Dalam Edisi PDKT dengan Web Framework Laravel 4
Bismillahirrohmaanirrohiim
Beberapa pekan ini tidak produktif menulis karena keasyikan PDKT dengan salah satu framework bernama Laravel. Sebenarnya sudah lama mengenal sejak Laravel 3, dan sempat mencoba sedikit. Seperti biasa, istilah tak kenal maka tak sayang masih berlaku, dan efeknya tak pernah tuntas bereksperimen dengan framework satu ini. Akhirnya saya memaksa diri untuk kembali bereksperimen dengan Framework untuk beberapa alasan, seperti:
1. Source code lebih terstruktur
Seperti pada umumnya, web framework sudah mengusung konsep Model Viewer Controller (MVC) yang dapat digunakan untuk memisahkan antara data model, business process, flow, logic, dan presentasi data kepada user. MVC membuat source code lebih terstruktur dan modular sehingga memudahkan untuk maintenance dan pengembangan aplikasi.
Berkaca pada proses development beberapa project kemaren, maintenance dan pengembangan menjadi sulit karena harus memilah ratusan kode php diantara kode html atau sebaliknya. Dengan source code yang lebih terstruktur, maka akan memudahkan programmer lain untuk membaca dan melanjutkan proses development.
2. Development menjadi mudah
Beberapa tools pada Laravel seperti artisan, migration, routing, Eloquent ORM, composer, dan banyak lagi yang akan membuat proses development lebih mudah. Misalkan dengan memanfaatkan Eloquent saya dapat menyederhanakan kode pemanggilan query database atau melakukan generate model-viewer-controller tanpa harus membuat file nya secara manual. Dan di artikel ini dijabarkan mengapa Laravel itu direkomendasikan. Source code yang readable memang dirasa lebih “manusiawi” :D
3. Skill improvement
Seringkali untuk bisa dan paham sesuatu itu adalah melalui paksaan dan tekanan. Beberapa kerjaan terkait integrasi API memaksa saya untuk belajar tentang dunia web service dan sebagainya. Hasilnya? Makin belajar makin bingung hehehe. Tapi itu tanpa kita sadari bisa menambah credit point untuk skill improvement. Belajar framework ini adalah salah satu paksaan saya untuk skill improvement dalam dunia web development.
Saya gunakan salah satu web order management yang pernah kami kembangkan untuk kemudian saya duplikasi menggunakan Laravel. Karena dengan menggunakan project yang sudah pernah dikembangkan, saya tidak perlu memikirkan flow atau bisnis proses lagi. Istilahnya sih studi kasus kali ya?
Anyway saya menikmati proses belajar ini. Hitung-hitung menunggu proses pengadaan project yang belum selesai, saya manfaatkan untuk duplikasi aplikasi menggunakan Laravel ini. Jika development menggunakan Laravel ini selesai sebelum project baru dimulai, bisalah nanti Laravel based ini dipakai. Sekali dayung dua pulau terlampaui, katanya. Tapi memang benar, setidaknya framework khususnya Laravel ini membuat development menjadi menyenangkan.
Berikut ini tempat bagus untuk bahan PDKT dengan Laravel:
Akhir kata, “Belajar itu capek, tapi bakal lebih capek jika kita ketinggalan karena enggan mulai belajar”
Semoga bermanfaat :)