Yang Perlu Diketahui tentang Cacing dalam Makarel Kaleng
Ternyata terjadi secara alamiah
Unggahan video dari Riau yang viral di sejumlah media sosial mengenai temuan cacing di dalam ikan makarel kaleng belakangan ini membuat gusar masyarakat.
Soalnya nih, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ( BPOM RI) juga sudah mengklarifikasi bahwa tim mereka menemukan 27 merek produk ikan makarel kemasan kaleng yang positif mengandung parasit cacing, setelah memeriksa 541 sampel ikan dalam kemasan dari 66 merek yang beredar di Indonesia.
Nggak heran, temuan ini membuat orang mulai merasa enggan membeli dan mengkonsumsi makarel kalengan dari supermarket.
Kamu salah satunya? Yuk cari tahu dulu fakta di balik si parasit cacing ini!
Kenalin : Cacing Anisaskis
Anisakis adalah cacing parasit yang menyerang ikan dan mamalia laut, juga dapat berada pada badan manusia yang memakan ikan mentah. Parasit ini lebih sering ditemukan pada ikan laut dibanding ikan-ikan budidaya.
Telur Anisaskis menetas di air laut dan larva-nya dimakan oleh krustasea. Setelah itu, krustasea yang telah ‘dihinggapi’ Anisakis akan dimakan oleh ikan atau cumi-cumi, dan cacing ini akan masuk ke dalam dinding usus inangnya. Terkadang, cacing ini juga masuk ke dalam otot atau ke bawah kulit.
Ikan dan cumi-cumi tersebut kemudian akan dimakan oleh mamalia laut seperti paus, anjing laut, atau lumba-lumba, dan cacing ini akan menyelesaikan siklus hidupnya dalam tubuh inang tersebut, untuk kemudian melepaskan kembali telurnya melalui tinja sang inang.
Menurut peneliti ikan Pusat Penelitian (Puslit) Oseanografi Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Fahmi, kepada Kompas.com mengatakan bahwa keberadaan parasit cacing dalam ikan adalah hal yang biasa. Di dalam perairan, organisme lain termasuk parasit juga ikut hidup bersama ikan. Sehingga, ikan yang hidup dalam area yang sama dengan tempat hidup parasit memiliki kemungkinan besar untuk ‘dihinggapi’ parasit yang bersangkutan.
Keberadaan Anisakis tersebar luas di Samudra Pasifik dan perairan tropis lain, hingga Antartika. Sedangkan Ikan Makarel Pasifik (Scomber Japonicas) umumnya hidup di Samudra Pasifik, meliputi perairan India, China, Jepang, dan Korea.
BPOM juga sebelumnya telah menyebutkan bahwa 16 merek Makarel yang mengandung cacing berasal dari impor, dan mayoritas adalah dari China. Sehingga, bukanlah hal luar biasa jika Makarel yang kini beredar di supermarket Indonesia tersebut mengandung cacing.
Tapi, tentunya tetap ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan.
Nggak Berbahaya, asal dimasak
Fahmi menjelaskan kepada Kompas.com bahwa cacing yang ditemukan dalam produk ikan kaleng menjadi indikasi bahwa ikan tersebut masih mentah. Oleh karena itu, bila hendak mengkonsumsinya, masyarakat harus memasaknya terlebih dahulu dengan memanaskan atau menggoreng produk di atas suhu 65 derajat celcius.
Cacing dan parasit akan mati dalam suhu di atas 60–65 derajat celcius.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nina F.Moeloek juga berpendapat bahwa cacing-cacing tersebut tidak akan berbahaya bila ikan makarel dimasak dengan benar, dan sebisa mungkin warga tetap waspada untuk tidak mengambil ikan kemasan yang telah kadaluwarsa.
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit dari parasit pada produk laut secara umum, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Sekitar menyarankan agar semua ikan dan kerang yang dimakan mentah dibekukan pada suhu −35 °C (atau lebih rendah) selama 15 jam, atau dibekukan pada suhu −20 °C (atau lebih rendah) selama tujuh hari.
Sumber :
https://web.archive.org/web/20070928081429/http://www.daveproject.org/ViewFilms.cfm?film_id=220
*semua diakses pada 1 April 2018