Nuatan, Plastik Yang Bisa Dicerna Ikan dari Slowakia

Serat plastik Nuatan (Andrej Andrej/Crafting Plastics Studio)

Beberapa waktu lalu dunia dihebohkan dengan penemuan bangkai ikan paus sperma di perairan Wakatobi. Paus yang terdampar dan mati adalah yang biasa, namun tidak dengan yang satu ini. Paus tersebut ternyata mati dengan keadaan perutnya penuh dengan sampah plastik. Fakta ini kemudian membuat dunia bereaksi tentang sampah plastik.

Berbagai media besar baik nasional maupun internasional berlomba-lomba memberitakan. Infografis-infografis yang memaparkan betapa parahnya sampah plastik di perut paus itu menjadi viral. Namun sedikit yang berusaha menemukan langkah kongkrit apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kembali terjadinya hal tersebut.

Terdamparnya paus adalah hal lumrah, namun paus dengan perut penuh sampah adalah hal yang harus diperhatikan bersama. Di tahun 2018 ini berbagai institusi dan lembaga swadaya lingkungan memusatkan perhatian pada isu sampah plastik. Isu perubahan iklim seakan terpinggirkan sejenak karena sampah plastik ini dinilai telah mencapai titik mengkhawatirkan.

(Lucia Scerankova/Crafting Plastics Studio)

Menariknya, beberapa upaya untuk memperbaiki situasi telah dilakukan oleh beberapa pihak. Salah satunya para peneliti dari Crafting Plastics Studio yang mengklaim berhasil menciptakan bioplastik yang mampu diurai oleh organisme. Plastik ini terbuat dari adonan jagung, gula dan juga minyak goreng bekas.

Crafting Plastics Studio mengklaim bahwa plastik buatan mereka akan bisa menggantikan semua bentuk kemasan yang ada di pasaran. Plastik yang diberi nama Nuatan itu sempat dipamerkan di London Design Festival. Di pameran tersebut Nuatan dipajang dalam bentuk kacamata yang kebanyakan dibuat dengan bahan plastik.

Nuatan juga disebut-sebut bisa diurai bahkan bisa dicerna. Hanya saja produk ini masih menunggu sertifikasi aman konsumsi agar bisa diproduksi secara masal.

“Saat kami mendapat sertifikasinya, plastik ini akan bisa menggantikan semua kemasan yang telah ada,” kata Vlasta Kubušová, desainer Nuatan dari Crafting Plastics Studio dikutip dari Dezeen.

Nuatan sendiri merupakan plastik hasil dari penelitian selama enam tahun yang dilakukan oleh para peneliti material dari Slovak University of Technology, di Slowakia. Plastik ini dibuat dari kombinasi antara dua biopolimer yaitu Polyactic Acid (PLA) yang merupakan plastik alam dari adonan jagung, dan Polyhydroxybutyrate (PHB) yang juga dibuat dari adonan jagung namun telah diolah oleh mikroorganisme. Kombinasi dua unsur tersebut kemudian bisa dibuat menjadi plastik baru sesuai keinginan.

Para pembuat Nuatan mengklaim materi ini akan mampu tahan dengan suhu 100 derajat Celsius tanpa mengubah sifat-sifatnya dan memiliki umur hingga 15 tahun.

“Untuk pertama kalinya, sebuah material berbahan biologis yang mampu diurai yang bisa menjadi pilihan baru karena sifat-sifatnya dan juga kemudahan pemrosesan,” ujar Crafting Plastics Studio.

(Lucia Scerankova/Crafting Plastics Studio)

Plastik ini akan bisa menggantikan semua plastik sekali pakai seperti botol air, tas jinjing, dan sedotan minum, barang-barang yang saat ini menjadi musuh bersama terkait isu pencemaran lingkungan akibat plastik.

Crafting Plastics Studio bahkan mengklaim bahwa plastik yang mereka buat bisa dicerna. “Plastik akan dicerna dalam tubuh manusia atau hewan. Jika ikan memakannya, plastik itu akan tercerna dalam tubuhnya,” ujar Kubušová.

(Evelyn Benčičová/Crafting Plastics Studio)

Kemampuannya yang menakjubkan tentu saja tidak tanpa hambatan. Meski terdengar menjanjikan, kendala yang harus dihadapi oleh Nuatan adalah biaya produksi material yang begitu tinggi. Crafting Plastics Studio saat ini sedang mencari rekan untuk mengembangkan produk baru untuk meningkatkan permintaan sehingga akan bisa mengurangi biaya produksi.

“Ada lebih dari satu solusi untuk masalah limbah plastik, namun solusi ini adalah solusi yang akan bisa digunakan dalam sebuah desain,” jelas Kubušová.

Kehadiran Nuatan tentu saja memperkaya pilihan untuk menyelesaikan masalah limbah plastik yang mengancam keberlangsungan lingkungan. Di Indonesia sendiri telah ada inisiatif Avani dari Bali yang berhasil menciptakan kantong plastik yang dapat dikonsumsi dan terurai dalam air.

Kira-kira akankah ada solusi lain yang muncul untuk menyelesaikan masalah limbah plastik? Atau mungkinkah solusi yang telah ada, dapat diterapkan secara masif dan masal? Mari kita berharap ada semakin banyak peneliti, pengusaha dan pengambil kebijakan yang perhatian terhadap isu ini.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.