Gini, Nih, Cara Biar Inovasi ‘Aneh’ Jadi Hits

Aneh di sini, maksudnya ‘belum lazim dikenal oleh masyarakat banyak’. He he..

Temali
Published in
3 min readJan 6, 2018

--

Masih ingat Google Glass?

Google Glass adalah inovasi keluaran google berupa kacamata canggih. Fungsinya kurang lebih sama aja, sih, sebagai smartphone. Cuman ini, mah, nyantol di mata. Namun, pada awal dirilis, Google Glass nggak terlalu diminati.

Google Glass tampak seperti toy for nerds, alias mainan untuk para orang aneh. Bentuknya kayak prototype.

Para pekerja yang menggarap Google Glass berkata, masalahnya ialah, “Kami membuat prototype for nerds dan menjualnya seolah-olah konsumen kebanyakan akan membeli. Itu kesalahan kami.”

Foto dari sini.

Hmm, apakah inovasi-inovasi ‘aneh’, ditakdirkan untuk tidak diterima di pasaran? Nggak juga. Bagaimana dengan televisi, yang sempat disangsikan dan dibilang, “Mana mungkin orang betah melihat kotak terus-menerus?”

Lantas, bagaimana inovasi-inovasi baru yang awalnya aneh, menjadi sedemikian bisa diterima oleh pasar?

MAYA (Most Advanced Yet Acceptable)

Rumusannya adalah MAYA. Maya bukan mbak-mbak yang dagang Bubur Ayam di depan gerbang kampus, ehehe. Tapi MAYA di sini adalah singkatan dari ‘most advanced, yet acceptable’.

Ciptakan produk yang paling terdepan, tapi tetap bisa diterima. Begitu ajuan Derek Thompson, redaktur senior media The Atlantic dalam video BigThink.com.

.

Menurut Thompson, secara psikologis manusia suka pada hal-hal baru (neophilia). Namun, di satu sisi, manusia takut pada hal-hal yang terlalu baru (neophobia). Inovasi-inovasi baru yang berhasil diterima adalah yang dapat mengombinasikan antara unsur ‘familiar’ dengan unsur ‘kejutan’.

“Menurut saya, rumusan untuk larisnya suatu produk adalah: menjual sesuatu yang familiar dengan cara yang mengejutkan; atau menjual sesuatu yang mengejutkan dengan memperkenalkannya secara familiar,” begitu kata Pakdhe Thompson.

Contoh Sukses: Star Wars dan Apple

Nah, apa aja nih contoh inovasi nyeleneh yang akhirnya dapat sukses diterima? Thompson menyebut Star Wars dan iPhone sebagai contoh kisah sukses. Wih, dua hal ini emang nge-hits sampai sekarang, sih!

Thompson memaparkan, kreator Star Wars George Lucas pada awalnya ingin membuat cerita super baru mengenai Jedi, kekuatan-kekuatan magis, dan makhluk-makhluk kosmik yang belum pernah terlihat sebelumya.

Francis Ford Coppola, sohibnya Mbah George Lucas, mengkritik naskah cerita tersebut Lucas dan tega menyebutnya ‘sampah’. Tapi untungnya Lucas nggak baperan. Ia terus cari cara untuk meramu cerita Star Wars biar keren.

Lucas pun menemukan titik terang ketika membaca pemikiran Joseph Campbell.

Campbell berpendapat, setiap kisah hebat dalam sejarah manusia hampir selalu memiliki plot kayak ini: orang biasa, yang terlibat dalam perjalanan luar biasa, kemudian mengalahkan musuhnya, dan pada akhirnya dikenang sebagai pahlawan.

Pola ‘ordinary man turns extraordinary’ merupakan unsur ‘familiar’ yang terdapat dalam tiap kisah hebat manusia. Maka, Lucas pun mempraktikkan pola tersebut pada Star Wars. Hasilnya, Star Wars jadi nge-hits, deh!

Star Wars ‘jadoel’. (Foto dari sini)

Hal tersebut juga dipraktikkan ketika Apple meluncurkan iPhone. iPhone dirancang memiliki user experience seperti iPod. Hal ini ditujukan agar orang-orang nggak harus mikir terlalu lama untuk belajar menggunakan iPhone.

“Take the surprising idea and make people feel comfortable with it. Make it feel like home. Make it feel familiar.”

Begitu simpul Derek Thompson. Wuh, siap, Pakdhe!

*Dicatut dari techlab.institute, dengan beberapa penyesuaian.

--

--