Marxisme

Alvino Kusumabrata
The Enlighten
Published in
2 min readJan 11, 2024

Seorang anak kelas delapan bimbang dalam menentukan hidupnja sendiri. Kerisauan dirasakan benar kala itu. Ia lantas terpengaruh oleh utjapan seseorang: Aku meninggalkan dunia materiil ini, ke dalam dunia-pikiran. Berkelanalah anak itu. Pemberhentian pertama ada pada esai ketjil dengan tipe djudul “koma, koma, dan”. Terbit pada 1926, hampir satu abad silam.

Dalam esai itu, ia mengetahui kata baru, jaitu marxisme. Laiknja banjak orang sedjawat, ia hampir-hampir menjudahi pengembaraanja ketika kedapatan kata itu. Tidak mengistimewakan, Anda tahu itu mengapa.

Namun, ia bukan hanja sebuah kata sederhana. Tidak pula tiga suku kata diutjapkan setjara biasa.

Saja menjebutnja sebagai “ia”. Mungkin anak itu akan menjebutnja sebagai setan. Tidak apa-apa. Masing-masing orang memiliki penafsiran jang unik, perihal kurang baik atau tidak bisa ditinggalkan.

Ia adalah keseluruhan dari sedjarah. Dalam buku hitam, 100 juta lenjap karenanja. Kesadaran suatu kelas tumbuh berurat dan mengalir di dalam dadanja akibat marxisme. Kesadaran itu tidak bisa dikatakan tumbuh dengan sendirinja; ia terikat pada sejarah pandjang sedjak mula manusia berevolusi.

Sedjarah manusia adalah sedjarah perdjuangan kelas, begitu kredo pertama marxisme. Dialektika saling sikut antar-kelas jang punya privilese atau tidak terdjadi. Jang-menang menguasai jang-kalah. Jang-kalah hanja berkubang di lumpur penghinaan, tak kenal kepedihan. Dalam perkembangannja, jang-menang menemui musuhnja kembali dengan tjiri jang sama sekali baru. Maka , terdjadilah pertempuran kembali; gaja jang sama, kondisi jang berbeda.

Berulang kali demikian terus terdjadi, tak pernah berhenti. Dialektika, kata mudjarab itu, seolah mengendalikan manusia dalam genggamannja. Hingga menemui titik pamungkasnja ketika berada pada suatu zaman jang disebut “zaman kapital”. Musuh-baru — jang diprediksi akan kalah itu — bertransformasi mendjadi lebih kuat daripada leluhur-leluhur sebelumnja jang telah wafat. Marxisme menambalkan kejakinan kuat pada musuh itu.

Maka, terdjadilah zaman baru ketika jang-kalah akhirnja — untuk pertama kali — menang. Manusia-manusia baru lahir dan tumbuh, homo sovieticus lama didengungkan. Projeksi jang tinggi dan penuh harap tanpa adanja pengisapan mengemuka di permukaan. “Dunia baru jang tak pernah dilihat sebelumnja dalam sedjarah muntjul,” tulis dalam suratkabar bertarikh 9 Nopember 1918.

Sebelum akhirnja jang-selalu-menang sekali waktu kalah mampu beradaptasi dan memukul balik jang-selalu-kalah sekali waktu menang dengan memukau.

11 Djanuari, 2024.

--

--