Tek Analogi #9 — Musim Dingin Teknologi

Ferdinand Chandra
Tek Analogi
Published in
4 min readNov 28, 2022
Photo by Ian Schneider on Unsplash

“This is going to be tough next year. My estimate is that a lot of startup founders will hit the market between April to June next year, and that’s the moment of truth for the ecosystem” — Kalyan Krishnamurthy (CEO of Flipkart)

Halo pembaca 👋 Selamat datang di seri Teknologi Analogi. Teknologi Analogi merupakan seri publikasi yang membahas teknologi dengan menggunakan analogi. Kamu bisa baca seri-seri sebelumnya di:

Pasca covid-19 yang melanda dunia, keadaan kian kembali membaik dan orang-orang mulai beraktivitas normal. Namun di tengah sukacita kembalinya kegiatan secara luring, dunia startup sayangnya diterpa musim dingin. Tech Winter, merupakah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang kini sedang terjadi di dunia startup teknologi secara global. Pada kesempatan kali ini, saya akan coba menceritakan apa sih tech winter itu, menggunakan analogi.

1. Uang Jajan Habis

Ibarat seorang “anak” yang masih minta uang jajan proyek ilmiahnya, kebanyakan startup teknologi pun masih sangat bergantung dengan uang dari para investor.

Photo by Alexander Mils on Unsplash

Masih dikit sekali startup teknologi yang bisa bilang bahwa mereka sudah surplus (untung). Di era pasca covid-19 ini, terjadilah sebuah tren dimana investor-investor yang biasa nya berani keluar duit untuk investasi di perusahaan startup teknologi, menjadi menahan uang mereka. Sepinya uang dari investor yang masuk inilah yang digambarkan seperti “musim dingin” sehingga muncul lah istilah tech winter.

2. Kok gitu?

Salah satu alasan terbesar adalah pandemi yang melanda dunia 2 tahun belakangan. Pada saat dunia dilanda pandemi di tahun 2020, orang-orang dipaksa berpindah untuk beraktivitas secara daring. Meeting lewat zoom, perjalanan virtual, dan kelas daring adalah beberapa contoh produk digital yang lahir di era pandemi. Tumbuhnya permintaan akan produk digital di era pandemi memaksa startup teknologi untuk merekrut talenta secara agresif supaya bisa memenuhi kepuasaan pengguna.

Photo by Jason Goodman on Unsplash

Namun sayangnya, era setelah masa pandemi berkata lain. Bukannya terbiasa dengan kebiasaan baru secara daring, orang-orang malah mulai meninggalkan dunia digital dengan kembali beraktivitas secara luring. Uang mulai dibelanjakan di sektor barang ketimbang jasa pelayanan daring (online services) seperti streaming. Tren konsumen inilah yang membuat valuasi nilai dari startup-startup teknologi mulai mengalami keanjlokan. Jumlah kepala yang tadinya direkrut di era pandemi demi mengantisipi tuntutan yang dikira berlanjut, malah justru jadi kebalikannya.

Selain itu, dampak ekonomi global karena keadaan geopolitik yaitu perang antara rusia dan ukraina membuat harga bahan pangan dan minyak bumi meningkat. Imbasnya, suku bunga USD mengalami inflasi di bank sentral amerika serikat. Alhasil biaya operasional pun meningkat, disertai dengan pemasukan tidak banyak bertambah.

Melihat fenomena-fenomena tren konsumen dan ekonomi global inilah yang membuat para pemodal kini lebih memilih untuk menyimpan uangnya daripada berinvestasi ke perusahaan teknologi.

3. Terjadilah…

Namun lantas apa akibat nya bagi startup yang terdampak? Seperti beruang yang bersiap hibernasi menghadapi musim dingin, mereka mulai mempersiapkan dana “tabungan” mulai dari sekarang.

Photo by Daniele Levis Pelusi on Unsplash

Salah satu langkah yang dilakukan sayangnya adalah harus merumahkan sebagian dari karyawannya. Jumlah kepala sama dengan jumlah pengeluaran. Dengan “merampingkan” jumlah karyawan, startup teknologi berharap mampu menyimpan dana untuk bisa bertahan selama 2–3 tahun ke depan. Fenomena ini tentu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga secara global. Startup teknologi raksasa seperti Meta dan Google pun tak mampu menghindar darinya.

Selain itu, startup teknologi juga mulai mengalihkan pandangan mereka ke arah profitabilitas. Tren “bakar-bakar uang” demi akuisisi pengguna mungkin bisa kita lihat akan berkurang selama musim dingin ini terus berlanjut.

4. Terakhir

Tentu saja tempat saya sekarang bekerja mengalami hal yang serupa. Sangat disayangkan bahwa kita harus berpisah dengan rekan-rekan kerja kita, namun di satu sisi saya juga melihat bahwa ini adalah hal yang tidak terhindarkan. Daripada meratap, saya lebih memilih untuk membantu rekan-rekan kerja saya yang terdampak untuk segera pulih dan mendapat “rumah” yang baru.

Kebutuhan akan programmer bukannya hilang sama sekali. Masih ada beberapa startup teknologi yang aktif mencari, walaupun memang tidak sebanyak dulu. Di satu sisi, menurut saya ini adalah waktu yang tepat untuk startup teknologi kecil untuk merekrut talenta IT yang berkualitas. Mereka tidak perlu takut lagi bersaing dengan raksasa-raksasa decacorn seperti dulu dalam proses perekrutan.

Semoga tulisan kali ini bermanfaat dan musim semi segera datang ya.

Terima kasih sudah membaca 😃
See you in a bit — Ferzos

--

--