Belajar dari Michelin Memanfaatkan Konten Marketing

Eksekusi marketing berusia ratusan tahun

Jika berbicara tentang merek ban mobil paling dikenal diberbagai tempat dunia, jawabannya pasti hanya satu: Michelin. Ya, Michelin adalah merek ban yang sudah ada sejak akhir era abad 18-an dan lahir dari negara Prancis. Ratusan tahun kemudian Michelin masih dikenal sebagai merek ban yang bisa diandalkan. Bagaimana cara Michelin melakukannya?

Di pembahasan kali ini saya akan mencoba untuk mempelajari apa yang dilakukan oleh Michelin untuk tetap menjaga pamor brand tetap baik di tengah persaingan industri ban dunia. Pembahasan ini tentu saja juga terkait dengan praktek konten marketing legendaris yang dilakukan oleh Michelin lewat Michelin Star Guide.

Sebelum memulai, saya akan bercerita sedikit tentang sejarah Michelin.

Perusahaan yang bermula dari pertanian

Pada tahun 1832 Édouard Daubrée bersama sepupunya Aristide Barbier membuka sebuah bengkel kecil yang memproduksi pemurnian gula dan peralatan pertanian di Clermont-Ferrand, Auvergne, Prancis. Perusahaan bernama Daubrée et Barbier ini terbilang sukses bertahan di tengah situasi yang tidak menentu saat itu. Sebab perusahaan ini pada suatu ketika harus memutusknan untuk mengubah produknya menjadi produk-produk karet akibat banjir parah.

Produk-produk berbasis karetlah yang kemudian membuat perusahaan menjadi dikenal dan bertahan. Setiap harinya terdapat lebih dari 25 kilogram karet diproduksi untuk berbagai keperluan.

Di akhir masa abad 18-an perusahaan mengalami goncangan akibat meninggalnya para pendiri. Sehingga Edouard Michelin yang pada tahun 1888 menjadi managing director memutuskan untuk hanya menjalakan lini bisnis karet yang pada saat itu hanya mempekerjakan 12 orang. Alasannya karena lini karet ini sudah memiliki kepastian produk yakni blok rem sepeda yang memang saat itu sangat dibutuhkan untuk sepeda di Prancis.

Michelin, perusahaan yang kreatif dan inovatif

Beruntung, perusahaan bisa bertahan sampai tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1891 berhasil mematenkan teknologi ban lepas. Teknologi ini hanya dalam dua tahun telah digunakan 10.000 pesepeda di Prancis. Ini adalah inovasi dan teknologi Michelin pertama yang merevolusi desain ban dan termasuk desain mobil. Di tahun yang sama Charles Terront memenangkan balap sepeda Paris-Brest-Paris dengan menggunakan teknologi ban lepas buatan Michelin.

Di masa-masa inilah Edouard Michelin dan saudaranya Andre Michelin mengubah nama perusahaan menjadi Michelin et Cie yang menjadi tonggak berdirinya brand Michelin. Perubahan tersebut dilakukan pada tahun 1889 yang menunjukkan betapa sebenarnya Michelin adalah perusahaan yang memahami bagaimana identitas adalah hal yang penting untuk menunjukkan reputasi perusahaan sebagai perusahaan yang kreatif dan inovatif yang banyak bertumpu pada proses riset yang mendalam.

Sehingga Michelin dikenal sebagai perusahaan mobilitas (mobility) yang mengedepankan riset dan teknologi. Dua hal inilah yang membuat Michelin terus bisa memberikan produk-produk berkualitas yang membuat nama ban ini menjadi ban yang bergengsi.

Beberapa paten yang terkenal dari Michelin antara lain adalah ban yang mampu terlepas dari kerangka roda, ban radial, dan ban yang mampu “memperbaiki diri sendiri” (auto-regenerate).

Selain itu bukti kreatifitas dari Michelin adalah dengan melakukan aktifitas pemasaran dan membangun reputasi atau branding yang cukup unik. Salah satunya adalah Michelin Guide.

Michelin Guide, Inovasi Nyeleneh Perusahaan Ban

Budaya inovasi dan keberanian ini yang menurut saya membuat Michelin sejak dahulu berani untuk membuat langkah-langkah yang tidak konvensional. Sehingga tidak heran jika kemudian Michelin meluncurkan program marketing yang menarik dan bahkan legendaris. Program itu adalah Michelin Guide.

Program Michelin Guide bisa dikatakan adalah salah satu program Michelin yang paling dikenal di kalangan pecinta jalan-jalan dan kuliner dunia. Saya sempat membahas sedikit tentang program konten marketing yang terbilang nyeleneh ini di artikel saya sebelumnya “Serba-serbi Content Marketing

Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang Michelin Guide jauh lebih dalam, mulai dari sejarah kemunculan Michelin Guide.

Michelin Guide panduan turisme pertama di dunia

Di masa awal tahun 1900an perkembangan alat transportasi sudah memasuki era kendaraan berbasis mesin dengan bahan bakar minyak. Di Amerika Serikat, Ford model T sangat berkembang pesat sementara di Prancis, perkembangan otomobil dilakukan oleh Peugeut dan Renault.

Pada tahun 1900 jumlah mobil yang bereda di Prancis kurang lebih ada sebanyak 3.000 unit. Kebanyakan pengguna mobil ini adalah kalangan-kalangan elit yang memang memiliki uang lebih untuk membeli sebuah mobil. Sementara Michelin adalah sebuah perusahaan ban yang hanya memiliki dua sasaran pasar yakni sepeda dan otomobil.

Michelin kemudian berpikir tentang bagaimana bisa meningkatkan penjualan ban dan memacu pertumbuhan industri otomotif. Jika industri otomotif di Prancis meningkat tentu permintaan akan ban juga akan meningkat. Mungkin seperti itu logika sederhana dari Michelin bersaudara.

Andre Michelin kemudian mencetuskan sebuah ide nyeleneh, yakni dengan menerbikan panduan wisata bernama Michelin Guide di tahun 1900. Panduan ini berisi tentang segala hal di jalanan Prancis, mulai dari lokasi perbaikan ban, petunjuk penggantian ban, lokasi hotel, sampai dengan titik pengisian bahan bakar.

Edisi pertama dari Michelin Guide diterbitkan sebanyak 35.000 kopi dan dibagikan secara gratis. Peta yang terdapat di panduan ini sendiri bisa dikatakan menjadi peta domestik terlengkap yang ada saat itu di Prancis.

Tentu orang bertanya-tanya, untuk apa perusahaan ban menerbitkan sebuah panduan perjalanan dengan biaya yang mahal seperti ini? Tentu saja tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah perjalanan masyarakat.

Premis sederhananya adalah, semakin banyak orang ingin bepergian mereka akan semakin banyak menggunakan sepeda dan mobilnya dijalanan. Semakin banyak sepeda dan mobil digunakan, ban akan semakin cepat usang dan kemudian permintaan ban akan meningkat.

Pengaruh Michelin Guide juga berdampak pada perkembangan industri otomobil. Kendaraan yang semula dirasa tidak menjadi kebutuhan bagi masyarakat Prancis menjadi sebuah kebutuhan akibat adanya keinginan untuk melakukan mobilitas yang lebih jauh. Itu sebabnya dalam sejarah perkembangan otomobil di Prancis, Michelin Guide tidak bisa dipisahkan.

Berhasil di kandang, Michelin Guide beberapa tahun setelah edisi pertama mulai menerbitkan panduan yang sama di negara tetangga. Tepatnya empat tahun kemudian Michelin terbit di Belgia dengan format yang sama. Tidak berhenti sampai di Belgia, Michelin Guide merambah ke banyak negara yang berada di kekuasaan Prancis seperti Aljazair, Tunisia (1907), kemudian negara-negara di pegunungan Alpen seperti Swiss, Italia, Bavaria dan Belanda (1908). Jerman, Spanyol dan Portugal (1910) pun tidak terlewatkan dari jangkauan buku panduan berwarna biru ini.

Michelin menjadi barometer kualitas restoran

Di tahun 1914, Perang Dunia I meletus dan produksi Michelin Guide dihentikan. Namun ketika perang usai, panduan ini kembali diproduksi dan mendapatkan inspirasi yang baru. Tepatnya di tahun 1922, Michelin Guide tidak lagi dibagikan secara gratis. Sejak saat itu panduan berisi restoran-restoran dengan kategoris khusus dan hotel serta tidak lagi menyediakan iklan di dalam panduan.

Minat terhadap Michelin Guide tidak berkurang, dan malah terus berkembang. Empat tahun kemudian Michelin Guide mulai menerbitkan penghargaan pada restoran-restoran dengan memberikan bintang. Pada kala itu hanya satu bintang diberikan pada restoran yang dinilai memiliki keunggulan dalam daftar Michelin Guide. Baru lima tahun kemudian di tahun 1931, terdapat tingkatan bintang.

Ada tiga tingkatan bintang yang diberikan Michelin Guide pada restoran-restoran yang masuk dalam daftar ini:

Bintang satu *: “Sebuah restoran yang sangat baik di kategorinya”

Bintang dua **: “Masakan yang sempurna, pantas untuk didatangi”

Bintang tiga ***: “Masakan yang istimewa, sebuah perjalanan yang spesial”

Penilaian bertingkat ini berdasarkan hasil inspeksi tim penilai makanan yang menggunakan identitas anonim.

The inspectors, who eat at and rate the restaurants, are urged not to tell anyone, even friends and family members, about what they do. They also aren’t allowed to talk to journalists. But seven out of the eight inspectors are now tweeting, revealing little tidbits about what they think of the restaurants they visit. Fouladpour says this is a marketing tactic designed to appeal to a wider audience and generate excitement about the guides.

Sejak adanya bintang-bintang dalam panduan, tampilan bukunya pun berubah. Tampilan yang sebelumnya berwarna biru diubah menjadi merah. Inilah asal usul daftar merah Michelin Guide dan Michelin Star yang saat ini sudah sangat masyhur dikenal.

Perkembangan Michelin Guide pun menjadi sangat menarik dalam sejarah. Pada saat perang dunia kedua, Michelin diminta oleh pihak militer untuk menerbitkan kembali peta miliknya. Alasannya karena peta yang dimiliki oleh Michelin dianggap sebagai peta wilayah yang paling akurat yang pernah ada di era itu di eropa. Siapa yang menyangka jika panduan perjalanan akhirnya menjadi sarana pemetaan wilayah yang akurat.

Seiring berjalannya waktu, kualitas Michelin Guide semakin baik dengan peningkatan kualitas penilaian. Penilaian melibatkan lebih banyak anggota dan lebih memiliki kepakaran dibidang kuliner.

Panduan ini akhirnya menjadi barometer baru bagi kualitas restoran-restoran di eropa. Barulah kemudian di tahun 2000an panduan Michelin merambah ke benua Amerika dan Asia. Terhitung hingga tahun 2020 Michelin Guide telah menjangkau 25 negara di dunia.

“We do it because it’s tradition and it helps the brand and its image. It’s a tool we use for the brand.”
- Tony Fouladpour, Direktur PR Michelin

Di tahun 2019, Michelin bahkan bekerja sama dengan aplikasi perjalanan dunia, TripAdvisor dan aplikasi restoran terkemuka TheFork. Kerjasama ketiganya adalah berupa konten dan lisensi teknologi. Michelin Guide dengan seleksi kulinernya, TripAdvisor dengan jangkauan audiensnya dan TheFork dengan layanan pemesanan restorannya. Hal ini membuka akses lebih dari 14.000 restoran untuk diketahui jutaan pecinta kuliner dari seluruh dunia.

Dan yang terbaru, Michelin Guide meluncurkan aplikasi ponsel yang memungkinkan para pecinta kuliner untuk menemukan 20.000 restoran di seluruh dunia. Lengkap dengan deskripsi, ulasan, dan rating berdasarkan kurator ahli dari Michelin Guide.

Kesuksesan Beyond The Driving Test

Beberapa contoh kampanye yang saya bisa temukan tentang bagaimana Michelin menggunakan pendekatan konten adalah seperti yang terjadi di Michelin USA. Mereka meluncurkan kampanye Beyond The Driving Test di tahun 2015. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi perilaku berkendara yang aman di seluruh negara bagian Amerika Serikat.

Apa pemicu kampanye ini? Pemicunya adalah karena insiden kecelakaan di Amerika Serikat yang merenggut nyawa 5.000 remaja setiap tahunnya dari seluruh 2,2 juta kecelakaan yang terjadi di AS setiap tahun. 12 persen dari kecelakaan tersebut terjadi karena pengemudi yang tidak berpengalaman dan berkaitan dengan ban licin serta ban yang sudah menipis.

Berdasarkan data tersebut Michelin yang bekerja sama dengan FIA berusaha melakukan edukasi tentang bagaimana caranya mengetahui kondisi sebuah ban dengan cepat dan mudah. Tidak hanya mengedukasi, tapi Michelin juga mendokumentasikannya dalam bentuk video.

Dalam kampanye ini Michelin tidak serta merta mempromosikan produk untuk dibeli, tetapi Michelin hanya fokus mengedukasi audiens. Saya pun merasa konten yang ada memberikan pengetahuan baru. Karena saya sendiri belum menjadi pengendara mobil yang intens dan juga pengetahuan tentang perawatan ban mobil masih cukup minim.

Dalam video-video itu, Michelin banyak melibatkan influencer-influencer muda, yang sebenarnya bahkan belum tentu memiliki kekuatan pembelian (purchasing power). Namun mereka memiliki pengaruh yang besar untuk teman-teman sejawat mereka. Karena hubungan sosial diantara anak-anak muda biasanya cukup erat. Sehingga edukasi berkendara dan keselamatan berkendara bisa tersebar dengan efektif.

Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membagikan video-video konten aktifitas brand saat berinteraksi dengan masyarakat di even-even luring (offline). Mendokumentasikan inspirasi dan testimonial kemudian mempublikasikannya di sosial media.

Terbukti, kampanye ini memberikan dampak positif, kampanye ini mendapatkan penghargaan. Sementara dari segi reputasi, Michelin menjadi brand ban mobil yang paling banyak diperbincangkan.

Michelin menggunakan pendekatan influencer

Berangkat dari DNA perusahaan yang memang selalu kreatif dan inovatif, membuat Michelin menurut saya tidak sulit untuk mengikuti konteks jaman. Setelah sangat berhasil dengan Michelin Guide, Michelin di era saat ini juga memahami pentingnya saluran pemasaran yang sesuai dengan kekinian. Bentuknya adalah dengan menjadi brand yang menyadari potensi dari influencer marketing.

Influencer marketing merupakan bagian dari saluran distribusi untuk konten marketing secara umum. Inti dari taktik ini adalah bagaimana membuat audiens yang sudah dimiliki oleh para pemengaruh (influencer) agar terpapar, mengenal dan berinteraksi dengan brand melalui konten.

Michelin yang menurut saya sudah mengerti tentang bagaimana memberikan konten yang bermanfaat untuk khalayak akan berdampak pada reputasi brand tentu tidak diam ketika taktik ini mulai populer. Tapi rupanya Michelin baru menggunakan saluran ini sejak tahun 2019. Caranya adalah dengan melibatkan para influencer dan jurnalis ke event seperti Beyond Driving Test. Tujuan mengundang mereka adalah untuk memberikan pengalaman tidak hanya tentang ban tapi juga pengalaman keseluruhan tentang Michelin. Di Lisbon misalnya, para influencer dan jurnalis diajak ke restoran berbintang Michelin dan mengajak mereka mengemudi. Tanpa sama sekali membahas tentang ban.

Cara seperti ini adalah upaya Michelin untuk mengurangi budget pengeluaran pemasaran melalui Brand Ambassador dan mengalihkannya untuk lebih banyak influencer. Seperti yang terjadi dengan Mr JWW di Inggris. Michelin bekerja sama dengan Youtuber automotif itu untuk membuat 10 video seri. Mr JWW sendiri merupakan Youtuber Automotif yang aktif sejak tahun 2015. Dia mengulas banyak mobil-mobil super, sport dan mobil mewah yang memang lekat dengan ban Michelin.

Melibatkan Platform Traackr untuk mengatur Influencer

Rencana Michelin untuk semakin banyak melibatkan influencer rupanya membutuhkan partner pihak ketiga. Pihak ketiga ini memiliki peran untuk mengatur seluruh kebutuhan koordinasi antara Michelin dengan para influenceri. Pihak ketiga tersebut adalah Traackr, sebuah platform influencer marketing yang juga mampu memonitor performa influencer dan mengatur kampanye marketing yang dieksekusi.

Dalam studi kasusnya, Traackr menjelaskan bahwa Michelin mulai menggunakan platform-nya pada tahun 2018 untuk Michelin Jerman. Sejak saat itu, kerjasama antara Traackr dengan Michelin diperluas ke berbagai wilayah pasar Michelin. Setidaknya ada tiga manfaat yang didapatkan Michelin ketika bekerja dengan Traackr antara lain:

1. Komunikasi dengan para influencer menjadi tersentralisasi di satu platform.

Berkat Traackr, manajer media sosial Michelin bisa berkoordinasi melalui satu platform yang sama. Termasuk menjadi pusat data influencer sehingga dapat merekam pekerjaan harian.

2. Mengukur dan membandingkan performa masa lalu setiap individu influencer.

Dijelaskan bahwa Michelin sebelum bersama Traackr kesulitan menjaga konsistensi untuk mengajak influencer kembali bekerja sama. Penyebabnya karena Michelin tidak memiliki pencatatan performa dari seorang influencer di kerja sama yang pernah terjadi. Dengan platform pihak ketiga ini Michelin bisa melihat evaluasi masa lalu seorang influencer dan mencari influencer potensial baru dengan lebih mudah.

3. Menstandarisasi pemetaan pemasaran influencer di seluruh pasar Michelin

Traackr yang memiliki mesin pencari influencer yang memudahkan Michelin untuk menemukan dan memetakan talenta.

Hasil dari kerja sama dengan Traackr ini meningkatkan pamor Michelin lebih tinggi ketika terdapat event peluncuran beberapa produk. Penjelasan hasil secara lengkap bisa dibaca melalui laporan studi kasus Traackr dengan Michelin.

Menjadi Partner Konten di Grand Turismo

Konten marketing adalah tentang konten dan platform, jadi platform apapun tetap bisa digunakan jika itu dapat memberikan keuntungan bagi Brand. Bahkan jika platform itu adalah permainan video seperti Grand Turismo.

Grand Turismo merupakan game balap legendaris yang populer di konsol Playstation. Game ini adalah simulasi balap yang sangat populer dan bahkan menjadi salah satu permainan simulator paling berpengaruh saat ini. Beragam mobil dan kendaraan balap roda empat tersedia di permainan simulasi ini.

Tidak heran jika kemudian Michelin mengukuhkan kedigdayaannya sebagai ban terkemuka melalui Grand Turismo. Dan pada tahun 2019, Grand Turismo secara resmi menunjuk Michelin sebagai partner ban di permainan tersebut.

Michelin sama sekali tidak perlu memproduksi ban di sana. Michelin juga tidak pelu susah payah menjual bannya. Michelin hanya perlu untuk menunjukkan spesifikasi bannya sesuai standar FIA (Federasi Automobil Internasional) kemudian menyimulasikannya di permainan. Menampilkan identitas Brand dan pemain Grand Turismo tinggal menikmati pengalaman balap dengan ban Michelin. Jelas platform seperti ini adalah wadah pemasaran yang sangat menguntungkan bagi Michelin.

Brand exposure Michelin bahkan bisa semakin luas ketika olahraga elektronik atau esport Grand Turismo terjadi secara internasional. Berbagai event digelar dan ribuan penonton menyaksikan balap tingkat profesional secara daring.

Tahun 2021 Michelin bahkan menyelenggarakan even kompetisi resmi Grand Turismo bersama para influencer automotif dan para atlet esport Grand Turismo profesional di Indonesia, Malaysia, Thailand dan New Zealand. Pada Juli 2022, Michelin meningkatkan jangkauan kompetisinya hingga ke level Asia dengan mengadakan Michelin Asia Cup di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Michelin Sport dan eSport Marketing

Kerjasama antara Grand Turismo dengan Michelin sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Mengingat Michelin memiliki sejarah panjang berkaitan dengan even balap. Sejak tahun 1891, Michelin telah menjadi sponsor balap sepeda dengan paten teknologi ban angin (pneumatic) lepas pasangnya. Saat itu ban Michelin digunakan oleh Chales Terront yang bisa memenangkan kompetisi dengan mudah karena bannya jarang mengalami kebocoran dibanding pesaing-pesaingnya.

Partisipasi Michelin pada balap berlanjut di kompetisi automobil pertama kali pada tahun 1895 di balap Paris-Bordeaux-Paris. Salah satu balap kendaraan bermotor pertama di dunia. Meski tidak juara, karena alasan mesin, ban Michelin mendapat sorotan karena daya tahannya dan kemudahannya untuk diperbaiki. Sejak saat itu ban angin buatan Michelin menjadi standar di balap mobil.

Ratusan tahun berlalu, kini Michelin telah menjadi salah satu perusahaan teknologi ban yang terkemuka di berbagai kompetisi balap. Bukan hanya balap fisik tapi juga simulasi balap mobil seperti Grand Turismo. Marketing Michelin ini tidak lagi hanya Sport Marketing, tapi juga eSport Marketing.

Partisipasi Michelin membuat olahraga balap dan balap elektronik menjadi balapan dengan ban terbaik. Sehingga kerap diasosiasikan dengan kendaraan-kendaraan terbaik. Tidak hanya berdampak pada reputasi kompetisi saja, tapi juga berdampak pada reputasi Michelin sendiri. Sebuah kolaborasi yang saling menguntungkan.

Pelajaran Dari Michelin

Dari sejarahnya yang panjang, Michelin menunjukkan bahwa pendekatan pemasaran yang dilakukannya bukan sekadar tentang menjual produk ban. Lewat berbagai platform seperti even, kompetisi, panduan bahkan restoran, Michelin membuktikan bahwa konten-kontennya bisa membangun reputasi bisnis yang kuat selama lebih dari satu abad.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari upaya pemasaran yang dilakukan oleh Michelin:

1. Konten membuat Michelin terus berinteraksi dengan pelanggannya

Konten pemasaran seperti panduan restoran, panduan mengemudi, panduan ban dan panduan keberlanjutannya menjadi sarana untuk terus terhubung dan relevan dengan para penggunanya. Melalui konten Michelin juga tidak ragu untuk menjadi pionir dan inovator awal yang mengubah arah industri dengan membangun opini publik.

2. Konten pemasarannya lebih dari dari sekadar jual produk

Daftar panjang yang telah dilakukan oleh Michelin mengerucut pada satu hal, yakni menciptakan pengalaman pada produk ban Michelin.

Michelin Guide yang memandu para pelancong dan pecinta kuliner untuk menemukan tempat-tempat baru yang tidak sadar menggunakan ban Michelin. Kini memang tidak semua orang berkendara menggunakan ban Michelin untuk ke restoran di Michelin Guide, tapi berkat panduan Michelin banyak orang berbondong menikmati pengalaman berinteraksi dengan Brand Michelin.

Michelin bersama Grand Turismo memberikan pengalaman esport yang berbeda dari sebelumnya. Dengan teknologi simulasi ban yang serasa seperti ban kendaraan asli, membuat para atlet esport melakukan balap seperti situasi nyata.

Michelin dengan berbagai even balap tingkat dunia. Menempatkan bannya di mobil-mobil dan motor terbaik dunia memberikan pengalaman balap tingkat tertinggi. Menciptakan kesan bahwa menggunakan ban Michelin akan mendapatkan performa balap sama seperti para juara dunia.

3. Inovasi menjadi konten

Jantung utama dari Brand Michelin adalah inovasi. Michelin yang kini menghabiskan biaya hingga $769 juta dolar untuk riset dan pengembangan, memulainya dari paten-paten mutakhir satu abad lalu lalu. Hasil inovasinya tidak hanya cukup untuk dikembangkan sebagai produk, tetapi menjadi konten-konten yang ditampilkan untuk memicu diskusi publik.

Salah satunya adalah Michelin Uptis, sebuah ban anti bocor yang diperkenalkan sejak tahun 2017 memicu banyak sekali tanggapan dari para pecinta automitif. Hingga kemudian mulai banyak diterima pasar tahun-tahun ini.

Ada begitu banyak video mengulas ban airless ini di Youtube membuat nama Michelin banyak diperbincangkan. Perdebatan dan pembahasan terus bergulir menjelang peluncuran ban ini secara publik yang direncanakan terjadi pada tahun 2024. Ini adalah contoh bagaimana sebuah inovasi menjadi konten yang membuat Michelin terus menjadi pembahasan dan menciptakan diskusi secara publik.

Penutup

Nah bagaimana? Bahkan perusahaan setua Michelin pun telah mengeksekusi konten sejak satu abad yang lalu dan hingga kini masih terus dilakukan. Dari studi kasus ini, ada banyak contoh dan pengalaman yang bisa kita gunakan untuk marketing di bisnismu.

Beberapa hal yang bisa kita ambil adalah:

  1. Selalu utamakan kebutuhan customer. Kebutuhan customer yang diperhatikan oleh Michelin adalah kebutuhan untuk panduan bepergian. Peta perjalanan dan panduan restoran. Pikirkan panduan apa yang bisa kamu berikan untuk customer.
  2. Hadir di sekitar aktivitas customer. Michelin tidak bertindak sebagai bisnis yang lepas tangan begitu saja pada keperluan customer-nya. Tapi juga tetap memperhatikan apa kebutuhannya bahkan sebelum menggunakan Michelin. Ini terlihat dari partisipasinya pada kampanye safety driving lewat konten yang bisa saja ditonton oleh pengguna ban lain.
  3. Interaksi tidak harus terjadi di point of sales. Interaksi yang dilakukan oleh Michelin bahkan sudah dimulai sejak audiens masih ada di rumah. Melalui panduan, melalui aplikasi, melalui game, melalui tontonan. Kamu bisa tiru ini dengan aktif membuat konten untuk audiens yang tepat sebelum mereka memutuskan pembelian.

Dari upaya marketing seperti ini, Michelin mampu menghasilkan pendapatan sebesar $28,152 milyar pada tahun 2021. Tapi perlu diingat, saat ini Michelin menghabiskan dana pemasaran tidak lebih dari $100 juta dalam satu tahun.

Itu bukan jumlah yang sedikit. Namun jauh lebih rendah rendah bila dibandingkan dengan perusahaan dengan usia yang mirip dengan Michelin (133 tahun) seperti Coca Cola (130 tahun) yang mencapai $4,2 milyar per tahun atau pesaing langsung seperti Goodyear yang menghabiskan $382 juta untuk pemasaran.

Michelin adalah contoh yang menurut saya cukup epik untuk sebuah studi kasus konten pemasaran.

Terima kasih telah membaca. Semoga bermanfaat.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.