Faiz Ramadhan: Nomor 10 Belum Mati

Menilik kebangkitan peran yang dianggap sudah lama terkubur dalam-dalam.

The Amateurs.
The Amateurs
12 min readOct 4, 2020

--

Foto: Mundo Albiceleste

Belakangan pemberitaan di media massa diramaikan oleh isu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengeluarkan mata pelajaran sejarah dari kurikulum SMA di Indonesia. Walaupun beberapa waktu kemudian hal tersebut dibantah sendiri oleh Menteri Nadiem Makarim bahwa hal tersebut masih merupakan pembahasan di Focus Group Discussion kurikulum sekolah.

Kenyataan terdapat pandangan bahwa mempelajari sejarah hanya mempelajari masa lalu yang tidak begitu berguna di masa depan sesungguhnya suatu sesat pikir yang makin menunjukkan bahwa pelajaran sejarah itu penting. Sikap tersebut seakan mengangkangi fakta bahwa walaupun sejarah terjadi di masa lalu, konteks peristiwa yang terjadi tersebut dapat terus berulang. Ya, mempelajari sejarah adalah mempelajari mengapa suatu peristiwa bisa terjadi dan memahami bahwa tren tersebut dapat berulang.

Tengok saja liga sepakbola paling ternama di dunia Premier League, tempat dimana sedang terjadi pengulangan sejarah. Premier League sedang merayakan kebangkitan nomor 10 dari kepunahan. Ada masa di mana peran nomor 10 begitu dipuja. Pemain nomor 10 diyakini sebagai pemain paling berbakat yang menjadi sumber kreativitas sembari mengatur tempo yang mengorkestrasi permainan sebuah tim di lapangan. Pemain nomor 10 selalu dituntut untuk memberikan daya magisnya yang menyihir pemain lawan ataupun penonton di pinggir lapangan.

Juan Román Riquelme merupakan sosok agung terakhir penyandang nomor 10. Selama menontonnya tidak pernah sedikit pun Riquelme terlihat berlari di lapangan hijau. Riquelme selalu bergerak pelan dan membuat sekelilingnya terlihat berjalan lambat. Riquelme sebagaimana ditulis oleh jurnalis Jonathan Wilson, merupakan satu dari sedikit pemain yang menguasai “La Pausa”, seni menunggu yang membuat pertandingan terlihat berhenti sepersekian detik sebelum melepaskan umpan kepada pemain yang memiliki ruang. Keahlian ini memerlukan kecerdasan sepakbola yang luar biasa, kemampuan untuk memvisualisasikan dan menerjemahkan ruang yang dilakukan dalam waktu sepersekian detik dalam pertandingan sepakbola yang berlangsung cepat.

Pemain nomor 10 belakangan semakin punah karena permainan sepakbola menjadi semakin cepat dengan beragam skema permainan yang menekankan pada kemampuan pressing lawan dari garis depan sementara pemain yang memainkan peran nomor 10 tersebut dipandang sebagai beban tim karena ketidakmampuannya dalam melakukan pressing atau tracking back.

Hal ini yang membuat Mesut Özil dan Philippe Coutinho, yang dianggap sebagai angkatan terakhir pemain nomor 10 tidak lagi relevan. Özil belakangan tidak pernah dimainkan oleh Mikel Arteta walaupun der Rabe merupakan pemain dengan gaji termahal di Arsenal. Pun terlihat di Philippe Coutinho dimana ketika ia pindah dari Liverpool, pressing yang dilakukan oleh tim Jurgen Klopp menjadi lebih efektif.

Strategi menggunakan pemain nomor 10 juga kerap dipandang terlalu statis, di mana pergerakan bola yang terpusat di pemain tersebut sehingga membuat strategi tersebut mudah dibaca lawan. Namun, kini peran nomor 10 mulai bangkit lagi dalam diri Bruno Fernandes dan James Rodriguez.

Bruno Fernandes

Foto: Lindsey Parnaby/AFP

Bruno Fernandes menginisiasi kembali peran nomor 10 sejak didatangkan oleh Manchester United dengan banderol 45 juta poundsterling dari Sporting Lisbon di bulan Januari 2020. Kedatangannya menjadi titik balik musim Manchester United. Kehadirannya menambah kreativitas yang sebelumnya tidak terasa pasca cederanya Paul Pogba dan Marcus Rashford. Manchester United dibawanya melaju 19 pertandingan tidak terkalahkan di semua kompetisi.

Selama berseragam Manchester United, Bruno Fernandes berkontribusi langsung dengan 12 gol dan sembilan asis dalam 24 pertandingan. Dalam 14 pertandingan Premier League bersama Manchester United di musim 2019/2020 Bruno menghasilkan 5.99 xG (Angka Harapan Gol), 2.76 xA (Angka Harapan Asis), 3.27 tembakan per 90 menit, 2.23 key passes per 90 menit, 0.44 xG per 90 menit, dan 0.20 xA per 90 menit menurut situs understat.com. Statistik tersebut menunjukkan bahwa Bruno Fernandes merupakan otak serangan dan kreativitas Manchester United.

James Rodriguez

Foto: Jan Kruger/Getty Images

James Rodriguez diboyong ke Everton untuk reuni dengan pelatih yang sebelumnya mendatangkannya ke Real Madrid, yaitu Carlo Ancelotti. Walaupun dianggap sudah habis, Carlo Ancelotti diyakini dapat mengembalikan kemampuan terbaik James Rodriguez. Dengan sampel yang masih sedikit, James Rodriguez berkontribusi besar dalam memberikan empat kemenangan dari empat yang dimainkan bersama Everton dengan mencatatkan tiga gol dan dua asis. Dalam empat pertandingan tersebut James mencatatkan 1.60 xG, 2.02 xA, 2.64 tembakan per 90 menit, 3.17 key passes per 90 menit, 0.42 xG per 90 menit, dan 0.53 xA per 90 menit menurut situs understat.com.

Rodriguez di bawah asuhan Carlo Ancelotti diyakini dapat meningkatkan sektor penyerangan Everton yang musim lalu hanya dapat membukukan 44 gol, hanya selisih empat gol dari Bournemouth yang terelegasi ke EFL Championship. Dalam empat pertandingan terakhir, Everton telah berhasil mencatat 12 gol dengan rataan tiga gol per pertandingan. Carlo Ancelotti sendiri dalam konferensi pers terakhirnya sebelum pertandingan Everton melawan Brighton mengakui ketiga pemain barunya termasuk Rodriguez meningkatkan kualitas performa timnya terutama di sektor penyerangan.

Kedua pemain tersebut memainkan peran nomor 10 sebagai otak serangan dan sumber kreativitas tim masing-masing dan sementara ini tergolong berhasil. Kebangkitan pemain nomor 10 tidak lepas dari keberhasilan pemain dengan peran tersebut dalam beradaptasi dengan sepakbola modern yang dikenal lebih agresif secara fisik, cepat, dan melawan tim yang lebih variatif secara taktikal dan modifikasi yang dilakukan dalam menghasilkan pemain nomor 10 modern. Modifikasi penting yang dilakukan antara lain:

Kebebasan untuk Bergerak

Sebagai pemain nomor 10, Fernandes dan Rodriguez diberikan keleluasaan untuk bergerak tidak hanya menempati ruang di depan kotak penalti saja. Tidak jarang kedua pemain tersebut bergerak dari central area ke half space atau bahkan sampai ke wide area/channel. Pergerakan tersebut selain dapat membebaskan diri dari pemain yang ditugaskan menjaganya, dapat juga menghasilkan overload di satu sisi area untuk menciptakan peluang. Fernandes dan Rodriguez juga memiliki kepekaan yang tinggi atas ruang yang ada. Kepekaan akan ruang membuat jalur operan untuk dan dari kedua pemain tersebut akan terbuka.

Berikut heatmap Bruno Fernandes di Premier League musim 2019/2020:

Dalam heatmap tersebut terlihat bahwa Fernandes tidak terpaku hanya di tengah lapangan saja. Fernandes sering menempati posisi half space untuk menghasilkan overload dan memberikan kesempatan untuk Rashford atau Mason Greenwood dari flank untuk menusuk ke dalam. Kepiawaian Bruno dalam mencari ruang di area between the lines baik itu di central area atau pun half space tidak hanya statis di satu area, yang mana biasa dilakukan pemain nomor 10 klasik. Pergerakan tanpa bola yang dilakukan Bruno sangat membantu penyerangan Manchester United menjadi lebih cair dan melengkapi pergerakan trio Rashford-Martial-Greenwood yang kerap bertukar posisi dan bermain rapat satu sama lain untuk melakukan permainan kombinasi.

Pergerakan dan permutasi posisi Fernandes dengan penyerang Manchester United terlihat jelas di gol ketiga melawan Sheffield United di bulan Juni kemarin. Ketika Pogba memegang bola, Fernandes melakukan pergerakan menusuk ke ruang antara bek tengah kiri dan bek tengah dalam formasi lima bek yang dimainkan Sheffield United.

Ketika mendapat bola di area half space tersebut, Fernandes yang menyita perhatian tiga pemain Sheffield tanpa waktu lama langsung melakukan operan satu sentuhan ke Anthony Martial di belakangnya. Bila dilihat dalam gambar di bawah, penempatan posisi Bruno yang baik membuka pertahanan Sheffield dengan satu pergerakan saja. Selain Martial, Fernandes juga memiliki opsi melakukan operan terobosan ke Aaron Wan-Bissaka yang menanti di flank. Opsi tersebut juga sama berbahaya karena Wan-Bissaka dapat melakukan satu sentuhan crossing ke Martial yang dapat terus berlari bebas tanpa kawalan ke kotak penalti. Dalam penempatan posisi ini, peluang mencetak gol untuk Manchester United sudah terbuka lebar.

Bila ditelusuri lebih lanjut dalam proses gol berikutnya, Fernandes tidak berhenti disitu saja. Kemampuan untuk terus bergerak tanpa bola ini yang membedakan pemain nomor 10 modern dengan yang klasik.

Setelah operan satu sentuhan ke Martial, Fernandes melakukan dua pergerakan yang membuat dirinya terbuka untuk menerima peluang. Fernandes melakukan gerakan menusuk ke belakang garis pertahanan lawan. Bila Martial dapat melakukan satu kali sentuhan ke arah Fernandes, maka Fernandes akan masuk ke situasi satu lawan satu dengan kiper musuh seperti gambar di bawah. Proses ini sebetulnya akan terlihat lebih simpel dari gol yang akhirnya dicetak oleh Martial.

Akan tetapi, dalam prosesnya Martial memilih untuk menahan bola untuk diberikan kepada Rashford di sisi kiri. Di sisi lain, Fernandes terus berlari di garis pertahanan Sheffield yang dipertahankan tetap tinggi sambal tetap memberikan opsi bagi Rashford melakukan satu sentuhan kepada dirinya.

Beberapa detik setelahnya, ketika Martial melepaskan umpan ke Rashford, Martial langsung melakukan pergerakan menusuk ke ruang di belakang garis pertahanan musuh. Menyadari keinginan Martial untuk menyerang ruang tersebut, Fernandes menghentikan larinya dan bergerak ke arah yang berlawanan. Pergerakan ini penting karena membuka dua ruang sekaligus, yaitu menjadi decoy dengan membuka ruang bagi Martial yang berlari ke belakang garis pertahanan musuh, dan kedua ruang untuk dirinya sendiri di depan kotak penalti untuk melakukan tembakan.

Bila Fernandes tidak berhenti dan mengubah arah seperti gambar di bawah, ruang untuk Martial akan tertutup karena pemain nomor 15 dari Sheffield United akan melakukan switch untuk menutup ruang bagi Martial dan memblok tembakan yang akan dilakukannya. Dengan perubahan arah yang dilakukan Fernandes, pemain nomor 15 jadi “ditarik” untuk tetap mengikuti dan meninggalkan ruang untuk dieksploitasi Martial.

Begitu pula yang terjadi di Everton dengan James Rodriguez. Carlo Ancelotti memang secara formasi tidak memainkan pemain nomor 10 dengan memasang 4–3–3. Akan tetapi di lapangan formasi tersebut seringkali berubah menjadi 4–3–1–2 di mana Rodriguez memiliki keleluasaan untuk masuk di tengah dan Abdoulaye Doucouré bermain agak melebar membantu disisi kanan serta Richarlison yang menusuk ke tengah sebagai second striker yang membantu Dominic Calvert-Lewin.

Berikut average position yang dicatat oleh Sofascore dalam tiga pertandingan yang dimainkan James Rodriguez bersama Everton.

Foto: Sofascore
Foto: Sofascore
Foto: Sofascore

Dari ketiga pertandingan tersebut terlihat bahwa Rodriguez yang bernomor punggung 19 bermain di tengah memainkan peran nomor 10 di belakang Dominic Calvert-Lewin. Semenjak kedatangannya, Rodriguez menjadi pusat kreativitas Everton dan pergerakannya yang diberikan kebebasan untuk mencari ruang membuka peluang bagi timnya.

Dalam pertandingan melawan West Bromwich Albion, Rodriguez setelah ikut membangun serangan dari bawah, masuk memanfaatkan ruang di depan kotak penalti yang dibuka oleh pergerakan Richarlison dari sisi kiri dan decoy yang dilakukan Dominic Calvert-Lewin di tiang jauh.

Setelah menerima bola, Rodriguez langsung melepaskan tembakan yang tidak bisa dihentikan oleh Sam Johnstone, kiper West Bromwich Albion.

Pergerakan yang dilakukan oleh Rodriguez tidak hanya memanfaatkan ruang yang kosong untuk dirinya sendiri, tetapi juga membuka ruang untuk rekan-rekannya. Kali ini menyadari West Bromwich Albion memasang pertahanan rapat di depan kotak penalti, Rodriguez turun sedikit untuk menerima bola dan melepaskan umpan untuk Lucas Digne dan Richarlison yang berlari ke belakang garis pertahanan lawan. Dari umpan lambung tersebut, Richarlison terlepas dan mengirimkan umpan datar yang disentuh Calvert-Lewin menjadi gol.

Dalam pertandingan melawan West Ham di Carabao Cup, pergerakan Rodriguez juga kerap membuka peluang bagi timnya. Rodriguez yang datang dari sisi kanan menerima bola di depan kotak penalti tanpa penjagaan lalu mengirimkan umpan balik ke Richarlison yang mencetak gol ke gawang West Ham walaupun akhirnya dianulir karena offside.

Tidak hanya bergerak di sekitar central area dari sisi kanan, pergerakan Rodriguez yang datang dari central area ke tiang jauh juga terbukti memberikan dua gol di pertandingan melawan Brighton Hove & Albion.

Keinginan ikut membantu pertahanan

Di era sepakbola dengan intensitas tinggi seperti ini, pemain nomor 10 kerap menjadi beban dalam ketidakmampuannya dalam melakukan pressing atau tracking back. Akan menjadi percuma pemain memiliki pemain nomor 10 yang hanya berkontribusi di ketika menyerang saja sementara ketika bertahan atau ketika transisi dari menyerang ke bertahan kehadirannya tidak ada seperti bermain 11 lawan 10. Kemauan untuk membantu pertahanan ini yang juga membedakan pemain nomor 10 modern dengan pemain nomor 10 klasik.

Walaupun Manchester United mempunyai beberapa skema bertahan, ketika melakukan pressing tinggi ke garis pertahanan lawan, Fernandes merupakan pemain yang paling sering melakukan pressing. Tidak jarang Fernandes bersama Martial bergantian melakukan pressing ke kiper dan bek lawan.

Dalam 14 pertandingan Premier League di musim 2019/20 bersama Manchester United, Fernandes mencatatkan 260 pressing yang dilakukan ke pemain lawan berdasarkan fbref.com. Walaupun tingkat keberhasilan merebut bola dalam waktu cepat setelah melakukan pressing masih cukup rendah, yaitu hanya 25%, tetapi tingkat keberhasilan tersebut agaknya lebih mencerminkan tidak efektifnya pressing yang dilakukan secara tim bukan ketidakmauan secara individu.

Keinginan untuk ikut membantu pertahanan itu juga terlihat di musim ini di mana Fernandes melakukan 40 pressing dengan 4 tekel berhasil dari dua pertandingan yang sudah dijalani menurut fbref.com. Hal ini tergolong cukup baik bagi pemain yang berposisi di area penyerangan.

Dalam membantu pertahanan, dalam situasi low block misalnya, terbuka juga ruang yang dapat dimanfaatkan untuk counter di belakang garis pertahanan musuh yang tinggi. Ini yang dimanfaatkan oleh Fernandes ketika melawan Brighton & Hove Albion di Premier League. Ketika memenangkan bola di dekat kotak penalti sendiri, Fernandes dengan cepat memberikan operan di belakang garis pertahanan lawan. Satu operan memberikan ruang luas yang dimanfaatkan Rashford untuk mencetak gol setelah melewati bek lawan.

Begitu pula dengan Rodriguez yang melakukan 47 kali pressing, 4 tekel dengan persentase keberhasilan 100%, dan tiga interception dalam empat pertandingan Premier League yang dijalani bersama Everton. Keberhasilan defensive action yang dilakukan oleh James terlihat dalam pertandingan melawan Brighton & Hove Albion.

Pressing berhasil dilakukan Everton di area pertahanan lawan, dimana Rodriguez menutup ruang operan dan melakukan interception.

Bola yang dimenangkan Rodriguez tersebut dalam satu sentuhan diberikan kepada Calvert-Lewin yang segera bergegas melakukan serangan balik bersama Alex Iwobi di sisi kiri.

Setelah melakukan interception, dengan cepat Rodriguez ikut naik ke ruang yang terbuka di tiang jauh karena enam pemain lawan masih kewalahan setelah kehilangan bola di area sendiri. Calvert-Lewin juga memiliki andil besar dalam gol yang dicetak Rodriguez ini. Setelah mengoper ke Iwobi, Carvert-Lewin masih terus berlari ke tiang dekat sebagai decoy untuk menarik pemain nomor 4 menutup pergerakannya sehingga ruang yang didapat Rodriguez semakin terbuka.

Ketika bola berhasil dikirimkan oleh Iwobi ke tiang jauh, Rodriguez sudah siap disana untuk melesakkan bola ke dalam gawang.

Gol ini merupakan buah dari berhasilnya pressing yang dilakukan Everton secara tim dan keinginan Rodriguez secara individu untuk membantu pertahanan.

Tidak menjadi satu-satunya tumpuan kreativitas tim

Hal lain yang membedakan dan membantu pemain nomor 10 modern dalam menjalankan perannya adalah pemain tersebut tidak menjadi satu-satunya pemain yang menjadi tumpuan kreativitas dalam tim. Mereka ditemani pemain lain yang dapat membangun serangan dari bawah atau pemain yang dapat ikut naik membantu serangan untuk beberapa kali bertukar posisi. Di Manchester United, Fernandes dibantu oleh Pogba yang juga rajin naik ke dekat kotak penalti dan mengisi ruang yang dibuka oleh Fernandes.

Dalam pertandingan Manchester United lawan Bournemouth, Fernandes kerap mendapatkan penjagaan khusus. Oleh karena itu, Fernandes bermain lebih turun ke bawah sambal menarik pemain yang menjaganya sambal membuka ruang untuk dieksploitasi oleh Luke Shaw dan Martial di sisi kiri, sementara Pogba juga menempati posisi yang ditinggalkan oleh Fernandes seperti gambar di bawah.

Situasi dua lawan satu ini menghasilkan gol dari Martial yang melakukan cut inside dan melepaskan tendangan dari luar kotak penalti. Kepiawaian Fernandes dalam bergerak dan membuka ruang membuat pemain lain dapat saling mengisi.

Begitu pula yang terjadi pada Rodriguez. Dengan formasi yang lebih terlihar seperti 4–3–1–2, James dibantu oleh Allan yang menjadi metronome dari bawah dan juga Andre Gomes atau Gylfi Sigurdsson yang dapat ikut naik membantu di area 1/3 akhir lapangan.

Bantuan dari pemain-pemain di sekitar inilah yang membuat pemain nomor 10 modern lebih variatif dan tidak mudah diantisipasi oleh tim lawan. Bila dijaga ketat oleh pemain lawan, pemain tersebut dapat ditarik keluar sehingga meninggalkan ruang kosong, sementara ketika dijaga dengan pertahanan zona, pemain nomor 10 modern dapat mengeksploitasi ruang kosong antar pemain.

Sejauh ini kedua pemain tersebut masih dapat menghadirkan magisnya di lapangan dalam memanipulasi ruang maupun peran dan operan. Kehadiran Fernandes dan Rodriguez yang memainkan peran nomor 10 layaknya modifikasi sejarah yang patut dirayakan bersama oleh fans sepakbola yang menunggu cukup lama.

Faiz Ramadhan is a sports enthusiast. Spent his spare time to watch, read and write about sport especially soccer and the NBA. Manchester is his heaven. He follows Premier League religiously and recently watches Bundesliga in more frequent. Football Manager geek. Bandwagon Luka Doncic fan from day one.

You can follow him on Instagram: @faiz_rmdn and on Twitter: @faizrmd for his random rambles.

--

--