Space, platform rekrutmen yang berspesialisasi dalam industri luar angkasa.

Setelah sukses besar dengan ujicoba peluncuran pertama mereka, SpinLaunch akan bergerak maju dengan pengembangan akselerator skala penuhnya, OLS, yang akan memiliki diameter sebesar 100 meter, dan mampu meluncurkan muatan dalam kisaran 20 hingga 200 kilogram. Jenis muatan yang mereka bayangkan mencakup berbagai jenis satelit, susunan surya berbasis ruang angkasa, dan modul propulsi elektrik.

SpinLaunch sendiri telah menguji roda reaksi High-G mereka dengan berbagai jenis muatan, dan melaporkan bahwa muatan seperti ponsel pintar yang tidak dimodifikasi, kamera aksi, hingga lensa teleskop, dapat bertahan tanpa kerusakan.

Di saat bersamaan, perusahaan ini juga sedang mencari cara untuk "memperkuat" satelit untuk kondisi High-G yang terkait dengan peluncuran kinetik.

“SpinLaunch sedang merancang berbagai sasis satelit yang efisien, yang memerlukan tidak lebih dari 10% peningkatan massa dibandingkan dengan yang dirancang untuk lingkungan peluncuran tradisional. Struktur satelit yang dioptimalkan untuk lingkungan High-G siap dianalisis dengan pemodelan elemen hingga dengan prediksi yang sangat cocok dengan pengujian di dunia nyata, memungkinkan iterasi dan pengembangan yang cepat. Hasil akhirnya adalah sekelompok komponen struktural yang siap pakai dengan sedikit atau tanpa dampak pada massa atau biaya.” ucap SpinLaunch dalam situs resminya.

Dalam waktu kurang dari satu dekade, sektor ruang angkasa komersial telah sangat meningkatkan akses ke ruang angkasa. Kunci dari semua itu adalah memanfaatkan teknologi dan inovasi baru sehingga booster dapat diambil dan digunakan kembali, satelit bisa lebih kecil, dan kelas baru kendaraan ruang angkasa dan metode peluncuran dapat digunakan.

Melihat ke beberapa dekade berikutnya, kehadiran SpinLaunch di luar angkasa akan tumbuh secara eksponensial, berkat terobosan lebih lanjut dalam teknologi mesin, propelan, dan ilmu material.

Bahkan, mungkin akan tiba suatu saat nanti ketika roket berbasis kimia tidak lagi diperlukan untuk pergi ke luar angkasa, meskipun mungkin masih berguna.

Ironisnya, masa depan luar angkasa mungkin akan sepenuhnya bergantung pada kinetika dan metode peluncuran lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Teori Persamaan Roket, penemuan yang berjasa dalam membawa manusia ke luar angkasa.

Inovasi dan teknologi memang tidak akan pernah habis dibahas, terlebih lagi jika menyangkut topik yang menarik seperti roket dan luar angkasa. Apabila kalian tertarik dengan artikel sejenis, maka kalian bisa follow TEKNOIA untuk informasi seputar ide, inovasi, dan teknologi lainnya.

--

--