Sumber Energi Baru, Negara Ini Gunakan Magma Sebagai Pembangkit Listrik

Magma (Foto: lavamagmainfo.weebly.com)

Umumnya aktifitas pengeboran bumi adalah untuk pencarian sumber energi. Baik berbasis fosil ataupun energi berbasis panas bumi yang kemudian digunakan sebagai pengerak generator. Namun sebuah negara di Eropa Utara memutuskan untuk mencari energi baru dengan melangkah lebih jauh yakni dengan memanfaatkan energi dari panas magma yang ada di sekitar gunung berapi. Negara itu adalah Islandia.

Upaya yang dilakukan oleh Islandia adalah dengan melakukan pengeboran sedalam lima kilometer ke arah saluran lava di Reykjanes, sebuah tanjung yang terkenal dengan aktifitas gunungnya di negeri Nordik tersebut. Pengeboran itu telah dilakukan sejak 12 Agustus 2016 yang lalu.

Pada akhir tahun lalu, pihak yang mengerjakan projek tersebut, Iceland Deep Drilling Project (IDDP) telah membuat lubang pengeboran terpanas di dunia yang suhunya dapat mencapai 400 hingga 1000 derajat celsius. Pengeboran ini menembus lapisan bumi di lempeng Atlantik tengah. Dengan kedalaman seperti itu magma akan mengalir dan memanaskan air laut yang menembus ke dalam permukaan bawah laut.

“Orang-orang telah mengebor batuan-batuan keras di kedalaman bumi, namun belum pernah menembus sistem yang mengalir sepert ini.” ujar Asisten Direktr HS Orka, Albert Albersson seperti dikutip dari Newscientist.com.

Dirinya juga menjelaskan bahwa timnya juga akan terus menembus dan mencari “black smokers”, sebuah sumber mata air panas di sepanjang lempeng yang memiliki banyak mineral seperti emas, perak dan litium.

Dalam kedalaman yang ekstrim seperti itu, tekanan air menjadi sangat tinggi. Tekanannya bisa mencapai 200 kali dari level atmosfer. Sehingga tim dan konsorsium yang tergabung dalam proyek ini berharap air yang digunakan akan berada dalam bentuk Uap Superkritikal atau Supercritical Steam. Yakni zat yang tidak cair maupun tidak berbentuk gas dan mampu menahan energi panas lebih dari bentuk cair maupun gas.

Sumur hasil pengeboran yang berhasil menghasilkan uap seperti itu akan mampu menghasilkan energi sebesar 50 megawatt yang mampu mendayai 50 ribu rumah. Hal ini berbeda jauh bila dibandingkan dengan sumur geotermal pada umumnya yang hanya menghasilkan energi sebesar 5 megawatt untuk 5 ribu rumah.

Sejatinya, upaya pengeboran yang dilakukan oleh IDDP ini adalah usaha yang kedua yang dilakukan. Pengeboran magma yang pertama kali dilakukan adalah pada tahun 2009, saat itu secara tidak sengaja pengeboran yang dilakukan IDDP di lahan geotermal Krafla di timur laut Islandia menyentuh magma hanya dalam kedalaman 2 kilometer.

Magma panas tersebut digunakan untuk memanaskan air dingin yang disemprotkan kedalam sumur untuk mengetahui seberapa energi yang mampu dihasilkan dan teknologi tersebut berhasil. Memang, teknologi tersebut akhirnya tidak digunakan untuk menerangi Eslandia meskipun diklaim telah menjadi sumur geotermal terkuat yang pernah dibor. Masalah korosi mengakibatkan sumur dengan kekuatan 30 megawatt tersebut tidak lagi dioperasikan.

Rencana ambisius Eslandia untuk mampu menghasilkan sumber energi dalam jangka panjang membuat negara tersebut terus melakukan eksplorasi. Padahal, saat ini listrik di Eslandia sepenuhnya telah menggunakan sumber non fosil. Namun kebergantungan Eslandia terhadap pembangkit geotermal yang masih kalah dibandingkan dengan pembangkit tenaga air membuat negara tersebut harus mencari cara lain. Selama ini pembangkit tenaga air di Eslandia mampu melistriki tiga perempat kebutuhan listrik di negara asal kaum Viking itu.

“Jika mereka mampu mendapatkan uap superkritikal di bawah sana, itu akan membuat perubahan tentang seberapa besar energi geotermal yang bisa diproduksi setiap sumur,” ujar Arnar Guðmundsson dari Invest in Iceland, sebuah agensi pemerintah yang mempromosikan pengembangan energi.

Manfaat lainnya dari upaya ini adalah teknologi dan teknik yang digunakan akan dapat diadopsi di manapun. “Lokasi sumber-sumber geotermal superkritikal akan bermunculan di seluruh dunia dilokasi di mana gunung-gunung api muda lahir.” ungkap Ahli Geologi dari Universitas California, Riverside, Wilfred Elders yang merupakan kolaborator jangka panjang dari projek ini.

Tentu saja teknologi geotermal yang digunakan di Eslandia ini bisa menjadi solusi bagi Indonesia. Mengingat kedua negara memiliki karakter aliran magma yang mirip. Bahkan Indonesia sendiri dianggap sebagai bagian dari lingkar api terpanas di dunia yang memiliki jaringan gunung api aktif hampir disetiap wilayahnya. Mungkinkah Indonesia menerapkan teknologi ini di masa depan?

--

--

Bagus Ramadhan
TEKNOIA — Inspirasimu untuk Berinovasi dan Bertumbuh

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.