When Ki Hajar Dewantara meets Simon Sinek: on Leadership

faren
The Codefathers
Published in
3 min readApr 4, 2019

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir pada tahun 1889, sangat terkenal dengan semboyan yang diajarkan di sekolah-sekolah INDONESIA :

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani

di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan

Pada era sebelum kemerdekaan Ki Hajar Dewantara menanamkan nilai luhur ini di sekolah dan dunia pendidikan saat itu. Nilai ini masih terus ada didunia pendidikan kita sekarang khususnya ditujukan kepada guru dan pembimbing.

Suatu nilai akan menjadi pondasi kuat bagi siapa saja yang mau memahami dan menerapkannya. Nilai yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara tidak akan usang untuk masa sekarang bahkan sangat relevan bagi masa-masa milenial.

Leader a.k.a pemimpin sejatinya sesederhana karena trust — percaya.

Leader sejati bisa digambarkan begini jika diekspresikan dengan kata-kata kepada teamnya :

I’ve got your back. There’s nothing you can break that I can’t help put back together. I believe in you even when you no longer believe in yourself. — Simon Sinek

Seorang pemimpin yang sejati harus memiliki karakter leadership yang kuat. Karakter leadership ini harus kita bangun, dimanapun kita berada dan apapun posisi kita.

Leadership is an action, not a position — Donald McGannon

Ki Hajar Dewantara mengajarkan 3 karakter leader kepada kita —

Di depan memberi contoh (Ing Ngarso Sung Tulodo)

Kata kuncinya adalah inisiasi, memulai diawal dan didepan bagaimana sesuatu tugas itu didikerjakan. Didalam suatu tim, kelompok dan organisasi, seorang leader harus mampu menjadi role-model terutama dalam keputusan-keputusan.

Terkadang memang butuh contoh nyata, bukan sekedar kata-kata untuk memberikan pemahaman yang utuh, sehingga ruang kesalahan komunikasi akan minimal.

Namun seorang leader harus mengetahui porsi untuk memberi contoh, jangan terlalu berlebihan sehingga malah terkesan mengambil alih tugas team member, karena kembali kedasar dari leadership adalah membangun ‘trust’.

Di tengah memberi semangat (Ing Madya Mangun Karso)

Leader harus dapat menjadi “bagian” dari suatu tim, kelompok dan organisasi. Yang dimaksud “bagian” adalah masuk kedalam “circle” mereka. Bagaimana masuk kedalam “circle” mereka?

  • Kolaborasi dengan team secara intens — membangun ikatan antara team member
  • Listen — mendengar problem mereka dan selalu ada untuk mereka
  • Biasakan untuk berbicara yang paling terakhir
  • To be kind and humble akan meluluhkan dinding tebal dan tinggi karena struktur tim dan organisasi

Tentu setelah menjadi “circle” team, hal yang harus dilakukan seorang leader adalah memberikan apresiasi untuk setiap pencapaian sekecil apapun. Apresiasi adalah dorongan moral yang akan menjadi pemicu mengeluarkan potensi terbaik didalam individu team untuk mencapai lebih.

Di belakang memberi dorongan (Tut Wuri Handayani)

Dunia nyata penuh dengan hambatan dan jalan yang terjal, terkadang kita akan melalui jatuh, hilang kendali dan bahkan crash. Disinilah peran leader untuk selalu menjadi orang yang paling cepat bangkit dan memberikan semangat untuk team member lainnya. Tidak ada blame — salah menyalahkan, yang ada adalah melakukan evaluasi — lesson learned, supaya kedepan tidak melakukan kesalahan yang sama.

Dan yang terpenting, seorang leader harus memberikan space — ruang untuk team bertumbuh — berkembang. Terkadang seorang leader seperti layaknya orang tua, yang harus membiarkan anaknya melakukan kesalahan, dan setelahnya memberikan pertolongan dan dorongan untuk bangkit kembali.

--

--

faren
The Codefathers

Enthusiastic Person, Startup Life, Tech Person, be first adopter, be a forward looking.