SOCCER

Selamat Datang (Kembali,) Nak

Cerita romantis tentang kepulangan sang anak ke pangkuan orang tuanya.

Faiz Ramadhan
The Amateurs

--

Sir Alex Ferguson (kiri) dan Cristiano Ronaldo (kanan) melambaikan tangan ke penonton di Old Trafford, Manchester (Manchester United)

Cerita ini sebenarnya bisa saja menjadi cerita seorang kekasih yang kembali ke pelukan sang mantan yang telah lama ditinggalkan. Tetapi setelah dipikir kembali, idealnya hanya sedikit yang lebih romantis dari kisah cinta orang tua dengan anaknya.

Tentu saya tidak bisa menuangkan dengan persis bagaimana jerih payah seorang ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyusui karena saya hanya melihat, tidak menjalaninya sendiri. Saya bukan perempuan yang diistimewakan dengan kodrat mulia tersebut. Saya hanya bisa menuturkan pengalaman sebagai seorang ayah yang masih terasa asing dan sebuah proses pembelajaran yang terus berjalan.

Sebagai orang yang tidak pernah mau menggendong anak bayi ketika berkunjung ke tempat teman atau keluarga, kebolehan saya menimang-nimang bayi yang baru lahir cukup mengherankan diri saya sendiri. Sampai saat ini pun saya masih mencoba menebak apa yang ingin disampaikan anak bayi ketika menangis, entah meminta susu, minta ganti popok, susah buang air, atau sekedar minta digendong untuk menemaninya sampai larut. Khusus urusan menggendong, saya cukup percaya diri. Berbekal hafalan lagu anak yang saya yakini dapat bersaing bila ada kuis berpacu dalam melodi versi lagu anak, menggendong anak pun menjadi tak sepi.

Usaha tersebut dilakukan sebaik mungkin dibungkus niatan supaya saya bisa menjadi ayah yang baik untuk anak saya, lebih baik dari yang saya terima. Tentu sambil berharap kalau usaha yang dilakukan cukup untuk memenuhi kebutuhan buah hati. Setelah menjadi orang tua, lirik lagu “hanya memberi, tak harap kembali” dari lagu “Kasih Ibu” menyentuh saya dengan berbeda. Walaupun saya bukan ibu, sebagai orang tua saya paham bahwa pertumbuhan dan pencapaian sang anak tentu menjadi kebahagiaan bagi ayah mana pun tanpa berharap sang anak berbalas kasih.

Tidak terbayang apa perasaan Sir Alex Ferguson di hari Rabu ketika mendengar berita anak kesayangannya akan bergabung dengan tim yang dahulu dilabelinya “Si Tetangga Berisik”. Bisa jadi memorinya yang sempat terganggu karena penyakit terulang kembali ke masa ia berjabat tangan dengan anak muda berumur 18 tahun memakai baju warna-warni.

Sir Alex Ferguson (kiri) dan Cristiano Ronaldo (kanan) berjabat tangan. (Manchester United)

Ingatannya bisa saja memutar ulang cerita menjelang Cristiano Ronaldo kehilangan ayahnya. Ketika sang ayah sedang dirawat di London karena sakit liver, Ronaldo meminta izin kepada Sir Alex Ferguson untuk menjenguk ayahnya. Walaupun membutuhkan Ronaldo untuk pertandingan, Ferguson mengizinkan Ronaldo untuk pergi selama yang dia inginkan karena menurutnya keluarga adalah prioritas utama. Setelah ayah Ronaldo berpulang, dia lah yang memberikan figur ayah untuk anak kesayangannya. Beberapa waktu kemudian Ronaldo dan Ruud van Nistelrooy bertikai hingga pada puncaknya, Nistelrooy mengeluarkan makian membawa-bawa ayah Ronaldo, suatu hal yang disesalkan Nistelrooy di kemudian hari. Ferguson membela Ronaldo, walaupun dengan harga yang mahal, melepas pencetak gol terbaiknya ke Real Madrid.

Kabar kepindahan Cristiano Ronaldo semakin menghangat karena disinyalir sudah tercapai kata sepakat antara Ronaldo dan Manchester City. Fans Manchester United yang tidak terima dengan kabar akan terealisasi kepindahan tersebut mulai menyerang Ronaldo. Makian mulai datang, video fans membakar jersey Manchester United yang sengaja dibuat dengan nama Ronaldo menjadi viral. Foto kepala babi yang dilempar ke lapangan untuk Luis Figo yang berpindah dari FC Barcelona ke seteru abadinya, Real Madrid mulai disematkan untuk Ronaldo. Dalam sekejap Ronaldo diasosiasikan sebagai pengkhianat oleh fans Manchester United yang tidak terima.

Entah apa yang ada di benak Sir Alex Ferguson melihat fans Manchester United mulai berpaling dari Cristiano Ronaldo. Seharusnya Manchester United menjadi rumah aman untuk Ronaldo. Setidaknya itulah ingatan yang membekas bagi Ferguson setelah piala dunia 2006. Cristiano Ronaldo menjadi musuh nomor satu publik Inggris ketika itu karena telah memanasi wasit untuk memberikan kartu merah untuk rekannya sendiri di Manchester United, Wayne Rooney. Kemudian wasit benar memberikan kartu merah untuk Rooney dan Portugal berhasil memenangkan laga perempat-final melawan Inggris tanpa Wayne Rooney. Gugurnya Inggris membuat Ronaldo jadi kuda hitam. Seluruh Inggris mengecamnya, kecuali Manchester United. Sir Alex Ferguson pasang badan untuk Ronaldo, dan terang-terangan ia menyampaikan menerima Ronaldo dengan tangan terbuka dan menjaganya dari serangan media. Selayaknya ayah yang pasang badan untuk anaknya yang diperlakukan tidak adil. Ronaldo akhirnya tetap di Manchester United, hubungan dengan Wayne Rooney membaik, dan dimulailah masa kejayaan Manchester United bersama Ronaldo.

Sir Alex Ferguson dan Cristiano Ronaldo berbincang ketika sesi latihan. (Getty Images/Alex Livesey)

Bisa juga ingatan Sir Alex Ferguson berpulang ke tahun 2009, tahun di mana menjadi akhir perjalanan bersama. Ferguson tidak lagi sanggup membendung keinginan Ronaldo untuk mewujudkan impiannya berseragam Los Blancos. Keinginan tersebut sudah terpendam dari setahun sebelumnya, di mana Ferguson masih dapat membujuk Cristiano Ronaldo untuk bertahan semusim dengan gentlement agreement apabila Real Madrid masih meminati di tahun depan, Ronaldo akan dilepas. Ferguson menepati janjinya untuk melepas Ronaldo menuju jalan yang telah ia pilih sendiri. Ferguson tentu sadar sang anak kesayangan makin besar dan suatu saat akan meninggalkan rumahnya dan 2009 itulah waktunya. Datang sebagai pemain muda berbakat, Ronaldo pergi meninggalkan Manchester United sebagai pemain terbaik dunia dengan label harga transfer termahal saat itu.

Setelah berpindah klub, hubungan Sir Alex Ferguson dan Cristiano Ronaldo tetap hangat. Kepindahan dari Manchester United pun terbukti tepat dengan sederet prestasi yang diraih oleh Ronaldo. Ferguson terus mengikuti perkembangan anak kesayangannya dari jauh sembari merayakan setiap kejayaan yang diraih sang anak. Layaknya seorang ayah yang bahagia melihat anaknya hidup bahagia, Ferguson selalu mencoba menjadi saksi perjalanan anaknya dari dekat.

Kehadirannya di final Euro 2016 tentu erat kaitannya untuk menyambut sang anak. Bisa jadi Ferguson sudah menyiapkan diri untuk menghibur Ronaldo apabila Portugal ternyata kalah. Namun yang terjadi sebaliknya, Ronaldo meraih mimpi terbaiknya memimpin negaranya menjuarai kompetisi antar negara dan dia berada disisinya. Kebahagiaannya melihat Ronaldo yang menuruni anak tangga setelah meraih Piala Eropa layaknya dia sendiri yang meraihnya. Raut muka tersenyum bangga seakan mengatakan “tugasku sebagai orang tua sudah paripurna.”

Kabar hampir pastinya kepindahan Cristiano Ronaldo ke sisi biru Manchester bisa saja tidak pernah ada dalam bayangan Sir Alex Ferguson. Melihat Ronaldo di Manchester tetapi tidak membela rumah yang mereka besarkan dapat merusak legacy dari Ronaldo maupun Ferguson sendiri. Setelah belasan tahun hanya melihat perjalanan hidup anaknya dari jauh, baru kali ini Ferguson merasa dirinya perlu turut andil kembali, masuk ke dalam kehidupan anaknya yang telah dewasa.

Seperti yang dikabarkan The Athletics dalam liputannya, Ferguson aktif berperan untuk mencegah Ronaldo berbaju biru dan kembali bersama Manchester United dengan menelepon jajaran direksi Manchester United dan Jorge Mendes, agen dari Ronaldo. Belakangan akhirnya diketahui bahwa Ferguson juga menghubungi langsung Ronaldo. “Pulanglah nak,” bisa jadi kata-kata pamungkas yang dipakai Ferguson untuk menyentuh rasa anaknya. Para mantan pemain Manchester United yang bermain bersama Ronaldo pun tak mau kalah mengeluarkan ajakan yang senada dengan mantan managernya. Pada akhirnya Ronaldo memahami bahwa di Manchester hanya ada satu tempat baginya untuk datang sekaligus pulang, yaitu Manchester United. Sontak seluruh penggemar baik yang terlanjur meletakkan cap pengkhianat atau bukan, mantan pemain, sekaligus pemain Manchester United sendiri berlomba merayakan.

Tidak terbayang apa perasaan Sir Alex Ferguson ketika Cristiano Ronaldo akhirnya memilih untuk pulang. Andilnya terbayarkan, anak kesayangannya kembali, rumah yang dibesarkannya hidup lagi. Orang tua memang idealnya hanya memberi, tak harap kembali dari sang anak, tetapi kali ini berbalas kasih.

PS — Sir Alex, this one is for you…

PS — Giandra Ardanu Raya, this one is for you.

--

--