Exclusive Interview — The Hard Work, Perseverance, and Determination of Sekton Wandikbo

Cerita Sekton Wandikbo sebagai wujud nyata dari tiga kunci kesuksesan.

Rafiandra Putra Andika
The Amateurs
12 min readNov 7, 2020

--

Artwork by Pradipta Alessandro

Dalam olahraga, atlet dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk menang. Kerja keras, ketekunan, dan determinasi jadi kunci sukses bagi mereka, dan Sekton Wandikbo adalah wujud dari ketiga nilai tersebut.

Akrab disapa Sekton, pemuda asal Papua ini mengenyam pendidikan di Amerika Serikat dan di sela kesibukannya belajar ia juga menjadi atlet American Football di level SMA. Kini berkuliah di Corban University, Oregon, Sekton memutuskan untuk berhenti bermain dan The Amateurs berkesempatan untuk mengupas cerita sukses Sekton di SMA melalui wawancara eksklusif kami.

Cr: Sekton Wandikbo

The Amateurs (TA): Mungkin bisa dimulai dengan memperkenalkan diri dulu ke viewers kita nih, siapa sih sebenarnya bro Sekton ini?

Sekton Wandikbo (SW): Saya namanya Sekton Wandikbo, saya dari Papua, bagian timur Indonesia. Saya besar di Papua, tinggal lama di Wamena, kota di pegunungan tengah di Papua, kemudian pindah lagi ke Jayapura, dan SMA-nya di Amerika.

TA: Bro Sekton, kan kita di sini mau ngomongin soal American Football. Nah, pertama kali main American Football itu di mana bro? Apakah sempat main di Papua, atau pas sekolah di Amerika mainnya?

SW: Jadi, sebenarnya saya itu mau main bola kaki (re: sepak bola) di SMA. Kebetulan tim American Football di SMA juga besar dan bagus, saya berpikir kalau saya (ikut) coba-coba. Tapi, di Indonesia atau di Papua itu tidak pernah main (American) Football sama sekali. Nanti ketika gabung tim baru belajar soal peraturan-peraturannya, dan lain-lain.

TA: Bro, sori kami potong, sekolahnya di Amerika di mana ya? High school-nya main untuk tim apa?

SW: Di Amerika di Maine, main untuk Foxcroft Academy Ponies*. Kami di sana di Class-D Football High School di Maine.

*Foxcroft Academy adalah sekolah swasta di Dover-Foxcroft, Piscataquis County, Maine, Amerika Serikat. The Ponies, tim American football tersebut tergabung di Little Ten Conference yang termasuk pada Class D dalam klasifikasi American Football level SMA di Maine.

TA: Kalo di Maine kan berarti di Northeast*. Banyak gak sih bro, fans New England Patriots di sana?

*Northeast merupakan salah satu dari empat wilayah di Amerika Serikat yang terdiri dari 11 negara wilayah, yaitu Connecticut (CT), Delaware (DE), Maine (ME), Massachusetts (MA), Maryland (MD), New Hampshire (NH), New Jersey (NJ), New York (NY), Pennsylvania (PA), Rhode Island (RI), dan Vermont (VT). Enam negara wilayah di Northeast (CT, ME, MA, NH, RI, VT) tergabung dalam satu wilayah yang disebut New England. New England Patriots — salah satu tim di NFL yang bermain di AFC East — mewakili wilayah tersebut.

SW: Wah, semua itu, semua.

TA: Kebetulan kami (Ammarsha Rewindra dan Rafiandra Putra) ini fans New England Patriots juga bro, jadi mungkin bisa share a bit about the Patriots. Suka Patriots juga atau mungkin ada tim lain?

SW: Suka juga, suka Patriots, I mean, no question they’re a great team. (They have) Bill Belichick, but Tom Brady sekarang di Tampa Bay. Saya sih waktu sering nonton dengan coach dan teman-teman, tim yang saya suka itu Patriots, karena memang mereka jago, bagus. Tapi pelatih saya selalu ingin saya jadi Green Bay Packers fan.

TA: Sebelum masuk ke American Football-nya, pas bro Sekton di Papua itu ada main olahraga lain ga yang ditekuni?

SW: Waktu di Papua, sebenarnya tidak terlalu serius kalau soal olahraga. Paling sering itu main sepak bola, paling tidak setiap hari, tapi itu sebagai hobi saja, main futsal sama teman-teman juga.

TA: Terus apa yang bikin bro Sekton pada akhirnya pas di high school, pengen masuk ke tim Football-nya Foxcroft Academy?

SW: Jadi ceritanya unik. Waktu itu hari pertama, asisten pelatih sudah sempat waktu saya main basket sempat bilang, “Nanti coba try out latihan di Football, nanti kalau suka bisa lanjut.” Saya pikir, “Ah, saya tidak tahu aturannya. Tapi tidak apa, nanti saya coba latihan saja.” Kemudian, teman saya satu dorm bilang, “Kalau bro latihan hari ini, show your best, nanti coach mau (rekrut).” Lebih unik lagi, di hari itu saya tidak ada cleats (re: sepatu berpaku, seperti sepatu sepak bola), jadi saya pakai sepatu lari (untuk) ikut try out sebelum mulai season. Sudah ikut try out, pelatih panggil (saya), katanya nanti coba ikut latihan. Baru setelah itu saya mulai belajar pelan-pelan.

TA: Kalo boleh tau, pada saat try out itu apa ya yang harus dilakukan oleh bro Sekton?

SW: Itu ikut Drill Practice* saja.

*Drill Practice merupakan latihan yang sifatnya repetitif untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik tertentu. Gerakan latihan yang cukup umum dalam American Football meliputi teknik melakukan tekel dan berlari cepat.

TA: Kan bro Sekton main di high school. Sekarang kuliah di Oregon-nya di mana?

SW: Sekarang di Corban University*.

*Corban University adalah universitas kristen swasta yang terletak di Salem, Oregon. The Warriors, tim atletik Corban University yang tergabung dengan NAIA (National Association of Intercollegiate Athletics) tidak memiliki tim American Football.

TA: Bukan di Oregon Ducks ya?

SW: Bukan, bukan.

TA: Bedanya college football sama high school football itu gimana ya? Mungkin dari segi teknis penyelenggaraan kompetisi, kayak kalau di college itu ada D-1, D-2, D-3, and so on. Kalau di high school aku gatau. Dan mungkin the level of competitiveness-nya gitu, mungkin bisa diceritakan.

SW: Kalau di kuliah gitu, seperti yang sering kita baca dan kita dengar itu kompetitif sekali, (ada) D-1, D-2, D-3 dan lain lain. Kalau di high school, kalau mau dibilang kompetitif, mungkin yang menurut saya yang paling kompetitif itu di bagian West, karena memang banyak kampus di bagian West yang lebih besar, atau namanya PAC-12* ya? Jadi kuliahnya kompetitif, SMA-nya juga kompetitif. Kalau di sana (Maine) itu mungkin level kompetitifnya lebih sedikit di bawah. Waktu di high school itu, sistem liganya ada berkelas, jadi ada Class A, Class B, Class C dan Class D.

*PAC-12 adalah konferensi atletik di tingkat kampus, yang terdiri dari 12 sekolah, masing-masing berpartisipasi di 24 cabang olahraga di NCAA tingkat Division 1. PAC-12 terletak di bagian barat Amerika Serikat.

TA: Berarti bro Sekton itu baru mulai main football itu sekitar tahun 2016 ya?

SW: Iya betul, tahun 2016.

TA: Kemudian di tahun 2018, bro Sekton dapat penghargaan sebagai Maine All-Conference Linebacker ya? Sedikit kami baca soal statistiknya, 42 tackle, di antaranya 30 solo tackle sebagai Middle Linebacker, dan di tahun itu juga main sebagai Running Back ya? (You) Rushed for 174 yards di 23 carries, dan skor 3 touchdowns. Bro Sekton, it was a great, great achievement, sebagai Maine All-Conference Linebacker, maybe bro Sekton wants to tell us more about the story behind the award?

SW: Saya sebenarnya heran juga ya, saya tidak terpikir sama sekali kalau nanti dapat. Itu memang penghargaan yang I cherish. Itu dipilih dari pelatih dari masing-masing tim. Kalau dibilang di balik penghargaan itu, mungkin no doubt, saya lumayan kerja keras. Saya sering sebelum latihan saya drill sendiri dulu, drill fisik sendiri dulu. Hari Minggu saya masih latihan juga, walaupun semuanya istirahat. Mungkin kalau bisa dibilang, last season saya itu lebih bagus, karena saya mulai tahu tentang game-nya, tentang role tiap pemain. Waktu summer saya pulang ke kampung, fisik dan diet sangat terjaga waktu pulang ke Papua.

TA: So, it’s all about hard work ya, perseverance, di mana ketika orang lain tidur, bro Sekton tetap bangun dan latihan. And we really like that. Because that’s what it takes to become a great athlete. Bahkan bukan cuma sebagai atlet, pekerjaan apapun, kegiatan apapun, if you work hard, you can be successful, and that’s what we really believe.

Sambung ke pertanyaan selanjutnya, tadi Andra sempat bilang kalo bro Sekton main sebagai Linebacker dan juga Running Back. Itu kenapa bisa main di dua posisi yang kami bisa bilang sangat berbeda ya? Dari defense ke offense. Dan kalau boleh tahu, lebih suka main di posisi apa, jadi Running Back, atau jadi Linebacker?

SW: Saya sih sejujurnya lebih senang main sebagai Running Back. Tapi sayangnya saya tidak sempat main sebagai starting Running Back, jadi saya menjadi second string (pemain lapis kedua) saja. Tapi starting role saya itu Linebacker.

TA: Bro Sekton, kami sempat lihat film-nya yang ada di Hudl*, dari beberapa play-nya bro Sekton. Kami benar-benar impressed dengan akurasi tackle-nya bro Sekton, apalagi ketika harus stop run. Pas main di sana, ada pemain di NFL yang jadi inspirasi kah? Pemain yang bro Sekton try to model your game after, either as Linebacker or Running Back?

*Hudl adalah layanan jasa video untuk atlet di Amerika Serikat pada level SMA dan Universitas. Simak cuplikan permainan Sekton Wandikbo di sini.

SW: Ada, dari hari pertama itu, Linebacker itu Ray Lewis, no doubt my favorite player. Kalau Running Back ada Marshawn Lynch.

Ray Lewis enters the field. (Photo/Nick Wass)

TA: Nah, main di dua posisi yang berbeda itu, apalagi American Football playbook-nya bener-bener tebal dan banyak kompleksitas dari playbooknya American Football. Bro Sekton ada cara tersendiri kah buat mempelajari playbook-nya terus mengimplementasikannya di lapangan?

SW: Pertama itu, rasa-rasanya seperti ambil kelas gitu. Sebelum game baru pelatih kasih playbook ke setiap pemain. Sebenarnya itu tidak terlalu rumit, hanya lihat rolenya di mana, posisinya di mana, hafal nama play, eksekusi, that’s it.

TA: Yes, execution harus benar-benar perfect ya, play sesimpel apapun. Sebagai Linebacker, pasti lebih tahu apa yang terjadi di lapangan. Pernah gak sih ada improvisasi di luar playbook pas di dalam game?

SW: Ya, kalau di defense itu kami tebak-tebak saja ya what’s gonna come. Paling sering ya itu, film-watching, insting juga, tapi menurut saya itu lebih sering film-watching. Karena menurut saya, (play) itu hanya diulang-ulang saja. Jadi kalau sudah sering nonton, bagaimana kalau di third-down, di first-down, di second-down, dia sering main ini, atau pelatihnya suka bikin begini. Saya rasa kalau sudah sering nonton, kemungkinan besar itu jadi lebih tahu (play lawan).

TA: Bro, kami mau iseng coba tanya nih. Dalam sehari nonton film bisa berapa lama?

SW: Satu hari ya, mungkin dua setengah jam, atau selesai kelas waktu saat lunch itu nonton. Waktu-waktu kosong itu diisi saja.

TA: Wah, jadi sehari bisa dua setengah jam sampai tiga jam ya. Spoken like a true student of the game.

Bro Sekton main positionnya adalah Linebacker. Kalau orang-orang yang ikutin American Football itu pasti tahu, kalau Linebacker itu ibarat kata the Quarterback of Defense, especially Middle Linebacker ya. Kalau Outside Linebacker kan biasanya dia diassign sebagai Pass Rusher tapi kalo Middle Linebacker is the Quarterback of the defense, karena sebenarnya dia langsung head-on sama si Quarterback-nya, dia jadi brain-nya gitu.

Nah, be the brain of defense pastinya akan melakukan banyak counter-adjustment. Ketika si Quarterback melakukan audible, ya audible ada macem-macem kan, mungkin ada perubahan play di situ, atau mungkin cuma bluff kan, we don’t really know about that. Gimana cara bro Sekton menghadapi adjustment-adjustment itu? What counter-adjustment that you do on the court kalau ketemu yang seperti itu?

SW: Ya jadi, waktu main Linebacker itu, setiap pemain punya key indicator dari setiap pemain Lineman. Ada key indicator kalau Line itu move ke sini harus posisi saya di sini dan lain-lain gitu. Waktu main itu yang lebih vokal itu teman saya sebenarnya. Teman saya itu dia Running Back juga, Linebacker juga seperti saya, tapi memang dia yang lebih vokal gitu. Sejujurnya kita berdua itu waktu main offense atau defense itu sudah saling tahu, sudah sering main ke rumahnya dia. Jadi kadang kita komunikasinya itu “bro, bro, itu baca pemain yang itu nanti dia akan begini”, we just tell each other what play is gonna come and align our position.

TA: We just know gitu ya, karena itu pasti hasil dari film-watching juga, jadi tahu kode, dan (it) tells dari QB masing-masing. Nah, sebenarnya kami juga mau nanya yang menurut kami menarik, karena kami jarang melihat pemain yang main baik di offense maupun defense.

Bro Sekton sendiri merasakan ada advantage gak sih bisa main di dua posisi tersebut? Apakah main menjadi Running Back membantu bro Sekton main di Linebacker atau sebaliknya?

SW: Exactly, no doubt, main Running Back, itu pasti tahu kalau Linemen move begini, Linebacker harus isi di gap-gap ini. Saya bisa jadi bagus itu karena main di dua posisi yang berbeda, apalagi itu dekat Line of Scrimmage. Jadi sering baca pergerakan Linemen, bisa move accordingly saja.

TA: Kalo dulu yang menyarankan bro Sekton main di dua posisi itu dari bro Sekton sendiri atau pelatih yang minta?

SW: Awalnya saya mau main Running Back. Tapi waktu latihan, pelatih lihat saya lebih cocok main jadi Linebacker. Awalnya saya tidak terlalu suka, karena saya maunya main Running Back. Tapi setelah satu game, dua game, tekel, I think this is fun and I just do it.

TA: Gimana gak asik, bisa tekel orang sampai jatuh, hahahaha.

SW: Sering dibilang itu lebih enak defense daripada offense karena kamu yang istilahnya sakitin pemain lawan, lebih bagus itu hahahaha.

Cr: Sekton Wandikbo

TA: Bro, di Corban ini sekarang masih main atau tidak ya?

SW: Di Corban, tidak main sekarang.

TA: Nah, kalo kami boleh tau, kenapa bro Sekton berhenti main?

SW: Iya, karena begini. Saya percaya sekali dengan hard work dan the right people, college football or anything, bisa saja. Tapi saya pikir kalau ke depan saya fokus di sini (American Football), waktu saya untuk ke Indonesia atau ke Papua itu mungkin mustahil ya. Begitu.

TA: (AR) Jadi kalo bro Sekton mau fokus karir di American Football sih, benar pulang ke Papua mungkin jadi sulit ya bro. Ndra?

(RP) Ya poin menarik sih, kita bisa tahu apa yang bro Sekton ingin bawa kembali ke Indonesia. Ini juga nyambung dengan pertanyaan selanjutnya, bagaimana pendapatnya bro Sekton kalau nanti ada anak Indonesia yang mau main di NFL, itu peluangnya bagaimana ya? Kayak dari bro Sekton yang sudah sempat menjalani di level junior.

SW: Semua bisa. Hard work, perseverance, determination, that’s it.

TA: Great words ya. Kami percaya memang itu bisa jadi kunci sukses. Tapi, hear us out. Gak banyak orang yang punya kesempatan kayak bro Sekton, sekolah dan kuliah di luar negeri. Bro Sekton kalau kami boleh tanya, ke luar negeri dapat some kind of scholarship atau gimana?

SW: Iya, ada scholarship dari Pemda Provinsi Papua.

TA: Itu dari high school sampai sekarang kuliah ya bro?

SW: Iya betul. Biasanya sekolah kalau bisa sampai S2 atau S3 programnya dari Pemda.

TA: That’s really great. Tapi gak semuanya dapat kesempatan seberuntung ini. Mungkin ada teman-teman di Jakarta, I don’t know if you already know about this but, banyak teman-teman yang punya komunitas flag football, and they have some really good players.

Gatau ya bro Sekton sudah pernah dengar atau belum, tapi ada salah satu atlet flag football yang jago banget, Gasa namanya. Gasa itu Quarterback untuk tim Surabaya. He’s really good at reading plays. Itu dia bisa move from one route to another and another, he’s really good at reading his progression. Kalau dilihat mungkin dia bisa main di higher level, maybe di level D-2 or D-3 di college di US, tapi sayangnya dia masih di Indonesia. Dan kami juga gak banyak dengar soal atlet American Football dari Indonesia di US.

Mungkin bro Sekton jadi satu-satunya yang pernah ditemui nih. Ini akan susah, tapi apakah, sesuai yang bro Sekton tadi bilang, hard work, perseverance, dan determination, are you sure that those only three key to achieve the dream? Apakah memang cukup? Apakah mungkin ada faktor lain seperti dukungan dari keluarga, teman terdekat, sepenting apa sih faktor-faktor lain selain dari diri sendiri yang terus melatih diri menjadi lebih jago? Any thoughts on that bro?

SW: Ya, saya setuju. Saya rasa family atau teman, the circle around you that supports you, that’s really important for you to do great things. Kalau ada keluarga atau teman-temanmu yang support, atau kadang blak-blakan saja “kamu begini, harus begini, tidak boleh begini, tidak boleh begitu”, saya rasa itu penting juga.

TA: Karena yang jelas ada faktor-faktor yang lain selain dari diri sendiri. Dukungan keluarga, menjadi salah satunya. Mungkin kayak, diizinkan atau tidak merantau ke Amerika sendiri, karena kan jauh dari Indonesia, dan lain-lain. Jadi, betul perlu hard work, determination, perseverance, tapi I also think that we need those external factors to be successful.

Okay, this will be our last question. Untuk teman-teman di Indonesia, for anyone who’s listening to this exclusive interview, ada pesan-pesan gak dari bro Sekton?

SW: Mungkin bukan pesan tapi apa yang saya rasa. Flag football bahkan mungkin American Football nanti, saya tidak main American Football di kuliah, tapi passion of the game akan selalu ada. Jadi saya rasa untuk masa depan NFL Fans di Indonesia akan semakin besar, banyak orang suka Football, dari situ juga mungkin bisa ada tim juga, mungkin dikenalkan lagi Football di Indonesia. Pesan-pesan mungkin, do what you wanna do, love everyone, work hard, sleep, eat right.

Saksikan wawancara eksklusif kami dengan Sekton Wandikbo:

Exclusive Interview The Amateurs with Sekton Wandikbo

--

--

Rafiandra Putra Andika
The Amateurs

I share stories but not coffee. Check out my work on Football (not soccer) in medium.com/the-amateurs