Bukayo Saka: Amunisi Baru Meriam London

Petrick
The Amateurs
Published in
8 min readMay 4, 2020
Bukayo Saka (bleacherreport).

(versi asli tulisan ini dapat dibaca di situs Total Football Analysis)

Bukan rahasia lagi kalau Arsenal punya salah satu akademi sepakbola terbaik di dunia. Nama-nama legendaris seperti Ray Parlour, Martin Keown, dan Tony Adams tumbuh dan besar di akademi klub London tersebut. Ketiga nama tersebut bahkan membantu sang raksasa Premier League meraih kejayaan domestik pada akhir 1990an hingga awal milenium baru.

Hari ini, the Gunners nampak hidup dalam bayang-bayang kejayaan tersebut. Alasannya sederhana: Arsenal belum pernah lagi merengkuh gelar liga sejak 2004 silam. Namun, ada satu hal yang tidak berubah. Akademi Arsenal masih memproduksi bibit-bibit terbaik di kancah sepakbola dunia. Musim ini, satu pemuda lagi muncul untuk menjadi terang di tengah gelapnya perjalanan Arsenal. Namanya ialah Bukayo Saka. Tulisan ini akan membedah mengenai peran Saka bagi tim yang bermarkas di Stadion Emirates ini.

Profil pemain

Sejatinya, Saka adalah pemain sayap kiri. Musim lalu dia bermain 34 kali di semua ajang, termasuk empat pertandingan di level senior. Hebatnya, Saka berhasil membuat 14 gol dan 12 asis pada musim 2018/19. Pencapaian itulah yang membuat dirinya dipromosikan secara permanen dari skuat U-23 Arsenal.

Eks manajer Arsenal, Unai Emery, juga sempat memainkan Saka di posisi aslinya musim ini. Entah dalam skema 4–2–3–1 atau 3–4–3, Saka mempunyai peran penting dalam permainan Emery. Lebih jauh, Emery bahkan memainkan sang pemain 18 tahun sebagai starter di posisi favoritnya kala Arsenal menghadapi Manchester United pada September lalu. Kepercayaan yang diberikan Emery pun dihargai benar oleh Saka. Buktinya, ia berhasil membuat dua gol dan lima asis sebelum Emery angkat koper.

Namun, fungsi Saka berubah kala Mikel Arteta datang untuk menggantikan Emery. Bukannya memainkan Saka sebagai pemain sayap kiri, Arteta malah menempatkan sang pemuda sebagai bek kiri dalam formasi 4–2–3–1 kesukaannya. Dengan hanya absen pada satu pertandingan sejak kedatangan Arteta, Saka berhasil mengamankan posisi utama bek kiri Arsenal. Tidak berhenti di situ, remaja ini juga berhasil menambah satu gol dan empat asis ke dalam pundi-pundi miliknya. Beda posisi tapi sama hasil.

Memperlebar permainan Arsenal

Ketika Arsenal menguasai bola, Arteta menginstruksikan timnya untuk bermain dalam skema 3–2–5, 3–4–2–1, bahkan 2–3–5. Di belakang, satu gelandang akan bergerak turun ke half-space kiri sedangkan kedua bek tengah bergeser ke kanan untuk skema tiga bek untuk sementara waktu. Di depan mereka, bek kanan akan naik dan masuk ke dalam untuk menemani satu gelandang Arsenal lain.

Skema bangun serang Arsenal di bawah Arteta.

Bangun serang Arsenal akan berbentuk asimetris karena bek kanan mereka juga kadang bisa bergerak melebar. Di depan, akan ada hingga lima pemain untuk mengisi garis serang the Gunners. Berbeda dengan rekannya di posisi bek kanan, Saka cenderung bergerak naik dan sejajar dengan para pemain penyerang. Tugasnya ialah memperlebar permainan Arsenal di sisi kiri, sedangkan pemain sayap di depannya bergerak ke dalam.

Bek sayap Arsenal punya penempatan posisi dan tugas yang berbeda ketika menguasai bola. Perhatikan pergerakan Hector Bellerin yang masuk ke dalam dibandingkan dengan Saka yang berada di kiri luar.
Saka memperlebar permainan Arsenal di bagian kanan pertahanan lawan.

Dengan masuknya sayap kiri ke dalam, Saka akan punya cukup waktu dan ruang di bagian sayap. Alasannya adalah karena si sayap kiri — entah itu Pierre-Emerick Aubameyang atau Gabriel Martinelli — akan menarik bek kanan lawan mengikuti mereka, sekaligus membuka ruang di bagian sayap untuk dieksploitasi Saka. Satu cara yang sering digunakan Arsenal untuk menjangkau Saka adalah dengan umpan diagonal dari sisi lapangan sebaliknya. Umpan diagonal ini dapat berasal dari salah satu bek tengah ataupun gelandang yang turun membantu bangun serang.

Martinelli bergerak ke dalam dan mengizinkan Shkodran Mustafi untuk menemukan Saka dengan umpan diagonalnya.

Ancaman nyata di sepertiga akhir

Saka biasanya akan mencapai sepertiga akhir dengan melakukan overlap untuk memperlebar permain Arsenal. Dalam skema akhir serangan the Gunners, tugas Saka adalah untuk menyediakan umpan silang ke dalam kotak penalti. Utamanya, Saka akan menggunakan umpan silang datar karena keterbatasan tinggi para rekan-rekannya di lini depan. Jika melihat statistik, mutlak hanya Aubameyang yang bertinggi badan lebih dari 181 sentimeter. Lebih parah lagi, pemain asal Gabon tersebut lebih sering diplot sebagai sayap kiri dibanding sebagai bomber oleh Arteta.

Saka masuk ke sepertiga akhir pertahanan lawan dengan gerakan overlap.
Sang pemuda cenderung menggunakan umpan silang datar untuk melayani para penyerang Arsenal di kotak penalti.

Terkadang, Saka melakukan variasi dalam umpan silang yang diberikannya. Tidak jarang kita menemukan Saka melakukan umpan silang yang cukup keras. Dalam Bahasa Inggris, umpan silang ini sering disebut whipped cross (maaf, kami belum dapat menemukan padanan yang tepat dalam Bahasa Indonesia).

Whipped cross dipilih Saka karena jenis umpan ini dapat mengantarkan bola dengan kecepatan tinggi serta kecenderungan untuk menukik. Akibatnya, lawan akan sulit untuk memprediksi arah umpan yang harus mereka antisipasi. Berdasarkan statistik, Saka berhasil mencatatkan 1.7 umpan silang sukses per 90 menit di Europa League, dengan rasio sukses sebesar 58.82%.

Umpan jenis whipped cross digunakan Saka ketika dirinya berada agak jauh dari kotak penalti.

Gerakan overlap yang dilakukan Saka ternyata juga berguna bagi dirinya sendiri. Seringkali, Saka bergerak secara agresif ke depan, menerima bola, dan melakukan tembakan. Tidak berhenti di situ. Tendensi Saka untuk mencari gol bagi dirinya sendiri juga kadang membuatnya masuk ke tengah untuk melakukan tembakan. Bedanya, tembakan yang dilakukan Saka dari bagian tengah lapangan seringkali dilakukan dari luar kotak penalti. Statistik menunjukkan Saka berhasil menorehkan 1.8 tembakan per pertandingan di Europa League. Catatan ini merupakan keempat tertinggi di antara semua pemain Arsenal musim ini.

Gerakan overlap yang dilakukan oleh Saka dapat juga berujung pada upaya mencetak gol atas namanya.
Pemilik nomor 77 ini cukup rajin untuk melepaskan tembakan, bahkan di bagian tengah lapangan.

Cepat dalam transisi

Tidak hanya baik ketika menguasai bola, tapi Saka juga punya kecepatan yang mumpuni. Kemampuan ini punya kegunaan yang cukup penting dalam situasi transisi, entah ketika harus mundur saat kehilangan bola atau ketika harus melakukan serangan balik dengan cepat.

Ketika kembali ke garis pertahanan, Saka tidak agresif untuk melakukan tekel. Yang biasa dilakukannya adalah menutup lawan yang sedang menguasai bola dan mempersempit ruang geraknya. Taktik bertahan yang digunakan Arteta mungkin bisa menjadi jawaban mengapa hal ini terjadi. Jika menengok statistik, Arsenal hanya membuat rataan 16.2 tekel per pertandingan musim ini. Capaian tersebut adalah yang terendah kedelapan di Premier League.

Pada transisi menyerang, sang pemain Inggris punya kemampuan antisipasi dan pembacaan situasi (game-reading) yang cukup baik untuk mendukung kecepatan tingkat tinggi yang dimilikinya. Dalam situasi serangan balik, Saka tidak butuh untuk melakukan banyak sentuhan. Malah, tidak jarang Saka menggunakan sentuhan pertamanya untuk mengirimkan umpan silang.

Saka sering mengirimkan umpan dengan sentuhan pertamanya kala melakukan serangan balik.

Sederhana, tapi efektif

Ada yang pernah berujar, ‘simplicity is the ultimate sophistication’ (‘kesederhanaan adalah kecanggihan tertinggi’). Mungkin ujaran ini cocok bagi Saka. Ketika menguasai bola Saka tidak membutuhkan banyak sentuhan untuk membawa si kulit bundar ke depan. Secara spesifik, Saka memilih untuk menggunakan kombinasi satu-dua sentuhan untuk menusuk ke dalam pertahanan lawan.

Reiss Nelson membantu Saka dengan menyediakan opsi umpan pendek bagi sang pemilik nomor 77.
Saka melakukan penetrasi ke ruang yang ditinggalkan Willock, lagi-lagi dengan menggunakan kombinasi satu-dua sentuhan.

Lebih jauh, Saka juga mengandalkan kecepatannya ketika berusaha melewati lawan. Dia memilih untuk mendorong bola jauh melewati lawan lalu mengejarnya dibanding berlama-lama menguasai si kulit bundar. Saka juga bukan tipe pemain yang rakus, melainkan cenderung berbagi bola dengan rekannya dibanding berusaha sendiri untuk menembus pertahanan lawan.

Saka melewati dua pemain Newcastle United dengan cara mendorong bola ke depan dan mengajak mereka untuk beradu lari.

Meskipun punya kecenderungan untuk memanfaatkan ruang luas di sekitarnya, tapi Saka ternyata cukup tenang ketika dikuasai oleh sejumlah pemain lawan. Sang pemuda dapat melindungi bola dengan baik dan juga lolos dari tekanan yang agresif ketika dibutuhkan. Tidak hanya itu, Saka juga cukup kreatif ketika menggiring bola.

Kreativitas Saka ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengolongi lawan. Jika merujuk pada statistik, Saka telah mengolongi lawan sekurangnya enam kali musim ini. Contoh yang paling mencolok adalah saat Saka menggulirkan bola di sela-sela kaki Valentino Lazaro sebelum mengirimkan asis kepada Nicolas Pepe ketika Arsenal menggulung Newcastle 4–0 pada awal tahun.

Ketenangan Saka — ditambah kecenderungannya untuk melakukan kombinasi pendek — membantu Arsenal untuk menyelesaikan serangan. Peristiwa pada gambar di atas berakhir pada gol yang dibuat sang pemain kelahiran Ealing.
Mengolongi lawan adalah salah satu cara Saka untuk merangsek masuk ke daerah berbahaya.

Menjanjikan, tapi belum sempurna

Saka bertinggi badan 178 sentimeter. Meskipun punya tinggi badan yang relatif standar, pemain muda ini hanya punya berat badan sebesar 65 kilogram; salah satu yang paling ringan di antara armada Arteta. Tidak heran ketika Saka punya kekurangan dalam hal fisik, khususnya kekuatan tubuh bagian atas. Inilah kelemahan utama Saka yang dapat dieksploitasi oleh lawan.

Salah satu cara utama yang dapat dilakukan lawan untuk memanfaatkan kelemahan Saka adalah dengan menggunakan umpan mengambang (floating cross) ke tiang jauh; wilayah Saka bermain sebagai bek kiri. Opsi lain adalah dengan mengirimkan umpan jauh dari belakang ke arah sang pemain muda. Dalam situasi 50–50, kelemahan ini pun juga merugikan Saka. Pasalnya, tidak jarang sang pemain 18 tahun harus menyerah dengan telak kala beradu badan dengan pemain lawan.

Kekuatan badan bagian atas menjadi kelemahan utama Saka.

Pindah ke depan, Saka juga punya PR yang harus dikerjakan kala menyerang. Ketika menguasai bola — apalagi dalam duel satu-lawan-satu — Saka jarang menggunakan gerak tipu, trik-trik aduhai, maupun perubahan arah yang tajam untuk menaklukkan bek lawan. Sebaliknya, Saka masih terpaku untuk mendorong bola dan hanya memanfaatkan kecepatannya saja.

Tidak berhenti di situ. Saka juga jarang menggunakan kaki kanannya ketika menggiring bola. Kebiasaan ini tentu mempermudah lawan untuk mengantisipasi gerakan si nomor 77 dalam situasi satu-lawan-satu. Hingga hari ini, Saka telah membuat upaya 2.3 giringan per pertandingan di Premier League. Namun, rata-rata hanya 0.9 (39.13%) yang sukses.

Dengan tidak ada rekan untuk melakukan kombinasi, ditambah bek lawan yang dengan segera menutup pergerakannya, Saka tidak dapat bergerak ke manapun karena keterbatasannya saat menggiring bola.

Kesimpulan

‘Kecil-kecil cabe rawit’, mungkin frasa ini juga cocok untuk mendeskripsikan si pemuda. Julukan the Little Chili yang diberikan media Inggris pun juga senada dengan frasa di atas. Alasannya sederhana, Saka punya kecepatan yang mumpuni sekaligus kualitas yang mematikan untuk membantu lini serang Arsenal. Dengan sembilan asis sejauh ini, sang pemuda dapat saja mengakhiri musim dengan capaian dua digit; kalau bukan karena dihentikan oleh pandemi.

Meskipun demikian, Saka butuh untuk membangun otot-otot tubuh bagian atasnya sekaligus memperbaiki kemampuan untuk membaca situasi pertahanan demi membantu the Gunners ketika kehilangan bola. Sang pemain 18 tahun juga harus memperbaiki kualitas olah bolanya demi menjadikan dirinya semakin berbahaya bagi pertahanan lawan. Jika Saka terus meningkatkan performa baiknya sejauh ini, bukan tidak mungkin Gareth Southgate akan membawanya ke skuat Inggris untuk Euro tahun depan.

Kredit: fbref.com, spielverlagerung.com, totalfootballanalysis.com, transfermarkt.com, whoscored.com, wyscout.com.

I‘m Petrick Sinuraya, a 22-year-old football writer based in Indonesia.

Currently, I work as a freelance writer at Ronnie Dog Media; mostly writing match analysis pieces for totalfootballanalysis.com.

For inquiries, please contact me at petricksinuraya@gmail.com.

--

--