Pengguna Dompet Digital di Indonesia Mulai Tidak Terpengaruh Promo

Melihat kesiapan pasar saat brand dompet digital mulai berusaha meraih keuntungan

Photo by Clay Banks on Unsplash

Tahun 2020 bisa dikatakan menjadi tahun penentu bagi Gojek maupun OVO karena di tahun ini keduanya sebagai pemain utama dalam mobile e-wallet (dompet digital) di Indonesia berusaha untuk menurunkan frekuensi promo. Tujuannya tentu saja agar bisa mulai meraup keuntungan. Kabar baiknya, pengguna ternyata sudah merasa keduanya adalah bagian dari keseharian yang penting.

Gojek dan OVO adalah dua dari empat startup dompet digital di Indonesia yang sudah ada sejak lebih dari tiga tahun terakhir. Keduanya muncul sebagai kebutuhan terhadap pembayaran transportasi daring untuk masing-masing partner, Gopay untuk Gojek dan OVO untuk Grab.

Hasil survey penggunaan dompet digital 2020

Jika dahulu e-wallet mobile hanya dianggap sebagai pelengkap kebutuhan. Kini berdasarkan data laporan dari Ipsos berjudul “The Evolution of the Digital Wallet: Driving the Next Wave of Growth” yang dilansir 12 Februari 2020 yang lalu mengungkap bahwa pengguna dompet digital sudah cenderung menganggap e-wallet adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian. Dampaknya adalah, para pengguna tidak lagi terlalu peduli apakah ada promosi atau tidak saat transaksi.

Laporan ini menurut saya menarik. Karena laporan ini berkesimpulan kalau perilaku membawa uang dan menggunakan uang di Indonesia telah bergeser. Sayangnya Ipsos menggunakan sampel yang terlampau sedikit (500 orang berusia rentang 18–40 tahun). Padahal penelitian ini disponsori oleh Gojek.

Terlepas dari kekurangan itu, dalam laporan berjudul ini menemukan pola perilaku penggunaan dompet digital yang menarik di dua segmen usia yakni generasi Millenial dan Gen Z.

Dari survey yang dilakukan oleh Ipsos, mereka menemukan bahwa mayoritas pengguna dompet digital adalah generasi muda yang sudah memiliki kemampuan bayar. Persentase pengguna dompet digital tertinggi berada dalam rentang 25–40 tahun.

Dalam rentang usia tersebut usia yang paling banyak melakukan pengisian (top-up) saldo untuk dompet digital adalah pengguna usia 25–29 tahun. Sedangkan usia yang lebih tua cenderung untuk mengisi saldo lebih sedikit.

Grafik: Ipsos

Rata-rata top-up adalah sebesar Rp140.663. Dari jumlah pengisian saldo sebanyak itu, 68% pengguna melakukan transaksi minimal satu kali dalam satu minggu. Bahkan mayoritas pengguna ternyata menggunakan dompet digital lebih dari satu kali dalam satu minggu.

Penggunaan yang berulang-ulang ini tentu memantik rasa ingin tahu, apa alasan mereka untuk menggunakan dompet digital dibandingkan dengan uang tunai. Jawabannya adalah karenam mayoritas telah mengatakan bahwa menggunakan dompet digital lebih nyaman dibandingkan dengan uang tunai.

Ketika kenyamanan sudah menjadi bagian dari keseharian, jelas dompet digital saat ini sudah mendapatkan tempat di kehidupan konsumen. Tentu sulit bagi konsumen untuk meninggalkan kenyamanan yang telah didapatkan dari fasilitas yang hampir setiap minggunya mereka gunakan.

Mari kita lihat proporsi penggunaan dompet digital berdasarkan survey Ipsos. Mayoritas dompet digital digunakan untuk membayar transportasi online kemudian diikuti penggunaan untuk pembayaran pesan antar makan atau minuman online. Sisanya hanyalah transaksi yang eventual dan tidak terlalu rutin.

Transaksi yang menggunakan dompet digital
Bagan: Ipsos

Pengguna Indonesia sudah siap gunakan dompet digital untuk keseharian

Data-data di atas sedikit banyak mendukung hasil laporan yang beberapa waktu lalu saya ulas di artikel Data Internet Indonesia 2020 dan Perilakunya.

Di artikel tersebut saya menyantumkan data Wearesocial bahwa masyarakat Indonesia memang telah mengadopsi alat pembayaran online lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia bahkan memuncaki peringkat pengguna pembayaran online dunia.

Tidak cukup sampai menjadi pengadopsi, Indonesia sepertinya tidak lama lagi akan siap untuk menjadi pengguna permanen dari dompet-dompet digital.

Saya mempertimbangkan dari hasil survey Ipsos yang mengatakan kalau mayoritas pengguna dompet digital sudah siap untuk tetap menggunakan meski tanpa ada tawaran promo. Memang, kondisi ini hanya berlaku bagi mereka yang sudah menggunakan dompet digital. Tentu akan berbeda bagi mereka yang belum menggunakan.

Efektifitas promo untuk menjaga loyalitas
Bagan: Ipsos

Selain itu tanpa promo pasti akan terjadi disinsentif yang artinya akan mengubah perilaku penggunaan dompet digital. Perubahan perilaku itu bisa berupa frekuensi penggunaan yang menurutn ataupun jumlah transaksi yang menurun. Hal ini tentu perlu dilakukan survey dan penelitian lebih lanjut.

8 motif menggunakan dompet digital

Dari survey ini Ipsos kemudian mengelompokkan segmentasi pengguna dompet digital berdasarkan matriks motif penggunaannya yakni:

1. Enjoyment

Adalah pengguna Joy Seeker yang menggunakan dompet digital karena bisa memberikan rasa senang, pengalaman yang nyaman.

2. Conviviality

Motif penggunaan dompet digital yang didasarkan pada mencoba-coba, menemukan hal baru.

3. Belonging

Ada pula pengguna yang ternyata menganggap dompet digital sebagai bentuk loyalitas. Lewat dompet digital mereka merasa memiliki hubungan dengan brand. Mereka membangun relationship.

4. Security

Masalah keamanan adalah motif yang umum terjadi di teknologi digital. Namun di dompet digital justru bisa memberikan rasa aman bagi penggunanya.

5. Control

Dompet digital juga dianggap bisa memberikan kendali kehati-hatian. Kehati-hatian ini bisa berupa pencatatan yang jelas, monitoring dan sebagainya.

6. Recognition

Sebagai teknologi baru, dompet digital bisa memberikan rasa pengakuan pada penggunanya. Ada pengguna yang merasa dengan menggunakan dompet digital mereka mendapat manfaat baru dan dilihat unik oleh orang lain.

7. Power

Tidak dipungkiri, teknologi digital bisa memberikan kemampuan baru untuk penggunanya. Motif kekuatan bisa jadi adalah pemicunya, mereka yang menggunakan dompet digital berharap agar bisa menambah “kekuatan dan kesempatan” dalam hidupnya.

8. Vitality

Dan yang terakhir adalah motif vitalitas, yang artinya pengguna menggunakan dompet digital membuatnya menjadi siap untuk menghadapi masa depan. Siap untuk bersaing dan tidak lagi tertinggal secara wawasan dan pengetahuan.

Motif menggunakan dompet digital
Grafik: Ipsos

Segmentasi-segmentasi berdasarkan motif di atas bisa jadi akan membuka peluang baru untuk pemain-pemain baru dalam industri dompet digital. Namun tentu saja pemain utama atau top of mind di Indonesia saat ini sudah mulai terlihat.

Pemuncak top of mind dari brand dompet digital saat ini adalah GoPay kemudian disusul oleh OVO. Dana yang muncul kemudian dengan didukung oleh Alipay dan Emtek dan Link Aja yang dimiliki oleh BUMN tetap membuntuti di peringkat tiga dan empat. Persaingan seperti ini akan sangat ketat dan menuntut modal yang sangat besar.

Top of mind brand dompet digital di Indonesia
Bagan: Ipsos

Alasannya karena dalam sistem pembayaran pemenang akan cenderung yang akan bisa mengambil keuntungan. Tidak heran jika brand-brand dompet digital ini habis-habisan untuk mengakuisisi pasar,

Tentu habis-habisan membakar uang tidak bisa dilakukan terus menerus. Opsi untuk tidak lagi memberikan promosi adalah langkah kunci. Langkah ini tentu akan tepat jika pasar telah siap.

Dan seperti kamu lihat di atas, laporan Ipsos menunjukkan setidaknya dalam waktu dekat pasar Indonesia telah siap untuk menggunakan dompet digital dalam keseharian. Nah bagaimana? Tertarik untuk ikut bersaing di industri dompet digital?

Sekian ulasan saya tentang “The Evolution of the Digital Wallet: Driving the Next Wave of Growth” yang diterbitkan oleh Ipsos.

Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di artikel berikutnya.

Follow TEKNOIA untuk terus mendapatkan update seputar Marketing, Bisnis, Teknologi dan Inovasi. Atau jika ingin menjadi penulis tamu untuk TEKNOIA, Anda bisa menghubungi editor kami Bagus Ramadhan untuk menjadi writer.

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.