5 Kebiasaan (tidak) Baik Programmer

Didik Tri Susanto
Teknomuslim
Published in
4 min readJan 28, 2014

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Baiklah, semacam ada ide untuk menulis tentang dunia programming karena saya juga tengah menjalani kehidupan programming terutama web. Hanya saja apa yang saya tuliskan di sini saya rasa berlaku untuk umum tentang hal-hal “simple” tapi berpengaruh juga dengan kelanjutan aktivitas development.

1. Indentasi itu tidak perlu

Ada lho programmer yang tidak mementingkan indentasi dan spasi. Bisa jadi ini sudah jadi style bagi mereka untuk menulis program. Jadi yang menggeluti dunia programming tentu pernah melihat source code dengan rata kiri serta jarak antar baris yang rapat.

ratakiri

Gambar di atas adalah salah satu contohnya. Rapi sekali kan rata kiri semua? :D Rapi sih, hanya saja jadi susah di baca bagi programmer lain. Sulit membadakan blok fungsi mana, kode ini untuk blok yang mana, dan kesusahan semacam itu. Programmer yang menulis kodenya pun suatu saat akan kesulitan membacanya, apalagi jika dituntut cepat untuk memperbaiki atau menambahkan sesuatu dalam baris kodenya.

“Ini ada if di dalam if, ada if lagi di dalamnya, lalu ending if yang awal di mana? ini else punya if yang mana?”

Coba indentasi dibuat sesuai dengan blok kondisi atau fungsi, lalu pengaturan spasi dirapikan agar mudah dibaca. Khususnya jika kita melakukan development dalam tim. Kita tidak mau rekan developer tebalikin meja karena tidak tahu di mana ending dari suatu blok if :D

indentasi

2. Saya paham kok fungsinya

Mungkin terlalu sering bagi kita mengalami kejeniusan mendadak sehingga kita menuliskan sebuah fungsi dan bekerja dengan baik tanpa perlu memberi catatan untuk apa sebenarnya fungsi itu karena saat itu sudah paham dengan cara kerjanya. Dokumentasi dan komentar pada suatu fungsi menjadi tidak penting saat itu, tapi kemudian menjadi sangat penting ketika kita lupa atau ada orang lain yang melanjutkan development.

docs

Komentar, tuliskan catatan singkat untuk apa fungsi atau class tersebut dibuat. Minimal saat kita mengengok ke masa lalu akan source code kita, ada memori untuk apa fungsi itu dibuat. Ini juga memudahkan orang lain untuk mengetahui fungsi dan class yang kita buat.

3. Jarang bersih-bersih

Apa memang sudah jadi sifat jelek manusia ya jika sudah tidak memakai sesuatu alias menjadi sampah lalu sampah itu tidak dibersihkan? Development program juga seperti itu, adakalanya dalam proses development ada banyak source code yg tidak langsung kita hapus karena takut digunakan kembali pada saat testing. Tapi ketika semua sudah berjalan dengan baik, sampah-sampah kode tadi tidak kita hapus.

“Ya toh sudah berjalan dengan baik, tidak dibersihkan juga tidak apa-apa.”

junk code

Jika anda nyaman dengan banyaknya sampah itu ya tentu tidak jadi masalah. Tapi yang jadi masalah jika bekerja dengan developer lain yang bisa-bisa bete karena melihat banyak sampah yang anda tinggalkan :D

“Keep your code clean”

4. Version control? Ribet ah

Version control seperti git atau mercurial sebenarnya sangat membantu dalam development karena di sana terdapat banyak fitur khususnya terkait dengan perubahan-perubahan kode. Memang butuh effort tambahan untuk belajar menggunakan sistem ini seperti branching, commit, forking, push, pull, checkout, dan banyak lagi.

“Duh mikir kode aja udah pusing, apalagi nambah belajar gituan”

Ya ribet, tapi kalau terbiasa menggunakan ini bisa jadi investasi skill yang akan mempermudah proses development aplikasi khususnya dalam skala besar yang melibatkan banyak orang.

version control

Kita tidak ingin dengan situasi seperti ini

x: “Bro aku sudah melakukan banyak perubahan penambahan fitur dan bug fixing”

y: “Wah bagus bro, di bagian mananya?”

x: *copy seluruh file* — “lupa bro, cek sendiri ya”

x: -_-”

5. Variabel bebas!

Saking bebasnya variable, seorang programmer bisa memberikan variabel secara suka-suka.

  • var x
  • var xx
  • String querynya
  • String querynyanya

Dan segala macam kebebasan ber-variable yang seringkali tidak ada sangkut pautnya dengan isi dan fungsi variable itu sendiri dalam programnya. Bahkan saya pernah menemukan sebuah variabel dengan menggunakan bahasa jawa. Menarik juga pikir saya, setidaknya masih bisa bikin orang ketawa.

Untuk kemudahan pada proses lanjutan development dan standarisasi coding, maka sebaiknya pemberian nama pada variable setidaknya yang mewakili fungsi dari variabel itu sendiri. Minimal developer lainnya mengerti mengapa variable itu ada di sana.

Baiklah, dari lima hal remeh tapi sebenarnya memberi dampak besar pada proses development sistem tersebut semuanya masih sering saya lakukan. Salah satu faktor terbesarnya adalah kebiasaan dan seringkali 5 hal tersebut sudah menjadi zona nyaman tersendiri.

Tentunya rekan-rekan programmer sendiri memiliki pandangan berbeda atau pandangan yang lebih banyak mengingat jam terbang saya di dunia programming masih tergolong baru. Ditunggu komentarnya sob

Semoga bermanfaat :)

--

--

Didik Tri Susanto
Teknomuslim

Proud to be Moslem | Introvert | Backend Engineer | Laravel Developer