[Jurnal Perjalanan] Papuma Bersama Himasakra dan Ilusaka

Didik Tri Susanto
Teknomuslim
Published in
4 min readFeb 11, 2014

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Akhir tahun 2013 adalah salah satu tahun terberat saya. Beberapa masalah mengantarkan saya ke titik terendah kehidupan. Sebut saja masalah partner hidup, hati, dan karir. Sebuah moment ketika rasanya tidak ada orang-orang yang akan membantu naik ke titik tertinggi lagi kecuali atas kehendak dan kekuatan Ilahi. Alhamdulillah di tengah kegundahan yang cukup besar, rekan-rekan Himasakra membangkitkan kembali mimpi saya. Berawal dari ajakan impulsif untuk mengikuti Briefing Himasakra 2014 di SMAN 1 Kraksaan, hingga ajakan kunjungan Himasakra ke Ilusaka di Jember.

Ketika semangat rekan-rekan Himasakra saat proker briefing menampar sisi galau saya bahwa mereka adalah salah satu alasan saya pernah membangun mimpi, kali ini saya rela membuang zona nyaman saya dengan duduk 12 jam lebih di kereta penuh manusia dari Jakarta ke Surabaya untuk bisa bergabung dengan Himasakra. Tapi rasa lelah itu terbayar dengan melihat rombongan Maulidy CS yang berseragam merah marun berlabel Himasakra menjemput saya di Terminal Bayuangga Probolinggo.

Himasakra vs Ilusaka

Kami singgah beberapa saat di Universitas Negeri Jember untuk bertemu rekan-rekan Himasakra, namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya kami langsung meluncur ke Papuma untuk agenda camping. Sempat terjadi kesalahan komunikasi yang membuat rombongan terpisah dan kesasar. Yaa salah satunya ketika rombongan kami meributkan betapa Hotel Weringin Asri itu tidak ada di Google Maps dan hanya bisa menerima kenyataan bahwa hotel yang dimaksud adalah Beringin Indah. Ahahaha anak-anak ini tahu betul bagaimana membuat saya lupa rasanya capek duduk di kereta :p

[caption id=”” align=”aligncenter” width=”384"]

HImasakra in action @ UNEJ

HImasakra in action @ UNEJ[/caption]

Malam harinya ketika tenda telah berdiri dengan (tidak) gagahnya, Himasakra dan Ilusaka saling berbagi tentang bagaimana wadah himpunan ini terbentuk. Saya sebagai sesepuh (kata seseorang) merasa senang sekali masih ada generasi-generasi yang mau “repot” membuat suatu wadah alumni agar dapat menyatukan alumni-alumni di daerahnya masing-masing.

Mendengarkan penuturan Ilusaka yang dipelopori oleh angkatan 2011 bahwa mengumpulkan para alumni tidaklah mudah. Mengingatkan saya di awal-awal perjuangan mengumpulkan alumni di kampus, sampai se Malang raya. Semua tidak mudah, pasti mengalami masa putus asa, dicuekin, konflik internal, dan jika tidak bertahan maka tinggal bubar jalan. Himasakra reborn adalah sesuatu yang melegakan buat saya sekaligus tantangan untuk bagaimana membuat seluruh alumni bisa lebih banyak bersatu.

Himasakra sebagai poros ikatan alumni di Malang dan Ilusaka di Jember. Kedua poros ini diharapkan mampu tetap bergerak agar bisa menyatukan lebih banyak alumni di masing-masing daerahnya. Pergerakan poros ini diperlukan motor yaitu orang-orang yang berkomitmen untuk membawa masing-masing komunitas untuk maju. Dan bahan bakar motor ini adalah semangat dan dukungan para alumni yang ada di dalamnya. Maka jika Ilusaka sudah memiliki poros dan motor untuk bergerak, Himasakra dapat membantu memberikan dorongan semangat agar Ilusaka dapat tetap hidup.

Ternyata Tanjung Papuma Masya Allah Indah!

Beberapa bulan ini saya intens berhubungan dengan yang namanya laut. Salah satu proyek yang saya bawa di Jakarta memaksa saya untuk berinteraksi dan bersahabat dengan laut. Tapi Papuma adalah salah satu anugerah Allah yang luar biasa Indah. Tidaklah rugi saya di pagi-pagi buta bersama teman-teman Himasakra naik ke penanjakan untuk melihat ombak-ombak pantai selatan yang menerpa jajaran batu karang yang gagah (Cieeh bahasanya :3 ).

[caption id=”” align=”aligncenter” width=”384"]

Epic Landscape!

Epic Landscape![/caption]

Sayang, mendung menghalangi kami untuk menyaksikan sunrise. Tapi pemandangan alamnya benar-benar membuat saya takjub. Momen ini disambut baik dengan mereka yang sadar kamera untuk berfoto-foto dengan latar pemandangan laut. Seperti biasa, saya didaulat untuk juru foto atau model foto yang canggung dengan tidak kerennya.

[caption id=”” align=”aligncenter” width=”384"]

Epic me!

Epic me![/caption]

Pulang dan Pelajaran Penting

Karena jadwal kereta, saya tidak bisa berlama-lama di Papuma. Untunglah rombongannya Dokter Beny kembali dulu sehingga saya bisa nebeng ke terminal. Singkat sekali rasanya, saya sampai gak sampai hati ketika Maulidy mengumpulkan rekan-rekan untuk moment perpisahan ini. Baiklah, mari kesampingkan dulu keinginan saya mewek dengan berbagi beberapa pelajaran yang bisa saya ambil dari event Himasakra ini.

  1. Untuk membangun sebuah komunitas diperlukan minat atau ketertarikan yang sama.
  2. Diperlukan orang-orang dengan minat dan konsistensi tinggi yang bisa menggerakkan komunitas agar tetap berdiri dan maju, di samping induksi semangat dari masing-masing anggota komunitasnya.
  3. Regenerasi itu penting agar komunitas bisa tetap berjalan tanpa harus bergantung pada orang-orang tertentu.
  4. Pertemuan anggota komunitas harus sering dilakukan untuk menjaga anggota nyaman berada di komunitas tersebut dan tak lupa menjaga komunnikasi di social media. Ini ada kaitannya sama kohesivitas, penelitiannya si @keongdudul sih :D
  5. Kalau nyasar, jangan jadikan Ind**ret sebagai rally point atau tempat ketemuan. Ada banyak soalnya :|
  6. Pulang pergi Jakarta Jember di akhir pekan dan sendirian itu melelahkan sob. Kali ini Himasakra sukses bikin saya impulsif seperti itu :p

Well, enough for the long post. Terima kasih banyak atas undangannya, dan mohon maaf jika ada sikap yang kurang mengenakkan dari sesepuh seperti saya.

[caption id=”attachment_1711" align=”aligncenter” width=”300"]

Himasakra di Jember

Himasakra di Jember[/caption]

Love You All Guys :)

Salam, semoga bermanfaat :)

--

--

Didik Tri Susanto
Teknomuslim

Proud to be Moslem | Introvert | Backend Engineer | Laravel Developer