Sosial Media
Perkembangan Media Sosial yang Bisa Jadi Inspirasi Marketing Bisnismu
Mulai dari fitur jual beli, sampai dengan peningkatan perlindungan data
Sosial media saat ini semakin lama semakin sentral menjadi bagian dari kehidupan. Apalagi akibat pandemi penggunaan internet meningkat pesat yang turut meningkatkan penggunaan sosial media. Peran yang semakin penting membuat sosial media semakin cepat berevolusi.
Evolusi bentuk dari sosial media sangat cepat terjadi. Bila diingat baik-baik sosial media belum ada dua dekade terakhir, namun kini tiba-tiba sosial media mengubah cara masyarakat berinteraksi.
Interaksi yang terjadi melalui sosial media tidak lagi satu arah seperti media publikasi konvensional. Setiap pihak kini bisa melakukan interaksi dua arah tanpa halangan. Alhasil setiap orang bisa semakin kritis terhadap setiap informasi yang diberikan.
Perilaku seperti ini uniknya juga mengubah cara kerja pemasaran. Masyarakat yang berinteraksi banyak di sosial media menjadi wadah arus lalu lintas yang besar. Berdasarkan data penggunaan sosial media di Indonesia, pengguna sosial media telah mencapai 59 persen atau sekitar 86 juta pengguna pada tahun 2020. Lihat betapa besarnya potensi lalu lintas yang terjadi di sosial media di Indonesia.
Besarnya potensi tersebut kemudian cenderung meyakinkan bisnis untuk terus memanfaatkan sosial media sebagai saluran pemasaran. Dengan hadirnya bisnis di sosial media, penyedia sosial media pun mendapatkan keuntungan dan kemampuan untuk terus berinovasi mengembangkan sosial media agar terus relevan dengan kebutuhan bisnis. Jelas, ini adalah relasi yang saling menguntungkan.
Namun yang ingin saya bahas kali ini adalah seperti apa inovasi yang dilakukan sosial media agar relevansi terus terjadi? Nah di artikel ini saya akan menunjukkan beberapa inovasi yang mulai menjadi standar baru.
Standar fitur jual beli sosial media yang baru ini saya ambil dari presentasi Ogilvy yang dilansir pada awal tahun 2020 kemarin. Berikut adalah pengembangan sosial media yang mulai berkembang:
1. Sosial media semakin memberikan kemudahan pengguna untuk melakukan transaksi jual beli.
Fitur transaksi jual beli di sosial media semakin hari semakin simpel dan mudah untuk digunakan. Facebook merupakan sosial media yang mengawali beberapa tahun terakhir. Tidak lama kemudian sosial media lain juga mengikuti.
Menariknya, fitur jual beli juga terus berkembang. Tidak hanya menampilkan toko atau tombol beli saja, tetapi juga disematkan dalam sebuah konten yang ada di sosial media. Ogilvy menyebutnya dengan interactive commerce dengan studi kasus Adidas.
Dalam kasus yang diangkat Ogilvy dijelaskan bahwa Adidas meluncurkan sebuah game yang nantinya bisa mengajak pemain untuk membeli produk-produk adidas langsung dari game. Ini adalah salah satu cara pemasaran yang tidak mengganggu dan sangat cocok untuk sosial media.
Uniknya, prediksi tentang interactive commerce ini sepertinya terimplementasi lebih cepat akibat pandemi virus corona. Pandemi yang merebak membuat sosial media semakin sering digunakan dan platform berlomba-lomba untuk membantu bisnis untuk tetap bisa bertahan di tengah pandemi.
Instagram adalah salah satu yang cukup getol untuk mengembangkan fitur jual beli interaktif ini. Beberapa bulan terakhir meluncurkan beberapa stiker yang dapat membantu audiens membeli produk bisnis lokal langsung dari instagram stories.
Sayangnya, sejauh pengetahuan saya, Youtube sebagai media sosial terpopuler saat ini tidak melakukan hal inovasi serupa. Saya malah merasa Youtube terlalu lambat untuk mengembangkan fitur jual beli untuk para kreator ataupun bisnis.
Bentuk lain jual beli sosial media yang tren adalah omni-channel yang mengombinasikan berbagai saluran pemasaran menjadi satu dalam sosial media. Salah satu contohnya adalah tag produk yang dilakukan oleh Instagram menuju toko terdekat. Inovasi ini juga dikembangkanuntuk menghadapi pandemi dengan melibatkan aplikasi-aplikasi pengantar makanan seperti GrabFood ataupun GoFood.
Selanjutnya adalah terkait dengan jual beli dengan melibatkan teknologi realitas tertambah (Augmented Reality). Teknologi ini sudah jamak ditemukan di sosial media. Instagram dan Tiktok adalah dua sosial media yang begitu baik menerapkan teknologi ini untuk komersial.
Dengan semakin mudahnya para kreator konten untuk membuat filter AR, saya setuju dengan Ogilvy bahwa teknologi ini akan semakin sering digunakan untuk jual beli. Penyebabnya adalah karena AR merupakan teknologi interaksi yang tidak menyulitkan sehingga mudah untuk digunakan oleh siapapun yang menggunakan sosial media. Tidak seperti VR yang sampai saat ini masih membutuhkan gawai yang cukup ringkas untuk digunakan.
2. Kecerdasan buatan semakin mempermudah audiens sosial media untuk mendapat pengalaman personal
Artificial intelligence atau kecerdasan buatan semakin dominan digunakan di sosial media dan hasilnya mencengangkan. Tiktok adalah sosial media yang mendapatkan banyak keuntungan dari semakin dewasanya penerapan AI melalui sosial media. Berkat AI pertumbuhan Tiktok meningkat pesat dalam waktu singkat.
Rahasia dibalik kesuksesan Tiktok adalah kecerdasan buatan yang mampu untuk memberikan pengalaman personal kepada para pengguna dengan lebih cepat dan mudah. Lihat saja bagaimana para pengguna Tiktok mendapat video-video baru untuk ditonton sesuai dengan minat dan kebiasaan yang membuat mereka tidak berhenti menggunakan aplikasi tersebut.
Begitu juga dengan Instagram yang semakin memberikan keleluasaan bagi kreator untuk mendapatkan konten dengan bantuan AI. Kamu akan bisa menemukan berbagai konten yang disesuaikan oleh kecerdasan buatan berdasarkan perilaku dan kebiasaanmu berinteraksi dengan konten-konten di Instagram.
Tidak hanya dengan konten, AI juga digunakan Instagram di fitur Instagram filter yang semakin unik dan personal di Instagram Story. Dan saya yakin jumlahnya akan semakin banyak di masa depan karena fitur ini sudah semakin demokratis untuk digunakan siapapun.
Melihat penggunaan AI untuk sosial media ini membuat Ogilvy menempatkan teknologi filter AI sebagai salah satu tren 2020 dalam laporannya.
3. Platform dituntut semakin menghargai privasi dan nilai sosial
Bila risiko tentang pintu belakang Tiktok tidak membuatmu tergerak, mungkin kamu perlu untuk tahu apa yang dilakukan oleh puluhan perusahaan besar dunia terhadap Facebook.
Apa yang terjadi dengan dua sosial media tersebut menurut saya adalah bukti bahwa sosial media memiliki peran yang tidak sekadar sebagai wadah interaksi. Sosial media bisa menjadi wadah data perilaku yang sangat amat berbahaya jika dikendalikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Skandal Cambridge Analitica tentu sudah menjadi perhatian umum dan menurunkan pamor Facebook. Namun Facebook belum juga memperlihatkan adanya penurunan signifikan bahkan cenderung meningkat akibat pandemi yang memaksa banyak orang berada di balik layar lebih lama.
Namun tentu isu keamanan dan privasi selalu penjadi tuntutan utama disamping keseruan menggunakan sosial media. Sehingga tingkat keamanan sosial media di masa depan akan semakin menjadi hal yang diperhatikan pengguna.
Iklan tidak lagi mendapat sambutan hangat, meski personalisasi mampu memberikan solusi yang cukup baik bagi pengguna sosial media. Begitupula iklan melalui banner ataupun pop-up yang menjengkelkan. Sehingga pada akhirnya komersial hanya bisa dilakukan melalui konten asli (native content) yang dianggap lebih tidak intrusif dan dekat dengan pengguna.
Privasi dan keamanan pada akhirnya mendorong pendekatan seperti content marketing menjadi lebih penting dibandingkan dengan iklan.
Nah, kira-kira itu yang bisa saya bahas terkait dengan hal-hal yang semakin populer diterapkan di sosial media. Satu hal yang perlu diingat adalah, sosial media di masa depan tidak akan surut untuk mengambil peran dalam masyarakat. Meski berulang kali para ilmuwan mengatakna betapa berbahayanya sosial media pada demokrasi, namun pengguna seperti tidak peduli.
Pada akhirnya, kamu sebagai penggunalah yang bisa mengukur diri tentang bagaimana seharusnya menggunakan sosial media dengan baik dan benar.
Semoga artikel kali ini memiliki manfaat dan kamu bisa belajar tentang bagaimana memanfaatkan inovasi yang ada untuk memaksimalkan sosial media untuk berbagai keperluan yang produktif dna inspiratif.
Terima kasih, salam inspirasi.