Membangun Traffic di Google Tanpa Backlink, Mungkinkah?

Ketika menyadari bahwa Google membatasi ruang untuk membangun backlink

Beberapa waktu ini saya sedang mempersiapkan sebuah proposal untuk projek SEO yang ingin saya ajukan untuk sebuah brand di Surabaya. Dalam proposal tersebut saya berencana untuk bisa meningkatkan traffic (lalu lintas) website dengan teknik high reference backlink. Namun saya benar-benar terkejut ketika Google ternyata melarang teknik ini. Lalu apa yang saya lakukan?

Sebelum cerita apa yang akan saya lakukan saya akan sedikit menjelaskan apa itu backlink. Saya mencoba menyajikan pengertian backlink dari Moz, sebuah perusahan digital yang fokus pada teknologi pencarian.

Apa itu Backlink

Moz mendefinisikan backlink sebagai tautan (link) yang terhubung dengan situs yang satu dengan situs lainnya. Jadi semacam benang yang terhubung dengan kain yang berbeda dan menghasilkan semacam jejaring.

Menurut Moz, backlink itu penting karena backlink berfungsi sebagai semacam vote yang mendukung sebuah laman. Semakin banyak vote semakin membuktikan bahwa situs atau laman terkait itu memiliki pengaruh.

Namun tidak seperti demokrasi yang menganggap semua vote setara, vote atau backlink dalam dunia internet dibedakan berdasarkan kualitasnya. Backlink yang berasal dari situs terpercaya dan berkualtias akan memberikan pengaruh yang besar.

Memahami pentingnya backlink tentu saya tertarik untuk melakukannya. Yakni dengan melibatkan banyak situs untuk mengarah pada sebuah situs atau page. Namun masalah datang ketika saya tidak mengetahui bahwa Google sebagai mesin pencari utama di internet punya aturan khusus terkait backlink

Photo by Yeo Khee on Unsplash

Peraturan Google

Saya baru menyadari bahwa Google sebenarnya sangat disinsentif terhadap praktek backlink pada sebuah website sejak beberapa tahun lalu. Penjelasan Google pun jelas bahwa ada aturan-aturan khusus yang tidak diperkenankan untuk membangun sebuah backlink.

Seperti saya kutip dari panduan Search Console ini misalnya. Pada bagian Link Scheme (skema tautan) setidaknya ada lima poin aturan yang menjelaskan apa saja yang disebut sebagai backlink terlarang. Berikut peraturan dari Google:

Dari penjelasan di atas jelas bahwa Google pada dasarnya sangat ketat dalam mengawasi backlink yang berusaha untuk memanipulasi PageRank. Beberapa yang dilarang adalah melakukan jual beli tautan untuk meningkatkan PageRank.

Ketentuan jual beli ini termasuk juga program semacam give away barang atau jasa yang ditukar untuk tautan. Bahkan Google juga agaknya secara formal melarang tindakan endorsemen barang agar ditulis ulasannya kemudian mendapatkan tautan kembali.

Ada pula dilarang untuk melakukan semacam loop backlink. Ini sering dilakukan oleh komunitas-komunitas yang biasanya saling menautkan dan memasukkan tautan ke page mereka. Skema artikel pemasaran dan pos tamu dengan kata kunci tertentu juga dilarang.

Peran mesin seperti program untuk membuat link menuju website juga tidak diizinkan oleh Google.

Dan yang terakhir adalah kita dilarang untuk mengakali memasukkan link ke dalam dokumen-dokumen formal di website seperti di Ketentuan Layanan (Terms of Services) atau yang lainnya.

Jika sebuah page terbukti melanggar Google Webmaster Guideline, dampaknya adalah page tersebut akan mengalami semacam pinalti di mesin pencarian.

Dampak aturan Google

Dari penjelasan-penjelasannya tentu menjadi hal yang menarik dan sekaligus membuat saya bertanya-tanya. Misalnya soal bertukar loop dalam sebuah komunitas. Rasanya wajar jika sesama anggota untuk saling menautkan website, namun ternyata oleh Google dilarang karena ini dianggap sebagai membangun tautan secara tidak wajar.

Menjadi hal yang kontras jika kita membandingkan praktek serupa terjadi di sosial media, praktek seperti memberi keuntungan diantara anggota dinilai wajar dan disahkan saja oleh platform terkait.

Di Twitter tiap anggota komunitas bisa saling follow dan following bahkan retweet tagar tertentu hingga mendapatkan topik terpopuler. Di Instagram pun demikian, sebuah foto bisa sangat populer dan banyak muncul karena praktek serupa.

Dari sini tampaknya jelas ada perbedaan pendekatan dalam membangun sebuah platform. Saya lebih melihat Google ada niat baik untuk membangun sebuah ekosistem informasi yang sehat. Menjaga agar sebuah page benar-benar tumbuh secara adil, meski ketentuan backlink yang ketat juga berpotensi untuk disalah artikan oleh robotnya.

Sebut saja ketika program review produk yang jujur dan otentik dari pengguna ternyata tidak dihitung sebagai nilai tambah bagi brand. Tentu ini akan berdampak pada brand tersebut.

Begitu juga dengan lingkungan kompetisi yang kerap kali dibangun dari kalangan komersil yang membutuhkan ekspose lebih melalui situs-situs review dan paid content. Dengan aturan ini tentu brand hanya bisa terekspos secara teks tanpa tautan.

Entah bagaimana Google bisa membedakan antara keduanya, padahal dari yang saya pahami Google juga mengedepankan sitasi sebagai penentu kualitas sebuah page atau konten.

Akhirnya kerumitan aturan Google dalam dunia mesin pencari memang menjadi tantangan tersendiri bagi marketer. Perubahan algoritma yang terus menerus terjadi juga selalu jadi hal yang diperhatikan sekaligus membuat waswas para ahli SEO.

Namun saya melihat bahwa Google dalam hal ini bisa menampilkan betapa direktori internet yang dibangun dengan sehat bisa memberikan dampak yang baik untuk humanisme.

Bayangkan jika backlink ini misalnya, Google acuh dan tidak peduli dengan teknik-teknik membangun backlink yang sehat. Saya yakin pemandangannya sama seperti beberapa tahun lalu yang hasil pencarian selalu menampilkan laman dan situs yang sama sekali tidak relevan, penuh iklan dan bahkan ada resiko keamanan data privasi.

Cara membangun traffic di Google tanpa backlink

Photo by Andrew Butler on Unsplash

Nah lalu bagaimana cara membangun traffic di Google tanpa backlink? Saya berusaha menemukan jawabannya dari berbagai sumber. Ada berbagai macam solusi yang ditawarkan namun saya lebih cocok dengan cara yang disampaikan oleh Neil Patel (iya Neil yang itu lagi) di situsnya.

Berikut adalah cara yang disarankan Neil untuk membangun traffic di Google tanpa backlink ketika Google memang melarang backlink berbayar.

1. Tulis berita terbaru

Dalam konteks marketing, berita terbaru yang dimaksud adalah berita terkait yang tetap sesuai dengan brand. Misalnya sebuah brand teknologi akan tetap menerbitkan konten teknologi pembaharuan yang dilakukan oleh perusahaan tertentu. Atau perusahaan pariwisata yang mengabarkan tentang kebijakan pemerintah yang mengubah peraturan imigrasi dan lain sebagainya.

Neil Patel menyarankan agar brand jangan sampai tertinggal berita terbaru. Ada banyak tools yang bisa digunakan untuk selalu mengawasi berita terbaru agar bisa segera ditulis menjadi konten untuk situs yang dimiliki oleh brand. Dengan cara ini, Google akan selalu melihat bahwa situs selalu aktif dan diperbarui. Sehingga peringkatnya akan naik di mesin pencari.

2. Buat infografis

Entah apa maksud utama dari Neil untuk menyarankan penerbit konten untuk membuat infografis. Menurut saya metode ini memang efektif namun tidak dalam konteks membangun sebuah situs atau page, tetapi lebih untuk sosial media. Saya memang percaya bahwa inforgrafis adalah konten yang kuat dan berdampak besar pada awareness, tetapi untuk situs kok rasanya masih kurang pas.

Alasan saya kurang setuju dengan Neil sebenarnya sederhana, karena dirinya hanya menyarankan satu bentuk grafis saja. Padahal ada banyak bentuk grafis yang berdampak besar pada konten di situs. Misalnya konten foto, konten audio, bahkan konten video. Sehingga untuk membangun laman yang kuat rasanya brand membutuhkan itu semua.

3. Tulis pos artikel mendalam (in-depth)

Aktifitas ini sama seperti yang dilakukan oleh media konvensional dalam melakukan tugas jurnalisme khusus. Dalam kasus-kasus tertentu menulis berita atau artikel mendalam adalah hal yang sangat menarik bagi pembaca.

Begitu pun dengan brand, yang sebelumnya disarankan untuk menulis berita terbaru. Selanjutnya adalah bisa menulis pos yang lebih mendalam, lebih lengkap dan komprehensif. Misalnya ada brand melakukan penelitian terkait perilaku konsumen tertentu dan menerbitkan hasilnya melalui website. Hal ini akan menarik banyak perhatian karena brand telah mengembangkan konten dengan lebih mendalam.

4. Kembangkan lagi konten yang sudah ada

Cara yang keempat saya pikir mirip seperti cara ketiga yakni dengan mengembangkan konten yang sudah ada, secara tidak langsung brand akan menulis konten dengan teknik mendalam. Mengeksplorasi lebih topik yang diangkat dan menyampaikan informasi dengan lebih luas dan lengkap.

Perbedaannya adalah, brand tidak melulu harus melakukan pengembangan pada konten yang baru atau berita terbaru. Tetapi bisa kembali melihat konten-konten lama yang sekiranya bisa dikembangkan kembali, dioptimalkan kembali dengan informasi-informasi yang lebih baru.

Cara yang paling umum adalah dengan menulis kembali konten dengan konteks tahun yang berbeda. Seperti akhir tahun seperti ini banyak brand yang menulis konten untuk konteks 2020 padahal artikel sebelumnya sudah ditulis setahun lalu. Tentu saja perubahan dilakukan untuk menambahkan informasi baru atau menyunting hal-hal yang tidak lagi relevan atau tidak lagi tepat.

Kesimpulan

Melihat empat langkah di atas, terkesan konten yang dibangun adalah konten yang sangat mirip seperti perusahaan media. Seluruhnya dilakukan hanya untuk publikasi dan tanpa ada upaya membangun aktifitas lain selain di website. Di Indonesia, contoh yang paling kentara adalah Tirto yang selalu konsisten untuk menyajikan berita mendalam dan juga memberikan inforgrafis yang menarik.

Kunci dari cara yang disampaikan oleh Neil tentu saja ada di inovasi konten dan kecepatan. Karena dengan hanya bergantung pada konten, maka semua orang cenderung bisa melakukannya dengan mudah. Apalagi mencari ide konten saat ini sudah sangat mudah. Semua yang memiliki kemampuan untuk menulis pasti akan membuat konten yang baik.

Kemudian ketika inovasi bisa menjadi diferensiasi, kecepatan akan menjadi faktor penentu. Seberapa cekatan dan cepat sebuah brand mampu untuk menerbitkan kabar terbaru atau konten inovatif miliknya sebelum brand pesaing melakukan hal yang sama.

Persaingan konten seperti ini tentu saja membuat dunia marketing bisa berubah dan berevolusi menjadi apa yang disebut oleh Joe Pulizzi (pelopor content marketing di era internet) sebagai era setiap brand menjadi perusahaan media. Setiap brand akan memberitakan apapun informasi yang mereka miliki dan membuat konten untuk mencari perhatian. Bersaing untuk bisa berkomunikasi terus menerus dengan para konsumen dan pelanggan melalui konten.

Teknik mengembangkan situs dengan fokus pada konten memang terdengar old school. Namun menurut saya ini adalah teknik mendasar yang seharusnya dilakukan oleh para marketer untuk setiap brand yang mereka tangani. Tidak dengan membangun backlink secara masif non-organik.

Saya percaya, ketika situs mampu memberikan informasi, inspirasi, dan pengetahuan yang berguna maka brand akan mendapatkan dampak positif. Sehingga akhirnya situs akan dikenal dan bisa mendapat rating yang baik di Google dan traffic meningkat. Tanpa harus membayar tautan di situs tertentu atau teknik pengembangan backlink beresiko yang bisa mencederai brand.

Harap dicatat bahwa saya tidak mengkalim bahwa teknik backlink ini harus benar-benar ditinggalkan. Sebab ada cara-cara membangun backlink lain pula yang masih diterima Google dan itu juga sama efektif.

Saya sendiri juga masih berusaha memvalidasi saran dari Neil untuk membuktikan apakah cara yang ia berikan benar-benar bisa memberikan dampak pada traffic situs tanpa mengandalkan backlink.

Terima kasih telah membaca! Bagi kamu yang ingin menyimak terus tulisan seputar inovasi, teknologi dan marketing dari TEKNOIA, kamu bisa follow publikasi TEKNOIA atau follow saya di Bagus Ramadhan.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.