Refleksi Sastra Candide dari Voltaire

Marfan A.
The Enlighten
Published in
2 min readApr 10, 2021

Menyeruaknya kekuasaan absolut gereja pada Abad Pertengahan di Eropa menyebabkan munculnya banyak pandangan bahwa kekuasaan pendeta — gereja — adalah benar. Mereka tidak boleh disangkal sepatah kata pun walau mereka menyatakan secara tidak logis. Kita bisa melihat peristiwa sejarah di mana Galileo Galilei menerbitkan bukunya Dialogue Concerning the Two Chief World Systems pada tahun 1632 yang menggemparkan dunia Eropa. Sebab, beliau menjelaskan bahwa mataharilah sebagai pusat tata surya, bukan bumi. Karena pendapat yang antitesis ini, maka ia dianggap ‘setan’ oleh gereja karena — tentu saja — gereja maha benar. Sehingga pada tanggal 22 Juni 1633, ia ditangkap dan diadili oleh gereja dengan hukuman pengucilan sampai beliau meninggal. Sebenarnya banyak fakta sejarah bahwa penggunaan kekuasaan gereja yang abusive mengakibatkan bencana, seperti yang dialami Copernicus, bahkan kalangan akar rumput masyarakat lainnya.

Inilah kondisi yang mengilhami Voltaire untuk menciptakan Candide. Ia mengkritisi kondisi serba ‘salah’ di Prancis dan Eropa pada umumnya. Alexander Pope dalam pendapatnya, yakni manusia merupakan bagian dari rancangan Tuhan yang besar dan rasional dan pendapat Gottfried Leibniz yakni Théodicée bahwa dunia yang diciptakan oleh Tuhan adalah dunia yang terbaik yang mungkin ada dengan aturan dan alasan yang sempurna. Inilah yang dikritisi Voltaire karena Gereja diisi oleh ‘manusia-manusia pilihan Tuhan yang rasional dan sempurna tanpa salah’. Lewat tokoh Candide, kita diajak berkelana dan mengetahui bahwa manusia dan dunia ciptaan-Nya bukanlah suatu kondisi yang sempurna atau utopia. Kondisi alam dan makhluk-makhluk-Nya ini memang diciptakan oleh Tuhan sebaik mungkin, namun tidak semua makhluk-Nya berkembang baik juga. Candide Voltaire ini membuat kesadaran batin rakyat Prancis untuk sadar akan kondisi kekuasaan Monarki dan gereja yang tidak benar dalam tindakannya walau ia ‘manusia pilihan Tuhan’ sekalipun.

--

--

Marfan A.
The Enlighten

orang indonesia yang senang berkelana diluar comfort zone