Biar Nggak Kalah Saing sama Robot

4 Skill yang bikin kita nggak tergantikan sebagai manusia~

Temali
Published in
3 min readMar 31, 2018

--

Ribut-ribut otomatisasi pekerjaan oleh robot Artificial Intelligence (AI) makin sini memang bakal makin ramai, karena teknologi pun semakin canggih dan sains makin berkembang.

Beberapa pekerjaan yang selama ini dikerjakan manusia, digadang-gadang sudah dapat digantikan penuh oleh para robot.

Nggak cuma pekerjaan repetitif seperti nge-pak barang, misalnya. Pekerjaan kreatif yang perlu mikir macem menulis pun sudah ada versi otomatisnya.

Nah trus, gimana nih kira-kira nasib kita? Sudahlah nyari pekerjaan makin susah, ditambah pula harus sikut-sikutan sama robot.

Hm, tapi tenang. Ada sejumlah skill yang belum dapat dikuasai para AI.

Setidaknya, sampai hari ini.

1. Kemampuan Berempati

Perdebatan mengenai apakah robot bisa memilki perasaan atau nggak, sebenarnya sudah berlangsung lama. Software Artificial Intelligence (AI) saat ini sudah mampu mengenali kategori emosi yang terdapat pada mimik wajah dan suara manusia, tapi masih sangat jauh untuk mampu memunculkan rasa empati sungguhan.

Hingga saat ini, komputer tercanggih pun belum sedikitpun punya kemampuan merasakan emosi manusia dan berempati terhadap hal tersebut. Bisa mengenali dan mengkategorisasikan jenis emosi dengan benar-benar merasakan apa yang orang lain rasakan adalah dua hal yang berbeda.

Menurut penulis Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future, Martin Ford, salah satu area pekerjaan yang akan sulit digantikan oleh robot adalah pekerjaan yang berhubungan dengan manusia secara kompleks, seperti perawat, pebisnis yang banyak bernegosiasi dengan klien, dan sebagainya.

Walaupun AI di bidang kedokteran sudah dikembangkan, posisi perawat di bidang rehabilitasi medis yang harus menguatkan pasien dengan penyakit parah, misalnya, akan terus dibutuhkan.

Kita juga bisa lho menjadi lebih empatik dalam pekerjaan sehari-hari, seperti menjadi lebih ramah terhadap konsumen, lebih peka terhadap kebutuhan calon pembeli, dan sebagainya. Intinya, mengedepankan humane touch dalam pekerjaan kita saat ini.

2. Kemampuan Judgement

Dalam 20 tahun ke depan, menurut laporan Deloitte, 100.000 pekerjaan di sektor legal memiliki kemungkinan besar untuk diotomatisasi.

Namun, hal-hal terkait aturan dan perjanjian — apalagi menyangkut nilai ‘kebenaran’, nggak selamanya berlaku secara hitam dan putih. Dalam bekerja di bidang legal atau hukum, bakal banyak proses yang melibatkan kemampuan otak manusia dalam memahami argumen dengan motif-motif terselubung, atau menangkap maksud dari alasan nggak rasional. Kemampuan ini akan sulit dimiliki robot.

Hal yang mungkin dilakukan robot dalam bidang ini adalah mengerjakan sesuatu yang lebih bersifat repetitif, seperti menjadi asisten legal dan atau paralegal yang banyak berkutat dengan pencarian dan pengumpulan data.

3. Kreativitas

Martin Ford mengatakan, pekerjaan yang melibatkan kreativitas seperti menjadi seniman, ilmuwan, atau mengembangkan strategi bisnis sejauh ini masih aman dari otomatisasi. Otak manusia mampu memikirkan hal-hal yang ‘gila’ dan ‘nyeleneh’, nggak rasional, radikal, hingga nggak logis sekalipun.

Sementara, cara ‘berpikir’ robot cenderung terstruktur, logis, dan rasional.

Tapi nih, Ford mengatakan, ia nggak yakin apa yang akan terjadi dalam 20 tahun mendatang perihal robot dan kreativitas. Soalnya, saat ini aja, sudah ada robot yang dikembangkan untuk mampu melukis hingga menulis.

4. Menghadapi ketidakpastian

Nggak sepenuhnya masa depan bisa dikendalikan. Ada sejumlah pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk menavigasi kondisi darurat dan hasil yang nggak diketahui. Menurut Ford, pekerjaan yang paling mudah digantikan oleh robot adalah pekerjaan yang repetitif dan dapat diprediksi.

Nah, otak manusia punya kapasitas untuk beradaptasi secara dinamis dengan perubahan, dan bereaksi terhadap hal-hal yang bersifat mendadak. Sementara, robot belum dapat diprogram untuk menjadi demikian.

Nggak usah jauh-jauh contohnya, pekerjaan seperti tukang ledeng yang harus siap dipanggil kapanpun dan kemanapun dalam kondisi darurat, misalnya, masih sulit dikerjakan robot, karena hal-hal mendadak tidak sesuai dengan pola kerja robot yang bergantung dengan program.

Sumber :

--

--