Content marketing

Sudah Saatnya Brand Berpikir Layaknya Sebuah Media

Ketika saluran distribusi informasi tidak lagi dikuasai oleh segelintir pihak saja

Era internet dan sosial media mengubah cara bisnis bekerja. Salah satu aspek yang banyak berubah adalah tentang bagaimana brand berinteraksi dan memasarkan produknya. Berkat sosial media, saat ini brand punya peluang untuk mendapat lebih banyak perhatian dengan menjadi sebuah media.

“If you don’t start thinking like a media company and prioritizing brand along with content, you are going to lose.” Gary Vaynerchuck

Saya adalah salah satu orang yang percaya bahwa publisitas adalah hal yang penting bagi sebuah brand. Alasannya sederhana, bagi saya sebuah kebaikan atau solusi yang ditawarkan oleh brand tidak akan bisa diterima dan digunakan jika masyakat tidak mengetahuinya. Itu mengapa media diperlukan, untuk mengabarkan sebuah ide dan kabar pada khalayak luas.

Nah, menariknya dunia publisitas telah berubah sejak kemunculan internet di akhir abad 20. Internet mengubah akses informasi menjadi sangat demokratis dan terbuka bebas. Kemudian keterbukaan itu berevolusi menjadi sosial media yang membuat setiap orang, setiap brand bisa mengabarkan cerita dan kisahnya masing-masing.

Sebuah brand itu punya pengalaman, punya keahlian di bidangnya masing-masing. Dan saat ini sudah tidak eranya untuk menyimpan keahlian sebagai sebuah rahasia perusahaan. Sebab semakin brand mampu menampilkan kemampuannya semakin bisa dipercaya oleh prospek, pembeli apalagi para pelanggan.

Ini alasannya mengapa saya setuju dengan pendapat Joe Pulizzi, pendiri dari Content Marketing Institute yang mengatakan bahwa cepat atau lambat semakin banyak brand yang akan menjadi sebuah perusahaan media.

Content marketing adalah alasannya. Melalui konten brand tidak perlu serta merta mengatakan sedang menjual atau menawarkan produk. Melalui konten brand hanya perlu memperlihatkan aktifitasnya, brand hanya perlu menunjukkan kemampuannya.

Tentu untuk menjadi sebuah media tidaklah muda. Tetapi kamu bisa pelajari di sini tentang mengapa brand menjadi media itu penting.

Manfaat brand menjadi sebuah media

Jika kamu bertanya tentang apa sih manfaatnya sebuah brand menjadi media? Ini penjelasannya.

1. Brand bisa mengetahui tren dengan cepat

Dengan terus menerus berinteraksi dengan pasar dan industri, brand akan bisa mengetahui tren dengan lebih cepat. Brand tidak lagi buta terhadap situasi pasar karena banyak melakukan aktifitas media. Seperti mencari informasi, mengolah data dan mendistribusikan informasi.

2. Brand bisa memberikan pelayanan lebih baik

Brand yang mampu memberikan pelayanan lebih baik dibanding pesaing akan menang. Namun untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, brand harus sering berinteraksi dengan pasar. Nah melalui konten yang dibuat brand sebagai sebuah media, brand bisa sering berinteraksi dan mendapatkan banyak masukan-masukan dari prospek, konsumen atau pelanggan.

3. Membangun komunitas dan melibatkan komunitas

Jika brand telah sering mempublikasikan konten, komunitas akan terbangun dengan sendirinya karena masyarakat merasa punya keterikatan dalam satu narasi cerita. Brand itu punya cerita namun validasinya harus oleh komunitas. Dengan menjadi media, brand akan bisa mendapatkan komunitas sekaligus melibatkan komunitas untuk validasi narasi perusahaan. Apakah benar cerita yang disampaikan oleh brand mampu diterima dan dipahami oleh market dengan baik.

4. Menampilkan sosok brand yang humanis

Brand yang sering berinteraksi, apalagi memiliki maskot akan bisa dipandang sebagai sosok yang humanis. Brand yang berinteraksi terus menerus akan dianggap sebagai sosok baru bagi market. Sosok yang bisa diajak berbicara, sosok yang bisa diajak untuk berkompromik, dan bahkan sosok yang dianggap bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Brand itu bukan tentang produk kan? Tapi tentang solusi apa yang bisa ditawarkan pada pembeli dan pengguna.

5. Biaya iklan yang lebih murah

Menjadi media itu membuat kebutuhan iklan menjadi berkurang. Karena brand tidak lagi bergantung pada audiens media konvensional yang ada. Lebih murah selain bisa dipublikasikan sendiri, konten brand akan lebih bisa menarget pangsa pasar yang telah disepakati.

Sementara di mediau konvensional, iklan adalah untuk publikasi masal. Tidak untuk komunikasi yang lebih dekat dan intim dengan konsumen.

Studi kasus

Saya akan memberikan contoh bagaimana brand menjadi sebuah media.

Gary Vaynerchuck dan Wine Library TV

Konten akhirnya menjadi semacam komunikasi aktif yang setiap hari dilakukan oleh brand. Persis seperti apa yang dilakukan oleh Gary Vaynerchuck saat dirinya membangun Wine Library untuk brand anggur milik ayahnya.

Gary pun memulai dengan membuat expert media segala hal tentang wine melalui Youtube. Ini adalah studi kasus content marketing yang menurut saya ideal untuk menjadi contoh.

Gary dalam artikelnya setelah dirinya memutuskan untuk mempensiunkan Wine Library TV setelah 1000 episode, mengungkapkan bahwa dirinya juga orang yang menganjurkan brand untuk menjadi sebuah media. Berinteraksi dengan audiens, menunjukkan kemampuan dan juga membangun reputasi melalui tayangan yang berkualitas.

Saat ini Gary melalui Vayner Medianya, dikenal sebagai media yang begitu masif untuk membuat konten marketing. Bukan lagi tentang konten kampanye iklan yang hanya satu dua kali, tetapi selalu menggunakan pendekatan konten rutin harian bahkan beberapa kali dalam satu hari.

Content Pyramid dan Media Pyramid

Saya pun menyadari bahwa ada kesamaan pola pikir antara konten media dengan konten marketing. Yakni keduanya sama-sama menggunakan piramida terbalik untuk menciptakan sebuah konten.

Perbedaannya tentu saja ada dalam bentuk format konten. Bila konten marketing tujuannya adalah untuk mempermudah proses produksi. Sementara piramida media lebih kepada bagaimana menyampaikan pesan dengan lebih menarik serta efisien dalam waktu singkat.

Piramida konten yang paling populer saat ini adalah Content Model dari Gary Vaynerchuck yang mampu membuat puluhan konten dalam satu hari dan dalam proses yang instan. Bagi personal maupun brand, tentu saja memproduksi konten sebanyak ini adalah sesuatu yang sangat gila. Bahkan untuk skala media arus utama pun, membuat konten yang begitu banyak belum tentu mampu melakukannya.

Hal yang saya senangi dari model piramida konten adalah, brand bisa menjadi lebih mudah untuk menjaga ritme interaksi dengan audiensnya. Pun brand tidak perlu untuk selalu memikirkan konsep yang matang. Brand hanya perlu menjaga konsistensi dan kuantitas karena kualitas nantinya akan terus berkembang seiring dengan waktu.

Kesimpulan

Saya rasa, tidak ada lagi alasan tentang mengapa brand harus menunda untuk menjadi sebuah media. Proses produksi konten yang sudah sangat demokratis dan mudah membuat brand seharusnya sudah bisa melakukan publikasi saat ini juga.

Menarik perhatian dan menunjukkan kemampuan tidak lagi perlu dengan menggunakan cara-cara “menipu” seperti gambar awal di atas. Karena brand hanya perlu untuk jujur dan menunjukkan otentisitasnya. Sebagai pihak yang bisa dipercaya dan diandalkan oleh para konsumen.

Ini adalah saatnya brand bisa bertindak dan berpikir layaknya sebuah media.

Jadi, apakah brand kamu sudah siap untuk menjadi media?

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.